Seorang pembacaku bertanya :" Mbak, kenapa ya temanku yang menikah dengan non muslim selalu hidup berkecukupan, punya hutang juga bisa melunasi, padahal dia jarang shalat dan menggampangkan hukum agama ?"
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya seketika itu juga, apalagi lewat sms, karena jawabannya panjang dan Indah musti mikir dulu. Juga nanya ustadz Virien untuk mendapatkan jawaban selengkapnya.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya seketika itu juga, apalagi lewat sms, karena jawabannya panjang dan Indah musti mikir dulu. Juga nanya ustadz Virien untuk mendapatkan jawaban selengkapnya.
Coba renungkan ayat ini :
QS. An-Nahl [16] : ayat 71
QS. An-Nahl [16] : ayat 71
[16:71] Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari
sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan
(rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak
yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka
mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?
Pada kalimat yang tercetak tebal, jelas-jelas dikatakan bahwa Allah melebihkan rezeki sebagian dari yang lain. Jadi soal memberi rejeki itu hak mutlak Allah. Juga tidak pernah dikatakan di al quran bahwa Allah melebihkan rejeki bagi kaum muslim atau menyedikitkan rejeki bagi yang non muslim. Ini karena sifat Maha Pengasih Allah, semua dikasihi dan semua dijamin rejekiNya.
Jadi nggak usah ngiri, karena banyak sedikitnya rejeki itu bukan ukuran kasih sayang Allah, dan bukan pula ukuran benar atau salahnya apa yang kita lakukan. Itu bukan patokan gitu loh .... dan jangan menjadikannya patokan.
Ukuran yang sebenarnya ada di hati kita yang merasa tenteram, damai, bahagia dan nyaman dalam kasih sayangNya. Perasaan-perasaan positif ini tidak tergantung dengan materi. Tapi tergantung bagaimana cara kita menyikapi hidup. Sebagai muslim, cara menyikapi hidup ini sudah ada tuntunannya di al quran, tinggal mengikutinya saja. Makanya orang yang rajin membaca dan mengkaji al quran dan melaksanakannya, hidupnya begitu tenteram dan damai, segala langkah tertuntun, sampai segala pembicaraan juga tertuntun.
Ustadz Virien menambahkan , beliau bilang bahwa untuk orang-orang kafir memang disediakan bagian di dunia ini yang banyak, tetapi di akhirat tidak. Jadi kita gak usah ngiri, karena bagian mereka diborong semua di dunia ini, gak tersisa buat akhirat. Banyak sekali ayat yang menerangkan hal ini, ini salah satunya ;
QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 77
Pada kalimat yang tercetak tebal, jelas-jelas dikatakan bahwa Allah melebihkan rezeki sebagian dari yang lain. Jadi soal memberi rejeki itu hak mutlak Allah. Juga tidak pernah dikatakan di al quran bahwa Allah melebihkan rejeki bagi kaum muslim atau menyedikitkan rejeki bagi yang non muslim. Ini karena sifat Maha Pengasih Allah, semua dikasihi dan semua dijamin rejekiNya.
Jadi nggak usah ngiri, karena banyak sedikitnya rejeki itu bukan ukuran kasih sayang Allah, dan bukan pula ukuran benar atau salahnya apa yang kita lakukan. Itu bukan patokan gitu loh .... dan jangan menjadikannya patokan.
Ukuran yang sebenarnya ada di hati kita yang merasa tenteram, damai, bahagia dan nyaman dalam kasih sayangNya. Perasaan-perasaan positif ini tidak tergantung dengan materi. Tapi tergantung bagaimana cara kita menyikapi hidup. Sebagai muslim, cara menyikapi hidup ini sudah ada tuntunannya di al quran, tinggal mengikutinya saja. Makanya orang yang rajin membaca dan mengkaji al quran dan melaksanakannya, hidupnya begitu tenteram dan damai, segala langkah tertuntun, sampai segala pembicaraan juga tertuntun.
Ustadz Virien menambahkan , beliau bilang bahwa untuk orang-orang kafir memang disediakan bagian di dunia ini yang banyak, tetapi di akhirat tidak. Jadi kita gak usah ngiri, karena bagian mereka diborong semua di dunia ini, gak tersisa buat akhirat. Banyak sekali ayat yang menerangkan hal ini, ini salah satunya ;
QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 77
[3:77] Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
Yang dinaksud 'harga yang sedikit' di ayat ini adalah materi/dunia.
Oh ya, Indah juga mau ngingetin, sebaiknya kita juga jangan mudah menyimpulkan seseorang itu kafir atau bukan, walau mereka non muslim. Simak ayat ini :
Sebagai muslim kita ini belum tentu beriman dengan benar. Bila kita masih menjadikan dunia sebagai tujuan dan ukuran .... sebenarnya yang kita sembah ya dunia ini, walau KTP Islam dan shalat 5 waktu .... Hmmm .... bingung ta ? Ya sebaiknya kita fokus ke dalam diri sendiri dulu, membenahi hati kita agar benar imannya.
Yang dinaksud 'harga yang sedikit' di ayat ini adalah materi/dunia.
Oh ya, Indah juga mau ngingetin, sebaiknya kita juga jangan mudah menyimpulkan seseorang itu kafir atau bukan, walau mereka non muslim. Simak ayat ini :
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 62
[2:62] Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Sebagai muslim kita ini belum tentu beriman dengan benar. Bila kita masih menjadikan dunia sebagai tujuan dan ukuran .... sebenarnya yang kita sembah ya dunia ini, walau KTP Islam dan shalat 5 waktu .... Hmmm .... bingung ta ? Ya sebaiknya kita fokus ke dalam diri sendiri dulu, membenahi hati kita agar benar imannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar