Ayuk aku ajak bicara pada sebutir telur yang sedang dierami induknya.
"Haiii, kok cemberut ?", kataku menyapanya.
"Aduh, ini aku diapain sih, jadi gerah tahu, panas, aku gak tahaaaaan".
"Hmmm .... itu kamu sedang dierami sama induk kamu, .... memangnya gak mau jadi ayam ?".
"Ayam ? ... apa itu ayam ? nggak mauuu ...... aku mau disini saja, enak, nyaman", jawabnya, .... tepok jidat deh aku, kan telur gak bisa melihat ayam karena terbungkus cangkangnya, bahkan dia tidak bisa melihat induknya sendiri.
Berhari-hari telur itu dierami induknya, merasa gerah dan kepanasan, hingga terjadi perubahan pada dirinya, mulai tampak kepala, sayap kecil, kaki yang lucu. Telur itu mulai bisa menyadari tujuan dari perlakuan induknya padanya, dia mulai ikhlas.
"Sebentar lagi kau akan bisa melihat dunia", kataku.
"Dunia ?", dia bertanya heran.
"Dunia itu luas, terang dan indah, lihat itu paruhmu mulai keras dan kuat".
"Paruhku ?".
"Ayo coba pecahkan cangkangmu agar kau bisa melihat dunia". Calon anak ayam itu mulai mematuk dinding yang membatasinya dengan dunia.
"Capeeek, aduh sakit paruhku".
"Ya bersabarlah, karena dunia yang akan kau lihat begitu indah, jangan menyerah, kau harus berjuang".
Cangkang telur itu akhirnya tidak mampu lagi menampung ukuran anak ayam yang bertambah besar. Akhirnya 'krak' pecah deh ......
Dia berlari-lari dengan lucu, patuk sana patuk sini, dia begitu gembira melihat dunia yang luas, dinikmatinya udara segar, langit yang biru, bunga-bunga yang indah, hijaunya daun dan pepohonan.
Sahabat, tentu saja cerita itu hanya rekaan Indah .... tapi mari kita belajar dari telur.
Mungkin kitalah telur itu, yang terbelenggu dalam kenyamanan cangkang dunia, terpesona dan berputar putar dalam indahnya dunia atau malah terjerat dalam persoalan dunia dan tak tahu musti bagaimana. Dan ketika seseorang mengatakan bahwa ada hal yang lebih luas dan lebih indah yang bisa kita raih diluar itu semua, kita tak mempercayainya.
Kita manusia banyak yang terdinding, terdinding dari indahnya kedekatan dengan Allah, terdinding dari keindahan spiritual. Manusia banyak yang terkurung dalam cangkang indahnya dunia, lalu tidak mempercayai adanya keindahan yang lebih luas dan lebih tak terperi keindahannya.Tidak percayanya disini bukan berarti tidak beriman, melainkan tidak mau berusaha meraihnya karena telah merasa nyaman dengan dunianya.
Antara kita dengan keindahan Allah itu ada dinding yang musti kita usahakan agar tertembus. Keindahan di dalam cangkang dunia kita tak ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan spiritual dekat dengan Allah. Perbandingannya bisa diumpamakan seluas telur di dalam cangkang dengan luasnya alam semesta ini. Rugi bila kita tidak memperjuangkannya.
Bagi sebutir telur yang belum menjadi ayam, amat sulit baginya mempercayai dunia yang lebih luas dari cangkangnya , karena semua itu tidak pernah dilihatnya. Seperti juga kita, amat sulit mempercayai hal yang belum pernah kita saksikan.
Tapi kita bukanlah telur, karena kita punya akal pikiran dan hati. Akal kita mengatakan bahwa sesuatu yang tidak pernah kita lihat, bukan berarti sesuatu itu tidak ada, hanya kita belum pernah melihatnya, belum berkunjung ke sana atau karena keterbatasan jarak pandang kita.
Nah, langkah pertama adalah percaya atau beriman bahwa dekat dengan Allah itu sesuatu yang lebih besar dari dunia ini.
Langkah kedua, kecilkan dunia besarkan Allah. Apapun yang sedang dihadapi saat ini, pengalaman pahit manis, terjerat hutang, dll dll .... jangan sampai memecah konsentrasi kita meraih ridha Allah. Bagi yang punya persoalan, pasrahkan persoalan kepada Allah, lakukan yang terbaik dan terus memperbaiki diri dan mendekatiNya, raih ridhaNya.
Persoalan dunia itu kadang hanyalah alat untuk memalingkan kita dari Allah, dari menaatiNya dan dari fokus padaNya. Itulah sebabnya dunia ini disebut sebagai ujian.
Setiap detik kehidupan ini selalu bermakna, setiap langkah ada ujiannya, jadi teruslah berjuang, pecahkan cangkangmu !!!
"Haiii, kok cemberut ?", kataku menyapanya.
"Aduh, ini aku diapain sih, jadi gerah tahu, panas, aku gak tahaaaaan".
"Hmmm .... itu kamu sedang dierami sama induk kamu, .... memangnya gak mau jadi ayam ?".
"Ayam ? ... apa itu ayam ? nggak mauuu ...... aku mau disini saja, enak, nyaman", jawabnya, .... tepok jidat deh aku, kan telur gak bisa melihat ayam karena terbungkus cangkangnya, bahkan dia tidak bisa melihat induknya sendiri.
Berhari-hari telur itu dierami induknya, merasa gerah dan kepanasan, hingga terjadi perubahan pada dirinya, mulai tampak kepala, sayap kecil, kaki yang lucu. Telur itu mulai bisa menyadari tujuan dari perlakuan induknya padanya, dia mulai ikhlas.
"Sebentar lagi kau akan bisa melihat dunia", kataku.
"Dunia ?", dia bertanya heran.
"Dunia itu luas, terang dan indah, lihat itu paruhmu mulai keras dan kuat".
"Paruhku ?".
"Ayo coba pecahkan cangkangmu agar kau bisa melihat dunia". Calon anak ayam itu mulai mematuk dinding yang membatasinya dengan dunia.
"Capeeek, aduh sakit paruhku".
"Ya bersabarlah, karena dunia yang akan kau lihat begitu indah, jangan menyerah, kau harus berjuang".
Cangkang telur itu akhirnya tidak mampu lagi menampung ukuran anak ayam yang bertambah besar. Akhirnya 'krak' pecah deh ......
Dia berlari-lari dengan lucu, patuk sana patuk sini, dia begitu gembira melihat dunia yang luas, dinikmatinya udara segar, langit yang biru, bunga-bunga yang indah, hijaunya daun dan pepohonan.
Sahabat, tentu saja cerita itu hanya rekaan Indah .... tapi mari kita belajar dari telur.
Mungkin kitalah telur itu, yang terbelenggu dalam kenyamanan cangkang dunia, terpesona dan berputar putar dalam indahnya dunia atau malah terjerat dalam persoalan dunia dan tak tahu musti bagaimana. Dan ketika seseorang mengatakan bahwa ada hal yang lebih luas dan lebih indah yang bisa kita raih diluar itu semua, kita tak mempercayainya.
Kita manusia banyak yang terdinding, terdinding dari indahnya kedekatan dengan Allah, terdinding dari keindahan spiritual. Manusia banyak yang terkurung dalam cangkang indahnya dunia, lalu tidak mempercayai adanya keindahan yang lebih luas dan lebih tak terperi keindahannya.Tidak percayanya disini bukan berarti tidak beriman, melainkan tidak mau berusaha meraihnya karena telah merasa nyaman dengan dunianya.
Antara kita dengan keindahan Allah itu ada dinding yang musti kita usahakan agar tertembus. Keindahan di dalam cangkang dunia kita tak ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan spiritual dekat dengan Allah. Perbandingannya bisa diumpamakan seluas telur di dalam cangkang dengan luasnya alam semesta ini. Rugi bila kita tidak memperjuangkannya.
Bagi sebutir telur yang belum menjadi ayam, amat sulit baginya mempercayai dunia yang lebih luas dari cangkangnya , karena semua itu tidak pernah dilihatnya. Seperti juga kita, amat sulit mempercayai hal yang belum pernah kita saksikan.
Tapi kita bukanlah telur, karena kita punya akal pikiran dan hati. Akal kita mengatakan bahwa sesuatu yang tidak pernah kita lihat, bukan berarti sesuatu itu tidak ada, hanya kita belum pernah melihatnya, belum berkunjung ke sana atau karena keterbatasan jarak pandang kita.
Nah, langkah pertama adalah percaya atau beriman bahwa dekat dengan Allah itu sesuatu yang lebih besar dari dunia ini.
Langkah kedua, kecilkan dunia besarkan Allah. Apapun yang sedang dihadapi saat ini, pengalaman pahit manis, terjerat hutang, dll dll .... jangan sampai memecah konsentrasi kita meraih ridha Allah. Bagi yang punya persoalan, pasrahkan persoalan kepada Allah, lakukan yang terbaik dan terus memperbaiki diri dan mendekatiNya, raih ridhaNya.
Persoalan dunia itu kadang hanyalah alat untuk memalingkan kita dari Allah, dari menaatiNya dan dari fokus padaNya. Itulah sebabnya dunia ini disebut sebagai ujian.
Setiap detik kehidupan ini selalu bermakna, setiap langkah ada ujiannya, jadi teruslah berjuang, pecahkan cangkangmu !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar