Suatu hari aku cerita ke eyang Virien.
" Eyang, ada pembaca blogku yang membentuk pengajian tiap seminggu sekali, bersama teman-temannya mempelajari tulisanku. Mereka ingin aku bersilaturahim ke sana, aku senang sih. Tapi rasanya aku kan bukan ahli agama ya eyang? ".
" Bunda tahu nggak ahli agama itu apa? ", eyang balik bertanya.
" Hmmm...... ", aku bayangkan ahli agama itu ya orang yang ahli tentang al qur'an dan sunnah, punya cukup perbendaharaan dalil 'di luar kepala' sehingga bisa menjawab semua pertanyaan orang awam.
" Ahli agama itu orang yang pintar melaksanakan ajaran agama, bukan orang yang pintar ngomong atau pintar menjawab pertanyaan dengan dalil ", jawab eyang.
Ya, aku mengerti. Di masyarakat yang beragam ini, orang-orang memandang ajaran agama dengan kacamata yang berbeda-beda. Aku sendiri merasakan ajaran agama sebagai sesuatu yang mempermudah dan memperindah kehidupan, mengantar manusia menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Kurasakan inilah salah satu makna iman. Sementara mungkin bagi orang yang belum faham, agama adalah kewajiban-kewajiban dan ritual yang membebani.
Penting bagi kita untuk menata hati dan pikiran bahwa segala aturan Allah adalah untuk kebahagiaan manusia, maka kita akan mematuhiNya dengan rela/ikhlas dan menjalani perintahNya dengan rasa senang dan bahagia. Bukan sebuah keterpaksaan untuk menggugurkan kewajiban, atau sebuah sarana untuk terkabulnya permohonan.
Aku pernah mendengar kalimat seorang sahabatku ; " Ustadz-ustadz itu bikin aku muak, ternyata ujung-ujungnya duit ". Barangkali yang dia bicarakan adalah ustadz yang menjadikan jalan dakwahnya sebagai sarana mencari uang, wah..... dia bukan ahli agama dong, kan Allah melarang kita menerima upah saat menyampaikan firmanNya.
Ahli agama itu ternyata bukan hanya orang yang berdiri di atas podium, mempesona pendengarnya dengan untaian ayat-ayat al qur'an, atau orang yang pernah mondok bertahun-tahun, atau sarjana agama ..... ahli agama itu bisa siapa saja, bahkan orang yang bacaan al qurannya masih terpatah-patah, yang penting dia pandai menjalankan perintah Allah.
Yang paling sulit melaksanakan ajaran agama ternyata bukan kewajiban-kewajiban ritual, melainkan kewajiban-kewajiban batiniah seperti menahan amarah, menghilangkan iri, benci, sakit hati, menghiasai hati dengan kasih sayang dan menjaganya untuk selalu mengingat Allah. Kita perlu mendidik diri sendiri dan keluarga tentunya, bahwa segala kewajiban batiniah yang tidak kelihatan ini adalah sesuatu yang penting dan menguntungkan buat diri kita.
Fahami perintah Allah di al quran yang meliputi hal yang lahir dan batin, laksanakan dengan penuh cinta dan patuh kepadaNya, maka kitapun menjadi ahli agama.
" Eyang, ada pembaca blogku yang membentuk pengajian tiap seminggu sekali, bersama teman-temannya mempelajari tulisanku. Mereka ingin aku bersilaturahim ke sana, aku senang sih. Tapi rasanya aku kan bukan ahli agama ya eyang? ".
" Bunda tahu nggak ahli agama itu apa? ", eyang balik bertanya.
" Hmmm...... ", aku bayangkan ahli agama itu ya orang yang ahli tentang al qur'an dan sunnah, punya cukup perbendaharaan dalil 'di luar kepala' sehingga bisa menjawab semua pertanyaan orang awam.
" Ahli agama itu orang yang pintar melaksanakan ajaran agama, bukan orang yang pintar ngomong atau pintar menjawab pertanyaan dengan dalil ", jawab eyang.
Ya, aku mengerti. Di masyarakat yang beragam ini, orang-orang memandang ajaran agama dengan kacamata yang berbeda-beda. Aku sendiri merasakan ajaran agama sebagai sesuatu yang mempermudah dan memperindah kehidupan, mengantar manusia menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Kurasakan inilah salah satu makna iman. Sementara mungkin bagi orang yang belum faham, agama adalah kewajiban-kewajiban dan ritual yang membebani.
Penting bagi kita untuk menata hati dan pikiran bahwa segala aturan Allah adalah untuk kebahagiaan manusia, maka kita akan mematuhiNya dengan rela/ikhlas dan menjalani perintahNya dengan rasa senang dan bahagia. Bukan sebuah keterpaksaan untuk menggugurkan kewajiban, atau sebuah sarana untuk terkabulnya permohonan.
Aku pernah mendengar kalimat seorang sahabatku ; " Ustadz-ustadz itu bikin aku muak, ternyata ujung-ujungnya duit ". Barangkali yang dia bicarakan adalah ustadz yang menjadikan jalan dakwahnya sebagai sarana mencari uang, wah..... dia bukan ahli agama dong, kan Allah melarang kita menerima upah saat menyampaikan firmanNya.
Ahli agama itu ternyata bukan hanya orang yang berdiri di atas podium, mempesona pendengarnya dengan untaian ayat-ayat al qur'an, atau orang yang pernah mondok bertahun-tahun, atau sarjana agama ..... ahli agama itu bisa siapa saja, bahkan orang yang bacaan al qurannya masih terpatah-patah, yang penting dia pandai menjalankan perintah Allah.
Yang paling sulit melaksanakan ajaran agama ternyata bukan kewajiban-kewajiban ritual, melainkan kewajiban-kewajiban batiniah seperti menahan amarah, menghilangkan iri, benci, sakit hati, menghiasai hati dengan kasih sayang dan menjaganya untuk selalu mengingat Allah. Kita perlu mendidik diri sendiri dan keluarga tentunya, bahwa segala kewajiban batiniah yang tidak kelihatan ini adalah sesuatu yang penting dan menguntungkan buat diri kita.
Fahami perintah Allah di al quran yang meliputi hal yang lahir dan batin, laksanakan dengan penuh cinta dan patuh kepadaNya, maka kitapun menjadi ahli agama.
Ahli agama itu orang yang pintar melaksanakan ajaran agama-setuju dengan eyang!
BalasHapusjadikan diri kita manusia spiritual bukan hanya ahli agama.... ;)
trimakasih. aamiin
BalasHapus