Jumat, 09 Desember 2011

Poligami Ala Suamiku

Kesukaanku saat ramadhan adalah menonton PPT (Para Pencari Tuhan) jilid 5 di SCTV.  Seperti ramadhan lalu, ada episode yang menceritakan bagaimana Aya memaksa suaminya menikah lagi dengan Kalila hanya gara-gara suaminya bergurau ingin berpoligami. Saat itu jadi ingat diriku, jadi ingat eyang (ustadz Virien).

Pernah si Virien itu hampir setiap hari 'menghembus-hembuskan' dalil tentang poligami padaku, tentang bagaimana wanita harus ikhlas dengan ketentuan Allah yang satu itu.  Padahal dia sendiri untuk mendapatkan satu istri saja nggak kunjung kesampaian, dia malah bilang nanti langsung 4 ... hehehe.

Saking jengkelnya, aku bilang padanya,"Kalau kamu bisa memaksa mas Hary menikah lagi, ya silahkan saja.... wong aku pernah menyuruhnya begitu, tapi dia malah tertawa ".

"Oh, bunda pernah menyuruh pak Hary menikah lagi? ", dia bertanya, lalu kusadar bahwa aku sudah membocorkan rahasia besar ... haha.

"Ya sih, dulu banget, waktu Aden sama Zeli masih kecil, waktu itu aku kasihan melihat banyak wanita lajang tak kunjung menemukan suami.  Lalu kusuruh mas Hary menikah lagi, dia kan sudah membuktikan padaku bisa menjadi suami yang baik, nah aku ingin berbagi kebahagiaan dengan wanita lain, gitu ceritanya, tapi dia malah mentertawakan ideku itu, lalu dia bilang ...."

"Bilang apa bunda? " Nah kan? ustadzku itu jadi penasaran rupanya.
"Dia bilang, dia mau punya istri empat ".
"Hah ??".
"Istri pertamanya aku, istri keduanya aku, istri ketiganya aku, istri keempatnya juga aku...."
"Hahahaha ....", kamipun tertawa berderai.

Tapi sejujurnya, hatiku terpengaruh juga dengan kalimat-kalimat eyang tentang poligami.  Berhari-hari aku memikirkannya dan berhari-hari aku gelisah karenanya.  Aku tidak menolak poligami, tapi kalau aku sendiri yang menjalaninya .... aduh gimana ya.

Aku ini orangnya aleman banget sama suami, sudah gitu aku juga tergantung banget sama suami.  Bila dia tidak di rumah, aku bisa susah tidur dan suka mengganggunya dengan telepon dan sms untuk mendoakanku agar bisa tidur.  Meskipun dia ada di rumah aku masih suka mengganggu tidurnya, karena bila malam aku sering tidak berani ke kamar mandi sendiri, aku selalu membangunkannya untuk menemani, lalu dengan terkantuk-kantuk dia selalu menuruti permintaanku. Banyak dan banyak sekali ketergantunganku padanya.

Aku dan dia seperti 'tumbu oleh tutup', orang aleman ketemu orang yang suka meladeni dan memanjakan.  Gak kebayang kalau dia tega membiarkanku mengalami ketakutan di rumah tanpanya untuk memenuhi 'giliran' istrinya yang lain. Duh Allah, ampuni aku.

Begitulah, pergolakan batinku gara-gara 'dibombardir' dalil tentang poligami.  Hingga akhirnya aku bertemu juga dengan rasa ikhlasku menerima aturan Allah yang satu ini,  akupun menuliskan hasil kesimpulan hatiku lewat sms ke ustadzku itu.

" Eyang, aku sudah rela dimadu.  Bukankah kebahagiaan seorang muslim adalah berdekatan dengan Allah Tuhannya?  Aku mau kebahagiaan seperti itu, kebahagiaan dekat dengan Allah, bukan kebahagiaan karena bisa memonopoli suami "

Tahukah apa balasan eyang ? Ini nih kata dia :

" Aku yang tidak rela bila bunda dimadu, seperti tidak relanya Rasulullah bila Fatimah putrinya terkasih dimadu oleh Ali bin Abi Thalib".

Eyang-eyang, jadi apa maksudmu selama ini mendesak-desakkan poligami padaku ? Untuk membuatku gelisah berhari-hari atau untuk .... 

Di kesempatan lain, eyang lagi-lagi bicara poligami.
"Seseorang akan diuji dengan apa yang ditakutkannya, kalau wanita takut diduakan suaminya, maka diapun akan mendapat ujian itu ".

Ada benarnya juga kata-kata eyang.  Aku ingat waktu kecil dulu aku takut sekali sama anjing, lalu orang-orang bilang begini, "Jangan takut, kalau kamu takut dia malah mendekat".

Rasa takut ibarat kita sedang menghidupkan frekwensi hal-hal yang kita takuti, frekwensi yang sama membuat benda/hal yang kita takuti mendekat.  Takut anjing membuat frekwensi pikiran kita terfokus ke anjing, maka tidak salah bila anjingnya malah mendekat.  

Begitupun kejadiannya bila kita takut pada hal-hal lainnya, seperti takut poligami,  takut bangkrut, takut hutang, takut anak masuk dalam pergaulan yang salah dll.  Jadi, pikirkan hal-hal baik saja deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar