"Wah , kalau mbak Indah bepergian, terhenti dong nasi bungkusnya ?", tanya seorang sahabat.
"Iya ", jawabku, karena aku gak bisa menyuruh pembantu menggantikan kegiatanku. Kupikir untuk proyek berbuat baik ini, musti keluar dari hati pembantuku sendiri, bukan karena aku suruh.
Biasanya sih aku menggantinya dengan kue-kue, roti, atau apa saja yang tersedia di mobil. Kadang mas Hary beli satu dus mie instant yang dibagi-bagi sepanjang perjalanan.
Sekarang makin banyak saja sahabat yang berbagi nasi bungkus sepertiku, malah ada yang sudah melakukannya sejak lama, tapi tidak setiap hari, lalu jadi lebih semangat setelah berkenalan denganku, gitu katanya.
Aku sendiri merasakan hikmah yang luar biasa dengan membagi-bagi nasi bungkus. Dari hari ke hari semakin banyak saja pelajaran yang aku dapatkan dan selalu membuatku bilang ,"Subhanallah!!".
Ceritanya, 'Cantiq'ku itu supplier butik, jarang ada penjualan retail di show roomku. Sampai ada perjanjian tidak tertulis antaraku dan suami, kalau ada penjualan retail maka uangnya masuk ke kantongku dan aku pakai sesuka suka aku, boleh aku sedekahkan atau aku belikan kerupuk sak truck ... haha, kok larinya ke krupuk yaaa.
Nah, sejak aku rajin bagi-bagi nasi bungkus itu, kok rasanya adaaaa saja transaksi di butik, dan semakin banyak saja sejak aku mencanangkan 'nabung beras' 5 kg setiap hari. Sampai aku bilang ke suami ;"Kok rasanya aku sekarang keceh duwit sih mas". Apa ya arti 'keceh' dalam bahasa Indonesia ? aduh , maaf , .... gak bisa diterjemahkan ini ...
Tapi perkara keceh duit itu sebenarnya gak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kebahagiaan, kedamaian hati dan banyak hal yang Allah anugerahkan pada kami sekeluarga, sampai bisa dibilang aku sekeluarga seperti "tersihir" kedamaian dan kebahagiaaan. Dengan kata lain, banyak yang lebih menarik dan lebih berharga daripada duit tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasihku kepada duit ..... xixixi.
Untuk diriku sendiri, kurasakan semakin banyak hikmah dan pelajaran. Semakin 'ngeh' bila manusia itu diciptakan bukan untuk jadi egois dan hanya memikirkan diri sendiri atau kebutuhan dapurnya sendiri. Rejeki manusia itu dijamin sama Allah, jadi jangan mikirin rejekinya sendiri, lakukan saja apa yang Allah perintahkan dalam kitabNya al quran.
"Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat buat sesamanya", ini ungkapan di hadits yang artinya begitu mendalam. Bila merujuk pada hadits ini, target usaha yang kita lakukan adalah MANFAAT, bukan terpenuhinya target sales, tercapainya return of investment, atau secepatnya bisa mencapai break event point, bukan pula perkara bebas finansial .
Azas manfaat ini bikin kita nyenyak tidur bila ada 'sesuatu' yang lewat. Contohnya pas suamiku menanam 5000 pepaya , tapi yang hidup gak ada separuhnya, trus diantara yang hidup itu yang berbuah juga cuma berapa persennya (lali aku persisnya) .... bagi orang yang berpikir logika, bisa merasa rugi tuh, sudah beinvestasi sebanyak itu.
Tapi bagi yang mikirnya MANFAAT, pepaya yang tidak tumbuh dan tidak berbuah itu sebenarnya telah memberi kepada orang-orang, yaitu orang-orang yang membutuhkan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan dari proyek kecil suamiku.
Itulah mungkin salah satu makna hadits yang aku sebut itu.
Ada lagi ayat al quran yang menyuruh kita bersedekah dalam lapang dan sempit. Menurutku ini mengandung pesan tersamar, bahwa sesulit apapun keadaan kita, tetaplah berbuat baik sebanyaknya, karena nanti Allahlah yang akan mengangkat persoalan yang membebani kita. Pesan ini begitu tersamar, hingga hanya bisa dimengerti bila kita melakukan.
Sejak mendapat hikmah ini, pertanyaanku bukan lagi : berapa keuntunganku dari butik ? dari kebun ? dari instruktur pelatihan ?
Pertanyaan itu berubah menjadi : Berapa banyak butikku memberi manfaat ke masyarakat ? berapa banyak butik dan kebunku menolong orang-orang yang membutuhkan pekerjaan ? berapa banyak lagi tambahan nasi bungkus yang bisa aku bagi ? beras ? pakaian ? semakin luas enggak jangkauanku dalam berbuat baik ?
Bila dulu aku begitu senang saat terlibat dalam proyek pelatihan yang berhonor gede, sekarang aku lebih mengejar terlibat dalam proyek Allah yang bonusnya adalah melihat wajahNya.
Tak ada yang lebih indah dari mengabdi kepadaNya.
subhanallah...aku jd pngin berpapasan dngan mbil mba innuri.sapa tau dpt nasi bungkus.hehe
BalasHapuslah dateng aja ke rumahku tak suguhi nasi bungkus.
Hapus