Selasa, 22 November 2011

Sepasang Kakek Nenek di Pojok Pom Bensin

Pulang ke Malang setelah memberi pelatihan Melukis Kain di Tulungagung, kami berhenti shalat di sebuah pom bensin.  Begitu melihat kamar mandi yang bersih, akupun tidak bisa menahan diri untuk byar byur mandi, duh segarnya setelah seharian mengajar dan membimbing 50 orang peserta praktek melukis.  Akupun mengganti stelan baju yang kukenakan dengan baju favoritku, kaos dan gaun longgar bertali, plus sandal jepit menggantikan sepatu fantovel yang pengap, ini baru rasanya nyamaaaan .......

Tubuh yang bersih di suatu sore nan mendung, rasanya jadi perjalanan yang hangat.  Baru saja beberapa meter mobil suamiku hendak beranjak meninggalkan pom bensin itu, mataku tertumbuk pada sepasang kakek nenek pedagang asongan di pojok sana.

"Mas, kok kasihan ya melihatnya, aku tak beli dulu ya"; kataku pada suamiku.
"Ya, aku tadi juga berfikir begitu"; jawabnya.

Kakek itu rupanya hendak mengangkat rak plastik yang berisi dagangan itu untuk dibawa pulang, memang hari sudah menjelang maghrib, sudah waktunya tutup. Rak plastik tiga susun itu berisi keripik dan kacang goreng, terus terang dagangannya tidak menarik sama sekali, kulihat kacang bawangnya terlalu gosong, mungkin si nenek menggoreng sendiri.

Yang menarik bagiku malah tangan si kakek yang sudah keriput dan renta, tangan itu agak gemetar ketika menaruh kembali rak plastik itu ke atas meja, padahal rak plastik itu tidak berat karena muatannya ringan-ringan saja seperti keripik keripik itu.  Akupun mengambil dua bungkus keripik dan membayar dengan uang lima puluh ribuan.

"Tidak ada kembaliannya bu, cuma tiga ribu", kata si nenek.
"Biar saja, kembaliannya buat nenek", kataku.  Mereka mengucap terimakasih, bahkan mereka masih memanggilku saat aku sudah berjalan ke mobil.

Berapakah jumlah manusia renta yang masih harus berjuang untuk kebutuhan perutnya di Indonesia yang makmur ini?  Banyak, banyak dan banyak ...... Dan sebagai orang yang diberi kelebihan rejeki oleh Allah, kita mendapat 'titipan' menyantuni mereka. Jangan diartikan kelebihan rejeki itu kelebihan uang, tubuh yang masih muda dan kuat inipun kelebihan rejeki.

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Al-Maa’uun [107]:1-3)

Orang miskin bukanlah orang yang kesana kemari menadahkan tangan meminta minta, orang miskin adalah orang yang tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sementara dirinya menahan diri untuk tidak meminta minta.

”Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling (meminta-minta) kepada manusia, lalu ditolak untuk mendapat satu atau dua suap makanan, satu atau dua butir korma. Tetapi, orang miskin adalah yang kebutuhannya tidak tercukupi, keadaannya tidak diketahui sehingga tidak ada yang bersedekah kepadanya dan tidak pula pergi meminta-minta kepada manusia.” (Al Hadits)

Karena orang yang membutuhkan tak selalu meminta-minta, dibutuhkan kepekaan dan kehalusan hati, apakah di lingkungan kita ada orang miskin seperti yang dimaksudkan di hadits tersebut. Memberilah dengan ikhlas, tanpa menghitung-hitung, tak perlu berpikir apakah uang kita cukup bila disedekahkan sebagian. Memberi saja lalu pasrahkan kebutuhan kita pada Allah .... karena kebutuhan manusia tak pernah cukup, kalau menunggu cukup kita tak akan bisa memberi.

Terbiasa memberi sering menghasilkan keajaiban.  Aku pernah bercerita di note fbku, suatu ketika aku pergi ke Bali bersama suamiku, sampai di Negara kartu ATM suamiku (itu satu-satunya kartu ATM yang kami bawa) tertinggal di dalam mesin ATM, otomatis kami 'hidup' hanya dengan uang tunai beberapa ratus ribu saja. Tiba di Denpasar, uang yang ngepres itu disedekahkan suamiku seratus ribu, saat itu dia lupa kalau keuangan sedang mepet.  Kamipun melanjutkan urusan kami selama beberapa hari, dan kami bisa pulang ke rumah dalam keadaan membawa seabreg oleh-oleh.  Sesampai di rumah, baru kusadari bahwa kami hanya menghabiskan uang sekitar enam ratus ribuan selama 4 hari bepergian, selama itu kami menginap di rumah beberapa teman (merekalah yang memaksa kami menginap), dan kami makan selalu ada yang bayari, oleh-oleh pun disediakan teman-teman, padahal teman-temanku tidak ada yang tahu keadaan kami ......

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, ”Orang yang menyantuni kaum janda dan orang-orang miskin adalah setara dengan orang yang berjihad di jalan Allah.” Aku mengira, Rasulullah saw juga bersabda, ”Dia juga seperti orang yang bertahajjud yang tidak merasa lelah dan seperti orang yang berpuasa yang tidak pernah berbuka.”(Muttafaq alaih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar