Pulang dari pelatihan batik di Ngawi, kulihat sebuah parcel teronggok di lantai sudah diedel-edel, siapa lagi kalau bukan Alni yang 'mengedel edel' ..... Dalam hati bertanya, siapa yang mengirim parcel sebagus ini, berisi jam dinding cantik dan sebuah vas bunga yang unik berkelas, dihias rangkaian bunga yang apik.
"Dari Tommy *) dek", kata suamiku, membuat ingatanku melayang ke beberapa minggu yang lalu saat diajak pameran seorang mahasiswa Universitas Ciputra. Dia memperkenalkan diri dengan nama Tommy*), datang dengan beberapa temannya, wajah riang menghias kulit bening mereka, ya, mereka WNI keturunan cina.
Pamerannya cukup besar, tapi tidak begitu ramai, mungkin karena EO nya mahasiswa yang masih belajaran. Ada seorang tetangga stand yang mengeluh karena sepinya pengunjung dan minimnya transaksi.
"Aku rugi banyak ini dek, untuk penginapan, makan tiga orang sama transportnya. Cuma laku tiga biji saya", katanya padaku dengan logat madura yang kental. Ternyata dia juga bercerita hal yang sama kepada suamiku, malah dia membeberkan jumlah kerugiannya yang jutaan.
Aku sendiri malah senang ikutan event ini, gak mikir rugi atau untungnya ... hehehe, bagiku untung thok wes, bersyukur saja banyak-banyak, bisa berinteraksi dengan mahasiswa sekolah bisnis mahal, melihat bagaimana mereka melayani kami, membuatku banyak belajar.
Aku mengirim seorang karyawan cowok untuk menjaga stand, dan Tommy menyediakan kamar kostnya untuk ditempati, menyediakan mobilnya bila kami membutuhkan, intinya kami diperlakukan dengan manis dan diservis dengan memuaskan. Dari sini aku belajar bagaimana mahasiswa yang masih muda belia ini memudahkan urusan orang lain dan bersikap melayani, seperti tuntunan agama.
Saat penutupan pameran, aku ikut mas Hary menjemput karyawan pulang, dan bertemu dengan teman-teman sesama Pengusaha UKM yang mengeluh sepi .... uuuuuhhhh .... Beginilah manusia, suka berkeluh kesah, seperti tertulis di surat Al Maarij ayat 19 -21
Baca sendiri kelanjutan ayat ini yaaa, karena ada perkecualiannya ...
Dan aku happy-happy saja dengan pameran yang kata orang sepi dan hanya laku beberapa biji. Kupikir bila Allah menakdirkan aku berangkat pameran, pasti itulah yang baik untukku, perkara sepi atau ramai, itu cuma hitungan untung rugi di mata manusia, hitungan yang menipu. Yang aku cari adalah nilaiku di hadapan Allah , ridha Allah padaku, dan Allah ridha kalau aku juga ridha kepadaNya, jadi ikhlas saja.
Bagi orang yang baru sekali ini membaca tulisanku, mungkin pernyataanku tadi kedengarannya kok aku ini orang yang gak mikirin uang karena terlalu kaya ataukah aku adalah type orang yang malas nyari uang yaa ? .... hahahaha .....
"Dari Tommy *) dek", kata suamiku, membuat ingatanku melayang ke beberapa minggu yang lalu saat diajak pameran seorang mahasiswa Universitas Ciputra. Dia memperkenalkan diri dengan nama Tommy*), datang dengan beberapa temannya, wajah riang menghias kulit bening mereka, ya, mereka WNI keturunan cina.
Pamerannya cukup besar, tapi tidak begitu ramai, mungkin karena EO nya mahasiswa yang masih belajaran. Ada seorang tetangga stand yang mengeluh karena sepinya pengunjung dan minimnya transaksi.
"Aku rugi banyak ini dek, untuk penginapan, makan tiga orang sama transportnya. Cuma laku tiga biji saya", katanya padaku dengan logat madura yang kental. Ternyata dia juga bercerita hal yang sama kepada suamiku, malah dia membeberkan jumlah kerugiannya yang jutaan.
Aku sendiri malah senang ikutan event ini, gak mikir rugi atau untungnya ... hehehe, bagiku untung thok wes, bersyukur saja banyak-banyak, bisa berinteraksi dengan mahasiswa sekolah bisnis mahal, melihat bagaimana mereka melayani kami, membuatku banyak belajar.
Aku mengirim seorang karyawan cowok untuk menjaga stand, dan Tommy menyediakan kamar kostnya untuk ditempati, menyediakan mobilnya bila kami membutuhkan, intinya kami diperlakukan dengan manis dan diservis dengan memuaskan. Dari sini aku belajar bagaimana mahasiswa yang masih muda belia ini memudahkan urusan orang lain dan bersikap melayani, seperti tuntunan agama.
Saat penutupan pameran, aku ikut mas Hary menjemput karyawan pulang, dan bertemu dengan teman-teman sesama Pengusaha UKM yang mengeluh sepi .... uuuuuhhhh .... Beginilah manusia, suka berkeluh kesah, seperti tertulis di surat Al Maarij ayat 19 -21
[70:19] Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
[70:20] Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
[70:21] dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
Baca sendiri kelanjutan ayat ini yaaa, karena ada perkecualiannya ...
Dan aku happy-happy saja dengan pameran yang kata orang sepi dan hanya laku beberapa biji. Kupikir bila Allah menakdirkan aku berangkat pameran, pasti itulah yang baik untukku, perkara sepi atau ramai, itu cuma hitungan untung rugi di mata manusia, hitungan yang menipu. Yang aku cari adalah nilaiku di hadapan Allah , ridha Allah padaku, dan Allah ridha kalau aku juga ridha kepadaNya, jadi ikhlas saja.
Bagi orang yang baru sekali ini membaca tulisanku, mungkin pernyataanku tadi kedengarannya kok aku ini orang yang gak mikirin uang karena terlalu kaya ataukah aku adalah type orang yang malas nyari uang yaa ? .... hahahaha .....
Sahabatku,
Apa saja yang terjadi , itulah takdirNya, yang Allah ijinkan terjadi dengan segala kebijaksanaanNya, dengan keMaha TelitianNya dan dengan ke Maha Kasih Sayangnya. Jadiiiii .... mengapa komplain dengan 'produk' dari Yang Maha Segala galanya ? Bila yakin bahwa pemberianNya adalah yang terbaik bagi kita, mengapa musti komplain ?
Jadi, JANGAN PERNAH MENGHITUNG RUGI , dalam hal apa saja dan dalam keadaan bagaimanapun. Ingatlah, Allah tidak pernah menghitung hitung pemberianNya, maka apakah kita yang tidak punya apa apa ini yang berhitung denganNya ? Tidak malukah ?
Yang paling berharga dalam hidup ini adalah keridhaan Allah, maka menangislah bila Allah tidak ridha padamu, merasa rugilah bila Allah tidak ridha padamu.
Bagaimana mengetahui apakah Allah ridha atau tidak ? Hmmmm ..... bertanyalah pada diri sendiri, sudahkah diri ini ridha pada ketentuanNya ? Bila belum, itu tandanya Allah belum ridha, karena Dia adalah seperti persangkaan hambaNya. Maka raihlah ridhaNya dengan jalan ridha kepadaNya.
Perasaan selalu bahagia, enjoy dengan hidup ini, akan menarik kebahagiaan lain. Sepertiku yang juga mendapat kebahagiaan tak terduga. Ceritanya, setelah pameran usai beberapa hari, mama Tommy memesan seragam untuk puluhan karyawannya, dan materinya adalah batik tulisku !! bukan batik printed dan bukan batik murah lainnya .....Begitulah bila Allah ridha, diberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
*) bukan nama sebenarnya
Apa saja yang terjadi , itulah takdirNya, yang Allah ijinkan terjadi dengan segala kebijaksanaanNya, dengan keMaha TelitianNya dan dengan ke Maha Kasih Sayangnya. Jadiiiii .... mengapa komplain dengan 'produk' dari Yang Maha Segala galanya ? Bila yakin bahwa pemberianNya adalah yang terbaik bagi kita, mengapa musti komplain ?
Jadi, JANGAN PERNAH MENGHITUNG RUGI , dalam hal apa saja dan dalam keadaan bagaimanapun. Ingatlah, Allah tidak pernah menghitung hitung pemberianNya, maka apakah kita yang tidak punya apa apa ini yang berhitung denganNya ? Tidak malukah ?
Yang paling berharga dalam hidup ini adalah keridhaan Allah, maka menangislah bila Allah tidak ridha padamu, merasa rugilah bila Allah tidak ridha padamu.
Bagaimana mengetahui apakah Allah ridha atau tidak ? Hmmmm ..... bertanyalah pada diri sendiri, sudahkah diri ini ridha pada ketentuanNya ? Bila belum, itu tandanya Allah belum ridha, karena Dia adalah seperti persangkaan hambaNya. Maka raihlah ridhaNya dengan jalan ridha kepadaNya.
Perasaan selalu bahagia, enjoy dengan hidup ini, akan menarik kebahagiaan lain. Sepertiku yang juga mendapat kebahagiaan tak terduga. Ceritanya, setelah pameran usai beberapa hari, mama Tommy memesan seragam untuk puluhan karyawannya, dan materinya adalah batik tulisku !! bukan batik printed dan bukan batik murah lainnya .....Begitulah bila Allah ridha, diberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
*) bukan nama sebenarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar