Kamis, 18 November 2010

Kreatifitas di Dapur (tidak) Umum ISI

Akhirnya aku mengalah,  akulah yang datang ke Yogya menengok putriku yang cantik, Zelika.  Libur seminggu, dia memilih jadi relawan peduli merapi daripada pulang berkumpul dengan keluarganya, hingga iedul adhapun dia relakan dirinya di dapur umum, bergulat dengan asap, bau bawang merah, panas, capek  dan entah apa lagi. Begitulah yang kubayangkan tentang keadaan putriku, yang setelah aku sampai disana keadaannya lebih parah dari yang kubayangkan, tapi Zeli bahagia dengan dunianya.

Dapur umum itu lebih pantasnya disebut dapur yang tidak umum, hehehe. Beratapkan terpal yang ditata asal-asalan,  memasak lauk pauk dan membungkus nasinya disini,  beberapa mahasiswa relawan duduk di lantai, berkutat dengan makanan tanpa beralaskan apa-apa.  Di seberang jalan, di dekat pos ronda, beratapkan langit, beberapa mahasiswa memasak nasi di beberapa tungku kayu bakar, wajahnya hampir tidak dapat dibedakan dengan asap hitam yang mengepul dari perapian.

Mataku tertumbuk pada nasi sebakul besar siap dibungkus, warnanya kecoklatan.  Kukira warna coklatnya karena proses memasak yang gosong, tapi ternyata karena beras sumbangan yang  beginilah keadaannya.  Memelas, bagusan makanan kucing di rumah ibu mertuaku.  Dan makanan seperti inilah yang dimakan pengungsi, relawan-relawan ini, termasuk anakku. Ga jelas perasaan apa yang ada di hatiku. Untungnya tadi aku sempat membawa Zeli makan di rumah makan yang kata Zeli termahal di seputaran kampus ISI.

Zeli memperkenalkan aku, bapak dan mbah putrinya ke teman-temannya,  aku merasa diperkenalkan dengan manusia dari planet lain ... haha.

Makanya Zeli tadi sempat bilang ," Ibu nanti jangan kaget lo ya, Zeli disana jadi bahan guyonan teman-teman". Kukira guyonan seperti apa, kukira anakku dilecehkan.  Ternyata di dapur yang tidak umum itu,  guyonan kreatif  mereka menambah daftar tidak umumnya dapur umum mereka.

Nama dapur umumnya mereka ganti dengan Dapur Umum Jelly.  Jelly adalah panggilan Zeli di kalangan teman-teman kampusnya. Di tiang ditulis JFC, Jelly Fans Club.   Macam-macam ekspresi patah hati tertulis di papan kecil-kecil seperti, kutunggu jandamu, cinta ditolak anggur ditenggak,  semua ditujukan untuk Zeli.  Ada lagi ekspresi sayang seperti di ceret ditulis , awas panas jell !!. Yang lebih menggelikan adalah seutas tali menggantung di pojok pos ronda, lengkap dengan simpul di bawahnya, mengisyaratkan siap bunuh diri bila cinta ditolak... hahaha, padahal posisi talinya tak cukup membuat orang bisa mati, karena kerendahan.

Aku yang pemilik butik, biasa bergaul dengan orang-orang yang fashionable, tentu saja seperti dilemparkan ke planet lain,  apalagi wajah mereka mengingatkanku pada kelompok Bajaj, ya hampir seperti itu, rambut kriwil-kriwil,  ekspresi aneh.  Untungnya aku bukan orang yang biasa menilai orang lain dari penampilan luarnya, jadi aku tersenyum dan dalam hati tertawa saja berada di 'ranah asing' ini.

Zeli seperti mengerti perasaanku, hingga saat pulang dia cerita.
"Mereka itu semuanya baik-baik kok buk,  mereka itu orang-orang yang tulus.  Kadang mereka rela menahan lapar demi mengutamakan pengungsi.  Sama Zeli mereka juga sayang kok , kalau Zeli sakit diperhatiin".

Siapapun mereka dan bagaimanapun penampilan mereka, dalam hati aku salut pada mereka.  Dalam perjalanan pulang dari Yogya, kupersembahkan doa tulusku pada mereka, seperti aku mendoakan anak-anakku.

Mudah-mudahan Allah karuniakan dalam hati mereka niat tulus karena Allah.
Betapa banyaknya orang yang melakukan banyak amal kebaikan, tapi hanya mendapatkan kelelahan saja, karena salah dalam meniatkannya.
Mudah-mudahan mereka menyadari, bahwa semua yang dipersembahkan untuk Allah akan menggerakkan alam semesta untuk mempersembahkan yang terbaik buat manusia.

Allah, jadikanlah mereka orang-orang yang bergerak karenaMu, karena orang yang bergerak karena mengharap ridhaMu tak akan pernah letih dalam berjuang, tak mudah menyerah oleh apapun penghalang.
Allah, jadikanlah mereka orang-orang yang Engkau dekatkan padaMu, mencintaiMu dan Engkau cintai pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar