Ini kisah petualangan seru yang dilakoni secara tidak sengaja, skenario Allah telah mengantarku kesini, pada rasa kagum yang luar biasa akan ciptaanNya, pada dzikir alam yang lembutnya mengandung kekuatan dasyat, merasakan aliran air di kakiku, merasakan denyut keikhlasan mereka menjalankan peranNya. Kasih Allah telah memperkenankanku menyentuh segala keindahan itu dengan tangan dan kulitku sendiri.
Semula niat ikut suami ke kebun karena kangen sama kebun, kangen suasananya, kangen aliran sungai kecil yang bersliweran kupu dan capung warna-warni di atasnya, kangen makan siang di bawah pohon pepaya berpiringkan daun pisang.
Tapi di rumah mas Saidi (penanggung jawab kebunku), Allah mempertemukanku dengan pak Izar , seorang pendakwah nekad yang luar biasa, kompak banget dengan sang istri yang kok mau-maunya mengikuti suaminya tinggal di daerah terpencil jauh dari keramaian kota seperti ini. Pak Izarlah yang 'menjerumuskan' aku berpetualang ke gua, aku nurut karena penasaran, apalagi letak guanya juga tidak jauh dari kebun, tepatnya di dukuh Bajulmati, masih dekat dengan pantai Sendang Biru, Malang Selatan.
Jadi ceritanya sejak dulu masyarakat desa sudah tahu ada sungai yang mengalir di dalam gua Coban Perawan, mereka biasa masuk gua untuk mencari ikan, tapi mereka cuma masuk sekitar 2 meter dari mulut gua, kepercayaan mistis telah memberi ketakutan tersendiri.
Suatu hari pak Izar (yang kata dia sendiri 'wong gendheng') mengadakan ekspidisi untuk pertama kali ke dalam gua dan mengajak 2 orang penduduk desa. Ekspidisi pertama inilah yang kemudian menemukan ujung gua sekitar 200 m dari mulut gua. Sepanjang 200 m bisa ditemui ukiran alam yang indah luar biasa, bahkan ada ukiran kaligrafi asma Allah yang terbentuk secara alami (sayang aku lupa memotretnya)
Perjalanan di awali dari rumah pak Izar, mempersiapkan segala perlengkapan ekspidisi. Disini ada kios yang menyewakan pelampung, helm, senter dll, juga menjual T shirt ikon Bajulmati dan celana santai buat bapak-bapak yang tidak membawa baju ganti. Murah banget nih T shirt dan celana, uang 50 ribu masih ada kembaliannya, heran deh Indah.
keuntungan dari kios ini didedikasikan untuk pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
Berhubung baju bawaanku cuma gamis yang tidak memungkinkan untuk digunakan berpetualang, akupun memakai kostum aneh, celana dan T shirt Bajulmati lengan pendek tapi pake kerudung. Waaah, gak syar'i banget dan warnanya gak matching, apa boleh buat, semoga Allah mengampuni.
Lalu berangkatlah kami ke posko berikutnya, yaitu rumah pak Karmin, mobil diparkir disini, dilanjut dengan jalan kaki yang tidak terlalu jauh, melewati sawah menghijau, daun padinya berayun tertiup semilir angin, lalu bertemu sungai berbatu dengan air yang kinclong abis, rasanya ingin duduk di batunya dan merendam kaki di air yang mengalir.
Perjalanan darat cuma sebentar saja, sampailah di 'sendang', di seberang sudah tampak mulut gua.
Untuk masuk ke dalam mulut gua musti berenang, dari sini nih rahasiaku ketahuan, karena tidak bisa berenang ... hehehe. Tapi untunglah tak perlu bisa berenang, karena kami semua diharuskan memakai pelampung, cukup telentang saja dan pemandu akan menyeret kami memasuki mulut gua.
Sejak di langkah pertama memasuki gua, tak habis-habis mulut mengucap 'Subhanallah Allahu Akbar'. Pemandangan yang amat indah dan banyak pelajaran dari alam.
memotret keluar dari dalam 'foyer' gua
Seperti mendengar dzikir air yang menjalankan tugas dari Allah dengan patuh dan ikhlas. Hati dipaksa berguru pada air, seolah dia berkata ; "Ikhlaslah menempuh perjalanan hidupmu, maka hanya keindahan yang menjadi jejakmu, sedang kaupun telah menghias dirimu dengan keindahan ".
bersama suami tercinta duduk di batu yang menyerupai singasana
Adakalanya kami berjalan menunduk, seolah ruku sambil berjalan, ada kalanya kami musti 'ngesot' karena atap gua yang terlalu rendah, kadang jalan pelan sambil menatap kagum galeri alam di sepanjang dinding gua, dan adakalanya berenang dengan bagian atas gua tepat ngepres di atas hidung kami.
Kira-kira orang yang biasa berjalan di atas bumi dengan menegakkan kepala karena sombong bisa tersungkur taubat disini.
Sesekali aku berhenti di air terjun kecil yang membelah batu, membasahi muka dengan kesejukannya.
Sampai di ujung gua, ada lubang bulat di atap gua, mengijinkan kami bisa melihat cahaya langit setelah perjalanan yang terasa panjang dalam kegelapan, warna pelangi terbias oleh pertemuan uap air dari dalam gua dengan cahaya matahari, indah sekali.
Ada kolam kecil tapi dalam di bawah atap yang berlubang, pak Izar segera menerjunkan diri di dalamnya, sedangkan aku sendiri merasa ragu, seperti ada aura mistis. Tapi pak Izar dengan kepandaiannya memprovokasi orang, membuatku berani terjun juga. Dan aku mengerti mengapa pak Izar sedikit memaksaku, hmmm .... karena .... hmm .... anda akan tahu jawabannya kalau kesini sendiri ...... haha .... Yang jelas, dari seluruh rangkaian perjalanan, di bagian inilah energi yang paling besar.
bersama mbak Yayuk (istri mas Saidi) di bagian yang paling besar energinya
Alam itu memberi energi, dan gelombang energi alam adalah membangun, memperbaiki, menetralkan, dan membawanya kepada Allah Yang Maha Tinggi. Itulah energi yang aku rasakan dalam petualanganku kali ini. Segala hal buruk di pikiran seolah tereliminasi, berganti rasa sejuk, tenang dan indah.
Dalam perjalanan pulang, aku merasakan pikiranku lebih segar, keberanianku bertambah, berpadu dengan perasaan tenang dan damai, seolah-olah habis direnovasi.
Bisa kubilang, ini adalah wisata olah raga, petualangan, sekaligus wisata spiritual. Alam menggurui kita tanpa berkata-kata, bukankah kitapun bagian dari mereka ?
Ingin berwisata kesini ? Ayoooo ....... bisa hubungi pak Izar di 085 850 640 277.
Semula niat ikut suami ke kebun karena kangen sama kebun, kangen suasananya, kangen aliran sungai kecil yang bersliweran kupu dan capung warna-warni di atasnya, kangen makan siang di bawah pohon pepaya berpiringkan daun pisang.
Tapi di rumah mas Saidi (penanggung jawab kebunku), Allah mempertemukanku dengan pak Izar , seorang pendakwah nekad yang luar biasa, kompak banget dengan sang istri yang kok mau-maunya mengikuti suaminya tinggal di daerah terpencil jauh dari keramaian kota seperti ini. Pak Izarlah yang 'menjerumuskan' aku berpetualang ke gua, aku nurut karena penasaran, apalagi letak guanya juga tidak jauh dari kebun, tepatnya di dukuh Bajulmati, masih dekat dengan pantai Sendang Biru, Malang Selatan.
Jadi ceritanya sejak dulu masyarakat desa sudah tahu ada sungai yang mengalir di dalam gua Coban Perawan, mereka biasa masuk gua untuk mencari ikan, tapi mereka cuma masuk sekitar 2 meter dari mulut gua, kepercayaan mistis telah memberi ketakutan tersendiri.
Suatu hari pak Izar (yang kata dia sendiri 'wong gendheng') mengadakan ekspidisi untuk pertama kali ke dalam gua dan mengajak 2 orang penduduk desa. Ekspidisi pertama inilah yang kemudian menemukan ujung gua sekitar 200 m dari mulut gua. Sepanjang 200 m bisa ditemui ukiran alam yang indah luar biasa, bahkan ada ukiran kaligrafi asma Allah yang terbentuk secara alami (sayang aku lupa memotretnya)
Perjalanan di awali dari rumah pak Izar, mempersiapkan segala perlengkapan ekspidisi. Disini ada kios yang menyewakan pelampung, helm, senter dll, juga menjual T shirt ikon Bajulmati dan celana santai buat bapak-bapak yang tidak membawa baju ganti. Murah banget nih T shirt dan celana, uang 50 ribu masih ada kembaliannya, heran deh Indah.
keuntungan dari kios ini didedikasikan untuk pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
Berhubung baju bawaanku cuma gamis yang tidak memungkinkan untuk digunakan berpetualang, akupun memakai kostum aneh, celana dan T shirt Bajulmati lengan pendek tapi pake kerudung. Waaah, gak syar'i banget dan warnanya gak matching, apa boleh buat, semoga Allah mengampuni.
Lalu berangkatlah kami ke posko berikutnya, yaitu rumah pak Karmin, mobil diparkir disini, dilanjut dengan jalan kaki yang tidak terlalu jauh, melewati sawah menghijau, daun padinya berayun tertiup semilir angin, lalu bertemu sungai berbatu dengan air yang kinclong abis, rasanya ingin duduk di batunya dan merendam kaki di air yang mengalir.
Perjalanan darat cuma sebentar saja, sampailah di 'sendang', di seberang sudah tampak mulut gua.
Untuk masuk ke dalam mulut gua musti berenang, dari sini nih rahasiaku ketahuan, karena tidak bisa berenang ... hehehe. Tapi untunglah tak perlu bisa berenang, karena kami semua diharuskan memakai pelampung, cukup telentang saja dan pemandu akan menyeret kami memasuki mulut gua.
Sejak di langkah pertama memasuki gua, tak habis-habis mulut mengucap 'Subhanallah Allahu Akbar'. Pemandangan yang amat indah dan banyak pelajaran dari alam.
memotret keluar dari dalam 'foyer' gua
Seperti mendengar dzikir air yang menjalankan tugas dari Allah dengan patuh dan ikhlas. Hati dipaksa berguru pada air, seolah dia berkata ; "Ikhlaslah menempuh perjalanan hidupmu, maka hanya keindahan yang menjadi jejakmu, sedang kaupun telah menghias dirimu dengan keindahan ".
bersama suami tercinta duduk di batu yang menyerupai singasana
Adakalanya kami berjalan menunduk, seolah ruku sambil berjalan, ada kalanya kami musti 'ngesot' karena atap gua yang terlalu rendah, kadang jalan pelan sambil menatap kagum galeri alam di sepanjang dinding gua, dan adakalanya berenang dengan bagian atas gua tepat ngepres di atas hidung kami.
Kira-kira orang yang biasa berjalan di atas bumi dengan menegakkan kepala karena sombong bisa tersungkur taubat disini.
Sesekali aku berhenti di air terjun kecil yang membelah batu, membasahi muka dengan kesejukannya.
Sampai di ujung gua, ada lubang bulat di atap gua, mengijinkan kami bisa melihat cahaya langit setelah perjalanan yang terasa panjang dalam kegelapan, warna pelangi terbias oleh pertemuan uap air dari dalam gua dengan cahaya matahari, indah sekali.
Ada kolam kecil tapi dalam di bawah atap yang berlubang, pak Izar segera menerjunkan diri di dalamnya, sedangkan aku sendiri merasa ragu, seperti ada aura mistis. Tapi pak Izar dengan kepandaiannya memprovokasi orang, membuatku berani terjun juga. Dan aku mengerti mengapa pak Izar sedikit memaksaku, hmmm .... karena .... hmm .... anda akan tahu jawabannya kalau kesini sendiri ...... haha .... Yang jelas, dari seluruh rangkaian perjalanan, di bagian inilah energi yang paling besar.
bersama mbak Yayuk (istri mas Saidi) di bagian yang paling besar energinya
Alam itu memberi energi, dan gelombang energi alam adalah membangun, memperbaiki, menetralkan, dan membawanya kepada Allah Yang Maha Tinggi. Itulah energi yang aku rasakan dalam petualanganku kali ini. Segala hal buruk di pikiran seolah tereliminasi, berganti rasa sejuk, tenang dan indah.
Dalam perjalanan pulang, aku merasakan pikiranku lebih segar, keberanianku bertambah, berpadu dengan perasaan tenang dan damai, seolah-olah habis direnovasi.
Bisa kubilang, ini adalah wisata olah raga, petualangan, sekaligus wisata spiritual. Alam menggurui kita tanpa berkata-kata, bukankah kitapun bagian dari mereka ?
Ingin berwisata kesini ? Ayoooo ....... bisa hubungi pak Izar di 085 850 640 277.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar