Benarlah apa yang difirmankan Allah dalam al quran, bahwa terhadap pasangan hidup dan anak-anak sebaiknya memaafkan, berlapang dada dan mengampuni, yang berarti musti memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan memahami dengan segenap ketulusan hati.
Ya meskipun sudah tahu tentang hal ini, sebagai orang tua kadang masih saja tidak bisa menahan marah. Tapi pengalaman pagiku dua hari yang lalu, telah memberiku rasa jera, kapok tenan njengkelin anak-anak.
Tidak seperti biasanya, pagi itu Alni bangun pagi sekali, langsung njujug lap top. Aku yang masih mengenakan mukena bilang :"Sayang, nanti ibu mau makai buat bikin makalah yaaa".
"Iya, sebentaar saja", jawabnya. Akupun mondar mandir mencari baju dan keperluanku pelatihan di Batu pagi itu.
"Mana sayang , ibuk mau makai", kataku lagi.
"Sebentar".
"Itu sih banyak bentar", kataku jengkel. Alnipun berlari sambil menangis ke kamarnya, mas Hary segera menghiburnya.
Aku tertegun menyadari kesalahanku ketika menemukan apa yang dibuka Alni, yaitu youtube, murattal juz ama anak-anak yang belum sempat dia dengarkan. Perasaanku amat bersalah telah mengecewakan si cantikku. Akupun menyetel juz ama anak-anak yang mengalun merdu dengan lagu yang indah sambil mengetik makalah.
Sudah beranak empat, belum juga nyadar bahwa perilaku anak-anak itu meniru orang tuanya. Alni telah meniruku, tiap pagi membuka lap top, lalu mengaji dari youtube. Bahkan dia sering menjelang tidur minta distelkan rekaman murattal syeih misary dari hp-ku, persis seperti yang aku lakukan, mendengarkan murattal sampai tertidur. Dia selalu minta hp-nya didekatkan padanya, biar dengar, katanya.
Astaghfirullah !!! Mengapa aku menghalangi proses menirunya yang positif ini ? Bahkan dia tidak meniru gaya marah-marahku ......
Apa cerita kalian dengan anak-anak kalian sahabat ?
Ya meskipun sudah tahu tentang hal ini, sebagai orang tua kadang masih saja tidak bisa menahan marah. Tapi pengalaman pagiku dua hari yang lalu, telah memberiku rasa jera, kapok tenan njengkelin anak-anak.
Tidak seperti biasanya, pagi itu Alni bangun pagi sekali, langsung njujug lap top. Aku yang masih mengenakan mukena bilang :"Sayang, nanti ibu mau makai buat bikin makalah yaaa".
"Iya, sebentaar saja", jawabnya. Akupun mondar mandir mencari baju dan keperluanku pelatihan di Batu pagi itu.
"Mana sayang , ibuk mau makai", kataku lagi.
"Sebentar".
"Itu sih banyak bentar", kataku jengkel. Alnipun berlari sambil menangis ke kamarnya, mas Hary segera menghiburnya.
Aku tertegun menyadari kesalahanku ketika menemukan apa yang dibuka Alni, yaitu youtube, murattal juz ama anak-anak yang belum sempat dia dengarkan. Perasaanku amat bersalah telah mengecewakan si cantikku. Akupun menyetel juz ama anak-anak yang mengalun merdu dengan lagu yang indah sambil mengetik makalah.
Sudah beranak empat, belum juga nyadar bahwa perilaku anak-anak itu meniru orang tuanya. Alni telah meniruku, tiap pagi membuka lap top, lalu mengaji dari youtube. Bahkan dia sering menjelang tidur minta distelkan rekaman murattal syeih misary dari hp-ku, persis seperti yang aku lakukan, mendengarkan murattal sampai tertidur. Dia selalu minta hp-nya didekatkan padanya, biar dengar, katanya.
Astaghfirullah !!! Mengapa aku menghalangi proses menirunya yang positif ini ? Bahkan dia tidak meniru gaya marah-marahku ......
Apa cerita kalian dengan anak-anak kalian sahabat ?
anak memang senantiasa meniru apa yang dilakukan orangtuanya...bila orang tua sering berlaku positif maka yg ditiru juga positif..demikian juga sebaliknya....maka berhati-hatilah bila bertingkah laku didepan sang anak.... salam :-)
BalasHapusIya mas Hariyanto, salam kembali
Hapus