Kamis, 17 April 2014

Menjaga Lingkaran

Kamis pagi yang dinginnya begitu indah. Aku merasa badanku lebih sehat setelah flu berat selama seminggu, walau masih merasa kedinginan, kurasa energiku hari ini mulai bangkit lagi.

Setelah pengajian karyawan, giliran aku setor hafalan juz 28 ke eyang Virien, surat At Tahrim.
Tak berapa lama, datang tukang sayur dengan sepeda motornya mendarat dengan manis di depan butik dan akupun meninggalkan eyang untuk belanja.

"Nah, orang seperti itu loh bunda dikasih beras", kata eyang ketika aku bersiap duduk lagi.
"Ho ? Aku gak pernah ngasih dia, tapi dia sering sekali melihat aku ngasih ke pemulung".  Aku memang punya standard sendiri dalam membagi beras, aku utamakan orang yang benar-benar miskin, yang salah satu tolok ukurnya adalah tidak punya sepeda motor, sedangkan tukang sayur ini punya sepeda motor yang membuatnya tidak masuk dalam daftar.

"Kasih saja, biar aku yang ambilkan", kata eyang  dan aku menurut saja.

Pagi itupun aku mendapat ceramah eyang tentang 'lingkaran' dan bagaimana seharusnya kita menjaga lingkaran itu.

"Saya tahu betul berapa pendapatan seorang tukang sayur, padahal dia telah memudahkan pelanggannya hingga tidak perlu ke pasar", kata eyang.

"Tugas kita adalah menjaga orang-orang yang berada di lingkaran kita dengan baik, termasuk mereka-mereka itu.  Setiap orang punya lingkaran, bunda dengan karyawan, tetangga, pelanggan, dan orang-orang yang berhubungan langsung dengan bunda. Perbuatan baik kita dimulai dari lingkaran terdekat itu ", kata eyang, dan aku mengerti apa yang eyang maksudkan dengan menjaga lingkaran, selain menjaga silaturahim, kita musti peka akan kesulitan mereka meskipun mereka tidak mengatakannya.

"Banyak orang menganggap biasa saja jasa seorang tukang sayur, mereka berpikir memang sudah semestinya begitu, padahal itu berarti kita kurang mensyukuri hal-hal kecil ", kata eyang.  Dan memang benar, kebanyakan orang lupa mensyukuri hal-hal kecil, baru terasa ketika hal-hal itu menghilang darinya.

"Aku banyak menangani kasus-kasus berat, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak mensyukuri hal-hal kecil ", kata eyang.

Wah ini temuan baru , mendapat masalah berat karena tidak mensyukuri hal-hal kecil.  Kurasa eyang benar, akupun melihat diantara orang-orang yang datang padaku dengan masalah rumit, kebanyakan memang orang-orang yang tidak menikmati hidupnya, yang berarti tidak mensyukuri kebahagian-kebahagiaan kecil.  Mereka terfokus pada hal-hal besar yang belum mereka raih, dan melupakan hal-hal kecil yang semestinya mereka syukuri.

Benarlah lagi ayat al quran yang mengatakan bahwa orang yang bersyukur itu pasti ditambah nikmatNya oleh Allah, sedangkan mereka yang ingkar (tidak bersyukur) maka azabNya sangat pedih.

Ayolah sahabat, berbahagialah apapun keadaan kalian.  Dan yang sudah berbahagia, marilah kita tingkatkan rasa syukur dan bahagia kita.  Mari tingkatkan kepandaian kita melihat nikmat Allah yang bertebaran di sekitar kita, dan jaga lingkaran kita dengan perbuatan baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar