Jumat, 20 September 2024

Khusyu' itu Menikmati

 "Ibu jangan memaksa loh, kalau sudah merasa tidak mampu, minta dijemput saja," kata anakku Insan semalam, sehari sebelum keberangkatanku ke Ngantang untuk melakukan khalwat.

"Jangan menargetkan sesuatu, biar mengalir saja," pesan suamiku malam itu.  Aku pun membantahnya dong, "Mengalir ke mana kalau nggak ada targetnya?" kataku ngeyel.

Setelah aku renungkan lama, benar juga kata keduanya.  Intinya ibadah itu jangan memaksakan diri apalagi menargetkan sesuatu, bila sudah seperti itu artinya kita ini digerakkan oleh nafsu dan ego, keduanya sahabatnya syetan.  Pasti beribadah seperti itu rasanya kayak dikejar gendruwo, tidak bisa menikmati sama sekali.  Aku baru mengerti makna khusyu' yang sebenarnya itu adalah 'menikmati' , namanya orang menikmati pasti enjoy-lah, bahagia lah, jadi beribadahlah dengan enjoy dan bahagia.

Pikiranku langsung merasa plong, legaaa sekali.  Ada sebuah catatan target ibadah yang sudah kutulis yang bakalan tidak berlaku lagi.  Aku mau mengalir dalam ibadahku, menikmati kesendirian hanya bersama Allah dengan senang dan bahagia.  Ternyata menyenangkan konsep khusyu' itu.

Alhamdulillah, aku bersyukur banget sudah diingatkan oleh dua gantengku itu, sampai aku menemukan 'pola' dan 'kurikulum'ku sendiri untuk khalwat nanti.  

Gantengku yang satunya, si Aden, tak kalah menohok senggolannya.  Ceritanya semalam kami sekeluarga berbelanja kebutuhanku untuk khalwat ke Superindo dan ke toko alat rumah tangga, karena vilanya nggak punya perlengkapan rumah tangga sama sekali selain kompor dan panci yang sempat aku bawa dua minggu lalu.

Nah, saat di superindo, bagian terserunya adalah setelah kasir selesai menghitung belanjaan dan kami bisa pilih-pilih tebus murah.

"Bisa dapat empat tebus murah, Bu," kata karyawan Superindo.

"Kalau begitu pilih oats, berasnya dua dan sabun cuci baju."

"Kan sudah beli sabun cuci?" protes Aden.

"Nggak apa-apa, buat stok," kataku.

"Ibuk itu, yang diperlukan saja lah," kata Aden.  Aku ngeyel dong sambil bilang, "Ibuk saja yang bayarin tebus murahnya."  Lalu aku keluarkan uang dua ratus ribu ... haha, Aden jadi tersenyum kecut. Memang biasanya Aden yang bayar kebutuhan bulanan di supernarket.

Di perjalanan pulang aku menyesal, karena aku telah digerakkan oleh nafsu, nafsu nyetok. 'Sebaiknya yang diperlukan saja,' kata-kata Aden itu terngiang-ngiang kembali di telingaku.

Oh ya, ada satu lagi perbekalan dari Pak Hans (Prof. YF La Kahija), beliau berpesan begini, "Omongan orang itu dinetralkan dulu."  Karena aku bercerita pada Pak Hans bila orang-orang bilang di vila banyak 'penunggunya'.  Alhamdulillah ini sudah aku lakukan.

Allah, terima kasih telah memposisikan aku di tengah orang-orang yang selalu menjaga dan mengingatkanku dalam kebenaran dan kebahagiaan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar