Minggu, 18 Desember 2011

Rasa Tidak Ingin Memiliki

Bila bepergian, yang tak terlupa adalah membelikan Alni oleh-oleh. Gadis kecilku itu memang selalu menyita hatiku saat jauh darinya.  Membelikan Alni sesuatu biasanya dalam jumlah banyak, karena aku sedang mengajarinya untuk berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya.  Begitupun beberapa hari yang lalu pas ke Surabaya, kubelikan dia setengah dusin peniti jilbab yang menjuntai, ada logam berbentuk paisley berkilauan menggantung di ujungnya.

Peniti jilbab itu memang menarik dan warna-warni, Alni memilih 3 warna, sedang 3 sisanya dibagikan ke temannya. Tadinya kupikir tak akan ada masalah dengan peniti-peniti itu, tapi ternyata .....

Esoknya Alni kehilangan satu peniti, kejadiannya setelah 2 orang temannya main ke rumah, sudah dicari hingga ke kolong sofa dan kursi tetap tidak ada.  Eh, lha kok esoknya lagi Alni bilang kalau penitinya yang hilang itu dipakai temannya waktu ngaji.

"Ibuk, peniti Alni dipakai S, waktu Alni bilang kalau itu penitinya Alni, dia bilang itu beli di Malang ", kata Alni terlihat kecewa.  S adalah teman Alni yang mendapat bagian waktu Alni bagi-bagi peniti itu.
"Itu kan namanya nyuri ya buk", kata Alni, "Kan dia sudah dapat dari Alni, kok masih ngambil punya Alni ya". 

Sewaktu S main ke rumah, akupun menginterogasi dia tentang peniti itu dan dia mengaku kalau mengambil punya Alni.

Lain S, lain pula si F. F sudah mendapat jatah peniti juga, tapi begitu melihat peniti Alni masih ada 3, dia minta lagi......, tentu saja aku menahan Alni untuk tidak memberinya lagi !! 

Dari 3 orang gadis kecil yang menerima pemberian peniti dari Alni, cuma seorang anak yang 'narimo ing pandum', yang menerima dan menghargai pemberian Alni dan merasa cukup dengan pemberian itu. Dia bisa menerima kalau Alni yang 'punya peniti' berhak memiliki lebih dari teman-temannya yang hanya dapat gratis.  Dia tidak tamak dan rakus dengan ingin memiliki lebih dari yang diterimanya dari Alni

Bila diprosentase, hanya 33,3 % anak yang ikhlas menerima ..... walaupun kejadian ini tidak bisa mewakili dengan signifikan, tapi memang jumlah orang yang ikhlas itu sedikit.  Orang yang ingin memiliki sesuatu yang bukan haknya, sementara dia sendiri sudah memiliki sesuatu yang sama, itulah orang yang tidak 'narimo ing pandum', alias serakah, tamak, atau rakus.....  atau tidak ikhlas.

Masih bagus bila rasa ingin memilikinya disalurkan dengan meminta seperti F, gak bagusnya kalau disalurkan dengan mencuri ..... Banyak loh orang-orang 'gede dan pinter' yang menyelesaikan rasa ingin memilikinya seperti jalan yang ditempuh S, yaitu mencuri hak orang lain.... malah cara mencurinya lebih canggih, halus dan tidak terdeteksi (lupa dia bila Allah Maha Tajam penglihatanNya) 

Akupun mendapat 1 lagi makna ikhlas, yaitu tidak ingin memiliki apa yang menjadi hak orang lain.  Akupun jadi mengerti makna luhur pepatah jawa itu 'narimo ing pandum'.

"Tidak ingin memiliki apa yang menjadi hak orang lain", mungkinkah kita pernah melanggar point ini? 

Coba diingat-ingat lagi deh, kapan ya kita merasa puas karena telah berhasil menawar barang yang kita beli dengan harga yang 'mepet', yang membuat keuntungan si penjual jadi tipis ? Padahal sebagai pedagang dia berhak untuk memperoleh keuntungan yang wajar dan layak?  Hak pedagang telah kita serobot dengan begitu tega ..... 

Coba diingat-ingat lagi deh ......

Aku punya teman yang sukses berbisnis, sudah eksport ke beberapa negara.  Dia bercerita bahwa salah satu rahasia suksesnya adalah memotong omzetnya 5 % untuk disedekahkan.  Dia percaya banget bahwa sedekahnya telah memberi dampak yang luar biasa .....  Tapi tahukah bahwa si teman ini termasuk 'raja tega' dalam menawar barang, bahkan terhadap pedagang kecil di pasar yang hanya mengharap keuntungan dari sedikit dagangan yang digelarnya.

Rupanya temanku ini hanya mau mengeluarkan duit bila sudah jelas ada keuntungan bagi dirinya, contohnya sedekah yang bisa memberikan timbal balik berlipat ganda.  Dia lupa, bahwa diantara hikmah bersedekah adalah agar kita berkasih sayang dengan sesama, agar kita mendapat ridha Allah. Gemar bersedekah tapi masih senang bila orang lain mendapat keuntungan sedikit sementara kita untung banyak..... aduh, gimana ya?  Biar Allah saja deh yang urus .... 

Bila kita merasa masih memiliki sikap tamak dan rakus yang merugikan orang lain, kini saatnya 'merenovasi' ulang hati kita, buang segala hal buruk dan bangun kembali kepekaan terhadap orang lain.

QS. Asy-Syu'araa [26] : ayat 183
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar