Kamis, 10 Maret 2011

Indahnya Hujan Sore Ini

Sore ini aku belajar memanage situasi, dari dua orang gadis kecil, yang satu gadis kecilku Alni dan satunya lagi Galuh, putri karyawanku yang masih SD klas satu.

Aku mengajak dua anak yang manis-manis itu bersama dua karyawanku ke Taman Rekreasi Mendit, untuk menata stand pameran yang akan dibuka besok pagi.
Sementara kami semua mendisplay stand, dua gadis kecil itu bermain agak jauh dari lokasi pameran, makin lama kok makin jauh.
Hujan mulai turun rintik-rintik, kulihat kedua anak itu menaiki tangga... oh, akupun bergegas mengejar mereka. Akhirnya kutemukan mereka seiring turunnya hujan yang makin deras.
Kuajak mereka berdua berteduh di pendopo di depan kolam renang.  Kebetulan ada penjual bakso yang sudah tua yang juga berteduh, tersenyum kepada kami.  Tak lama kemudian mulut Alni dipenuhi tahu dan bakso, sementara Galuh hanya memandanginya, kata ibunya dia memang sulit makan.
Kutinggalkan mereka berdua di pendopo, aku berlari menembus hujan untuk membelikan mereka susu.

Hujan bertambah deras dan lama, tidak ada tempat duduk hingga kakiku capek berdiri.
Di hari biasa, taman rekreasi ini sepi sekali.  Mataku tertuju pada deretan pohon tua dalam bias titik-titik hujan, seakan tirai yang menciptakan keindahan yang romantis. Kolam renang, pepohonan, siluet rumah penduduk di kejauhan, bapak tua penjual bakso, dua gadis kecil yang riang berkejaran, menciptakan harmoni indah yang membentang di hatiku.  Sungguh Engkau Maha Indah dan Pencipta segala keindahan, ya Allah.
Kulihat bapak tua penjual bakso itu tampak tenang dan sabar, walau di hari-hari biasa dan hujan deras seperti ini, mungkin baksonya tidak cepat habis.

Menarik sekali cara dua gadis kecil itu menciptakan kegembiraan di tengah jebakan hujan.  Mereka berdua menggunakan tiang-tiang pendopo untuk berlari memutar, saling tertawa bila saling berpapasan.  Tak lama, setelah bosan dengan permainan itu, mereka main petak umpet dengan memanfaatkan tiang pendopo sebagai tempat bersembunyi.  Aku merasa sayang bila tidak ikut bergembira bersama mereka, maka akupun mengajak mereka main ular naga...., kamipun tertawa-tawa.

Sungguh sebuah pelajaran berharga.
Betapa banyak dari kita yang terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan, hujan, macet, ditingal pacar, dikhianati .........dll dll.
Berapa banyak dari kita yang mengeluh, mengomel, marah dengan keadaan.....
Padahal, bila kita pandai melihat nikmat Allah, ternyata masih banyaaaak tuh peluang untuk bahagia...
Semua tergantung kita.
Seandainya anda menjadi dua orang gadis kecil yang terjebak dalam hujan, anda boleh memilih untuk bersikap rewel dan bertanya terus," Kapan dong bu hujan berhenti? Alni kan mau main ayunan?"
" Galuh mau ketemu ibu, mau pulang saja, nonton TV".
atau anda akan menciptakan hal-hal sederhana menjadi menyenangkan, seperti yang dilakukan dua gadis kecilku di sore yang basah.

Sore itu aku pulang dari Mendit dalam keadaan basah kuyup karena naik angkot dan tidak membawa payung sementara Alni dan Galuh dibonceng Yudhi -karyawanku- pulang.  Air yang membasahi bajuku aku anggap sebagai asesoris yang semakin memperindah warna hujan sore ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar