Jumat, 25 November 2011

Halusnya Tipuan Syetan


Di sebuah perjalanan dari Surabaya ke Malang, di dalam bis yang dingin berAC, seorang lelaki dan seorang wanita terlibat pembicaraan ini .....

" Eyang ".
" Ya ".
"  Kenapa ya orang yang amat shaleh masih bisa terperosok dalam kesalahan ".
" Hmmm ".

" Eyang pasti tahu da'i yang amat kondang saat itu, akupun amat mengaguminya, bagiku dia orang shaleh yang rendah hati ".
" Lalu ....... ".

" Lalu suatu kali aku melihat istrinya diwawancara di televisi .... atau di majalah yaa... duh lupa aku,  pokoknya di media gitu.  Kata istrinya, suaminya bilang kalau di Indonesia ini tidak ada pelaku poligami yang patut dicontoh, lalu istrinya bergurau begini , memangnya kita mau jadi contoh? gitu lo eyang"
" Ya ..".

" Hmmm , lalu suaminya menikah lagi dengan janda yang cantiiiik banget. Pas aku melihatnya di televisi, da'i kondang yang kukagumi itu bilang bahwa salah satu tujuannya menikah lagi adalah untuk mempersiapkan si istri untuk menjadi mubalighah yang hebat ".

" Eyang..... eyang jangan diam saja dong ......  Eyang pasti tahu kan akhir cerita... atau pertengahan cerita deh, kan da'i itu masih hidup ..... Eyang tahu kan?  Si istri yang sudah melahirkan 7 anak yang manis-manis itu meminta cerai, dan akhirnya mereka berdua berpisah ".

"Bercerai itu sakit lo eyang, apalagi bagi wanita yang telah mendampinginya hingga sukses ... walaupun aku tidak pernah mengalaminya sih ..... sudah sakit, dibenci Allah pula.  Jutaan orang turut prihatin melihat kehancuran sebuah rumah tangga yang pernah jadi panutan orang se Indonesia bahkan orang luar negeri juga. Kayaknya da'i itu tergelincir dalam sebuah kesalahan, yaitu tujuannya menikah lagi yang katanya ingin mewujudkan poligami yang patut dicontoh.  Kalau kataku sih, menikah lagi atau tidak, tujuannya harus karena Allah.  Kalau tujuannya karena hal lain, walaupun hal itu baik, maka hanya akan menimbulkan kehancuran.  Lagipula, menganggap diri sendiri mampu menjadi contoh poligami itu adalah sebuah kesombongan yang halus, karena yang bisa menjadikan kita sebagai contoh adalah Allah ".

" Huuu, eyang kok cuma senyum sih ...... Eyang tahu gak, aku jadi suka bertanya-tanya dalam hati, seorang da'i yang begitu shaleh dan begitu luas ilmunya masih bisa terperosok dalam tipuan syetan yang halus sekali, apalagi orang kayak aku gini ya ......"

" Pernah dengar kisah tentang Barsisoh? Ahli ibadah yang punya ribuan santri yang akhirnya meninggal dalam kekafiran ".

" Ya, aku tahu, yang tertipu oleh syetan yang menyamar menjadi ahli ibadah ".

" Dia ingin lebih baik dalam beribadah seperti halnya syetan yang kelihatan kuat sekali beribadah dan berdzikir.  Lalu syetan mengatakan bahwa untuk bisa berdzikir sebaik dirinya maka dia harus mengalami menjadi ahli maksiat dulu.  Maka Barsisohpun mematuhi nasehat syetan untuk minum arak.  Dalam keadaan mabuk dia memperkosa dan membunuh, akhirnya dia mati dalam kekafiran ".

" Siapakah yang bisa menjamin iman kita tetap seperti ini kecuali Allah.  Makanya kita tidak boleh sombong atau merendahkan orang lain, walaupun mereka sedang dalam keadaan berdosa.  Kita hanya bisa mendoakan saja ".

" Betul.... dan untuk diri kita, sebaiknya kita selalu mengoreksi niat di hati kita.  Bila niatnya bukan karena Allah, walaupun itu sesuatu yang baik, sebaiknya kita luruskan dulu.  Ijinkan Allah menjaga hati kita dengan cara memohon pertolongan Allah agar menyampaikan kita dalam sebenar-benarnya keimanan.  Satu-satunya yang mampu menjaga hati kita hanyalah Allah, bukan diri kita sendiri, maka titipkanlah hati kita kepadaNya saja ".

" Eyang keren deh ... ".  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar