Hari itu Jum'at di awal february 2012. Aku punya janji dengan ibu untuk sesering mungkin pulang ke Ngantang, aku juga punya janji mengambil gitar pesananku di Pujon. Makanya hari itu aku berencana ke Ngantang lalu pulangnya mampir ke Pujon mengambil gitar. Mas Hary bersedia mengantarku, tapi pakai motor, katanya sih mau nostalgia jaman kuliah dulu ..... berboncengan mesra ke Ngantang.... dengan senang hati kusambut idenya ini.
Pagi itupun aku meluncur berdua dengan mas Hary setelah sebelumnya mampir takziah dulu di Dinoyo, ada saudara yang meninggal, setelah itu kami melaju ke Ngantang.
Sepeda yang dipakai mas Hary tuh sepeda cowok besar jadul yang biasa dia bawa ke kebun, jadi yaaa... enak sih dipakainya, kayak anak muda, tapi ......
Ceritanya pas mau balik ke Malang, mendung kelabu merata dari ujung ke ujung langit. Dari Ngantang sudah gerimis rintik-rintik kecil, kadang rintiknya berubah jadi besar-besar juga sih, begitulah sepanjang perjalanan.
Aku yang sedang dimabuk 'nostalgia masa lalu', tak terganggu sedikitpun dengan guyuran hujan, aku amat menikmatinya !!! Apalagi pemandangan yang kami lintasi indah sekali ..... hutan, ladang, sungai mengalir berair kecoklatan, jalan aspal yang basah memantulkan bayangan langit, rintik hujan bak tirai alam ..... Akupun berbicara pada pepohonan, pada langit, pada hujan, pada sungai ..... dan rasanya mereka mengerti ucapanku, membalasku dan menjagaku ..... Dalam dinginnya alam dan guyuran hujan, hatiku terasa hangat, hangat sekali...
Aku biarkan bajuku basah kuyup, kupikir toh tak akan lama lagi aku tiba di rumah dan mandi air hangat lalu meringkuk dalam selimut tebal....
Dalam keadaan basah kuyup aku mampir ke Pujon untuk melunasi pembayaran uang gitar, aku tak berniat mengambil gitarnya karena rasanya tak mungkin membawa gitar baruku berhujan-hujan begini. Yang penting aku sudah memenuhi janjiku dua minggu yang lalu untuk membayar gitarku hari ini. Eh... lha kok gitarnya belum jadi....
Masalah dimulai ketika sampai di Batu, sepeda jadul itu mulai menunjukkan kualitas aslinya.... hehehe. Ada sebagian jeruji yang patah, hingga aku harus turun dan naik angkot !!! Suamiku melepasku naik angkot dengan tatapan mata tak tega, mungkin karena aku lupa tidak membawa handphone dan akupun tak sempat ngomong apa-apa saat kami berpisah di Batu.
Basah kuyup di angkot hijau yang membawaku ke terminal Batu, lalu pindah ke angkot ungu yang memaksaku menunggu penumpang penuh, lama juga, aku masih menikmati rasa dingin itu, kucoba mendapat kehangatan dengan membaca ayat-ayat al qur'an yang kuhafal ...... Akhirnya angkot ungu itupun bergerak pelan sekali menuju terminal Landungsari, mondag mandeg mencari penumpang.
Akhirnya sampai juga di Landungsari, aku turun sebelum masuk terminal, banyak angkot berjajar di pinggir jalan. Aku berjalan menembus hujan mencari angkot ADL, jalanku agak jauh juga karena angkot ADLnya mangkal paling ujung, berarti bajuku yang sudah basah ini musti bertambah basah.
Biasanya angkot dari Landungsari ke Arjosari cepat jalan, tapi kali ini lemoot banget. Mungkin karena hujan, banyak orang enggan bepergian, jadi yaaa ........ menunggu penumpang lagi ....... oh!! Aku masih bisa menghibur hatiku dengan berfikir bahwa inilah yang menurut Allah terbaik untukku hari ini. Akupun mengamati betapa banyaknya orang yang masih harus bekerja keras di tengah hujan begini, saat orang lebih memilih untuk berselimut atau menonton tivi di rumah yang hangat.
Hari sudah gelap ketika aku sampai di Blimbing, hujan masih mengguyur, aku memilih berhenti di depan Plaza Elektronik. Tadinya kupikir disini tempatnya teduh, bisa nunggu taksi tanpa kehujanan. Tapi aku kok ya percaya saja ketika tukang parkir di sini bilang kalau gak ada taksi yang mau belok kesini. Duh o'onnya Indah!!! Paling tukang parkir itu yang gak pernah naik taksi .......oalah !!
Aku rasanya kayak orang hilang..... menggigil, kedinginan, sendiri, tanpa bisa menghubungi siapapun karena tidak membawa hp. Pasti mas Hary sudah sampai di rumah dan meresahkanku, terbayang wajah Alni dan Insan.... sedang apa ya mereka sekarang?
Akhirnya kuberanikan diri meminjam hp sales yang berada di tempat itu, kubilang aku akan membayar pulsa yang kupakai, tapi setelah kupakai, dia tidak mau menerima uangku. Aku bisa menghubungi mas Hary, merdu sekali rasanya mendengar suaranya bilang," Tunggu aku yaa".
Adzan maghrib terdengar dari masjid Sabilillah, mas Hary belum nongol juga, cukup lama..... Aku mulai menyesali keputusanku minta dijemput, karena waktunya jadi dua kali lebih lama, kan dia musti jalan kesini dulu, kalau naik taksi kan bisa langsung pulang, lebih cepat sampai rumah.
Aku sudah tidak tahan dengan dinginnya tubuhku dan hawa malam yang amat terasa, sementara hujan masih terus mengguyur. Rasanya lebih hangat di dalam angkot tadi. Begitu dinginnya tubuhku hingga saat aku numpang ke kamar kecil di Plaza itu, air kran rasanya hangat !!!
Apa mas Hary salah jemput ya? begitu pikirku gamang, kan toko elektronik di Malang banyak sekali? Dalam keadaan resah itu ada orang yang menawarkan handphonenya untuk kupakai menelepon mas Hary, alhamdulillah !! Mungkin penampilanku kelihatan memelas banget yaa, sampai dikasihani orang kayak gitu ..... Tapi memang aku sudah merasa memelas banget..... sampai aku ingat ayat yang mengisahkan tentang beratnya cobaan yang menimpa kaum muslimin, hingga mereka bertanya ; "Bilakah pertolongan Allah datang ?"
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 214
Pagi itupun aku meluncur berdua dengan mas Hary setelah sebelumnya mampir takziah dulu di Dinoyo, ada saudara yang meninggal, setelah itu kami melaju ke Ngantang.
Sepeda yang dipakai mas Hary tuh sepeda cowok besar jadul yang biasa dia bawa ke kebun, jadi yaaa... enak sih dipakainya, kayak anak muda, tapi ......
Ceritanya pas mau balik ke Malang, mendung kelabu merata dari ujung ke ujung langit. Dari Ngantang sudah gerimis rintik-rintik kecil, kadang rintiknya berubah jadi besar-besar juga sih, begitulah sepanjang perjalanan.
Aku yang sedang dimabuk 'nostalgia masa lalu', tak terganggu sedikitpun dengan guyuran hujan, aku amat menikmatinya !!! Apalagi pemandangan yang kami lintasi indah sekali ..... hutan, ladang, sungai mengalir berair kecoklatan, jalan aspal yang basah memantulkan bayangan langit, rintik hujan bak tirai alam ..... Akupun berbicara pada pepohonan, pada langit, pada hujan, pada sungai ..... dan rasanya mereka mengerti ucapanku, membalasku dan menjagaku ..... Dalam dinginnya alam dan guyuran hujan, hatiku terasa hangat, hangat sekali...
Aku biarkan bajuku basah kuyup, kupikir toh tak akan lama lagi aku tiba di rumah dan mandi air hangat lalu meringkuk dalam selimut tebal....
Dalam keadaan basah kuyup aku mampir ke Pujon untuk melunasi pembayaran uang gitar, aku tak berniat mengambil gitarnya karena rasanya tak mungkin membawa gitar baruku berhujan-hujan begini. Yang penting aku sudah memenuhi janjiku dua minggu yang lalu untuk membayar gitarku hari ini. Eh... lha kok gitarnya belum jadi....
Masalah dimulai ketika sampai di Batu, sepeda jadul itu mulai menunjukkan kualitas aslinya.... hehehe. Ada sebagian jeruji yang patah, hingga aku harus turun dan naik angkot !!! Suamiku melepasku naik angkot dengan tatapan mata tak tega, mungkin karena aku lupa tidak membawa handphone dan akupun tak sempat ngomong apa-apa saat kami berpisah di Batu.
Basah kuyup di angkot hijau yang membawaku ke terminal Batu, lalu pindah ke angkot ungu yang memaksaku menunggu penumpang penuh, lama juga, aku masih menikmati rasa dingin itu, kucoba mendapat kehangatan dengan membaca ayat-ayat al qur'an yang kuhafal ...... Akhirnya angkot ungu itupun bergerak pelan sekali menuju terminal Landungsari, mondag mandeg mencari penumpang.
Akhirnya sampai juga di Landungsari, aku turun sebelum masuk terminal, banyak angkot berjajar di pinggir jalan. Aku berjalan menembus hujan mencari angkot ADL, jalanku agak jauh juga karena angkot ADLnya mangkal paling ujung, berarti bajuku yang sudah basah ini musti bertambah basah.
Biasanya angkot dari Landungsari ke Arjosari cepat jalan, tapi kali ini lemoot banget. Mungkin karena hujan, banyak orang enggan bepergian, jadi yaaa ........ menunggu penumpang lagi ....... oh!! Aku masih bisa menghibur hatiku dengan berfikir bahwa inilah yang menurut Allah terbaik untukku hari ini. Akupun mengamati betapa banyaknya orang yang masih harus bekerja keras di tengah hujan begini, saat orang lebih memilih untuk berselimut atau menonton tivi di rumah yang hangat.
Hari sudah gelap ketika aku sampai di Blimbing, hujan masih mengguyur, aku memilih berhenti di depan Plaza Elektronik. Tadinya kupikir disini tempatnya teduh, bisa nunggu taksi tanpa kehujanan. Tapi aku kok ya percaya saja ketika tukang parkir di sini bilang kalau gak ada taksi yang mau belok kesini. Duh o'onnya Indah!!! Paling tukang parkir itu yang gak pernah naik taksi .......oalah !!
Aku rasanya kayak orang hilang..... menggigil, kedinginan, sendiri, tanpa bisa menghubungi siapapun karena tidak membawa hp. Pasti mas Hary sudah sampai di rumah dan meresahkanku, terbayang wajah Alni dan Insan.... sedang apa ya mereka sekarang?
Akhirnya kuberanikan diri meminjam hp sales yang berada di tempat itu, kubilang aku akan membayar pulsa yang kupakai, tapi setelah kupakai, dia tidak mau menerima uangku. Aku bisa menghubungi mas Hary, merdu sekali rasanya mendengar suaranya bilang," Tunggu aku yaa".
Adzan maghrib terdengar dari masjid Sabilillah, mas Hary belum nongol juga, cukup lama..... Aku mulai menyesali keputusanku minta dijemput, karena waktunya jadi dua kali lebih lama, kan dia musti jalan kesini dulu, kalau naik taksi kan bisa langsung pulang, lebih cepat sampai rumah.
Aku sudah tidak tahan dengan dinginnya tubuhku dan hawa malam yang amat terasa, sementara hujan masih terus mengguyur. Rasanya lebih hangat di dalam angkot tadi. Begitu dinginnya tubuhku hingga saat aku numpang ke kamar kecil di Plaza itu, air kran rasanya hangat !!!
Apa mas Hary salah jemput ya? begitu pikirku gamang, kan toko elektronik di Malang banyak sekali? Dalam keadaan resah itu ada orang yang menawarkan handphonenya untuk kupakai menelepon mas Hary, alhamdulillah !! Mungkin penampilanku kelihatan memelas banget yaa, sampai dikasihani orang kayak gitu ..... Tapi memang aku sudah merasa memelas banget..... sampai aku ingat ayat yang mengisahkan tentang beratnya cobaan yang menimpa kaum muslimin, hingga mereka bertanya ; "Bilakah pertolongan Allah datang ?"
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 214
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Akhirnya pertolongan Allah datang, hatiku bersorak ketika kulihat mobil suamiku nongol. Kuucapkan terimakasih pada tukang parkir dan temannya yang meminjamiku hp tadi.
Adem rasanya bisa melihat rumah, bahkan masuk rumah serasa masuk surga !!! Setelah mandi aku menyelimuti tubuhku rapat-rapat, suami tersayangku melayaniku makan dan membuatkanku capucino panas...... Aduh nikmatnya !!!
"Kenapa nggak naik taksi dari dalam terminal Landungsari saja?", kata suamiku setelah mendengar keluh kesahku akan angkot yang lama.
"Iya yaaa.... kebiasaan sih, biasanya kan ADL di depan cepet jalan dan kebiasaan irit, naik taksi dari Blimbing kan lebih dekat, lebih murah ", kataku. Untuk selamat rupanya orang tidak boleh terpaku pada kebiasaan, orang harus bisa membaca situasi. Bertahan pada kebiasaan hanya akan menjerumuskan diri dalam kesengsaraan bila situasinya berubah. Contohnya ya aku ini, mestinya 1,5 jam sudah sampai rumah, kali ini 4 jam baru sampai plus kedinginan pula !!
Esoknya aku bertanya pada Allah, apa maksud Allah memberiku 'cubitan manis' itu? Hmm...... malu aku mengungkapkannya.......... Beberapa hari lalu sahabat fbku 'Rumah Hati Yogya' menginboxku tentang korban banjir yang bayi-bayi mereka membutuhkan susu, beberapa hari lalu aku membaca di majalah Aulia tentang anak-anak korban perang Palestina yang membutuhkan dana dan kemana dana itu musti disalurkan, hampir tiap hari ada berita bencana alam di tivi ............... Hatiku tersentuh, tapi aku tak kunjung membantu !!!
Aku sibuk sendiri dengan dhuafa-dhuafa dan anak yatim yang secara rutin kusantuni dan aku merasa itu sudah cukup. Padahal semestinya hati seorang muslim itu seluas semesta, menyantuni yang lebih parah kondisinya, menyantuni tanpa pandang batas teritorial, bahkan menyantuni tanpa pandang mereka muslim atau bukan.
Aku yang begitu merasa menderita selama 4 jam kedinginan, terlempar dari satu angkot ke angkot lain, tak bisa menghubungi kekasih dan sudah begitu merindukan rumah yang hangat. Sedangkan mereka yang sedang tertimpa bencana, menderita fisik berhari-hari bahkan berbulan-bulan, tanpa harapan menemukan rumah mereka dalam keadaan utuh !!! Bahkan mereka tak bisa menghubungi orang-orang yang mereka sayangi karena mereka sudah menjadi korban bencana. Mereka kekurangan makanan, pakaian, anggota keluarga,.... Merekalah yang benar-benar sendirian dan menderita.....
Aku hanyalah orang dewasa yang merasa sendirian, sedangkan wajah polos anak-anak korban perang itu..... merekalah yang benar-benar sendirian, tanpa orang tua dan tidak tahu kemana harapan akan digantungkan ..... Ya Allah, ampuni aku, ampuni mereka...... tolong mereka ...... dan jadikan tanganku ini tangan yang menolong mereka .........
Akhirnya pertolongan Allah datang, hatiku bersorak ketika kulihat mobil suamiku nongol. Kuucapkan terimakasih pada tukang parkir dan temannya yang meminjamiku hp tadi.
Adem rasanya bisa melihat rumah, bahkan masuk rumah serasa masuk surga !!! Setelah mandi aku menyelimuti tubuhku rapat-rapat, suami tersayangku melayaniku makan dan membuatkanku capucino panas...... Aduh nikmatnya !!!
"Kenapa nggak naik taksi dari dalam terminal Landungsari saja?", kata suamiku setelah mendengar keluh kesahku akan angkot yang lama.
"Iya yaaa.... kebiasaan sih, biasanya kan ADL di depan cepet jalan dan kebiasaan irit, naik taksi dari Blimbing kan lebih dekat, lebih murah ", kataku. Untuk selamat rupanya orang tidak boleh terpaku pada kebiasaan, orang harus bisa membaca situasi. Bertahan pada kebiasaan hanya akan menjerumuskan diri dalam kesengsaraan bila situasinya berubah. Contohnya ya aku ini, mestinya 1,5 jam sudah sampai rumah, kali ini 4 jam baru sampai plus kedinginan pula !!
Esoknya aku bertanya pada Allah, apa maksud Allah memberiku 'cubitan manis' itu? Hmm...... malu aku mengungkapkannya.......... Beberapa hari lalu sahabat fbku 'Rumah Hati Yogya' menginboxku tentang korban banjir yang bayi-bayi mereka membutuhkan susu, beberapa hari lalu aku membaca di majalah Aulia tentang anak-anak korban perang Palestina yang membutuhkan dana dan kemana dana itu musti disalurkan, hampir tiap hari ada berita bencana alam di tivi ............... Hatiku tersentuh, tapi aku tak kunjung membantu !!!
Aku sibuk sendiri dengan dhuafa-dhuafa dan anak yatim yang secara rutin kusantuni dan aku merasa itu sudah cukup. Padahal semestinya hati seorang muslim itu seluas semesta, menyantuni yang lebih parah kondisinya, menyantuni tanpa pandang batas teritorial, bahkan menyantuni tanpa pandang mereka muslim atau bukan.
Aku yang begitu merasa menderita selama 4 jam kedinginan, terlempar dari satu angkot ke angkot lain, tak bisa menghubungi kekasih dan sudah begitu merindukan rumah yang hangat. Sedangkan mereka yang sedang tertimpa bencana, menderita fisik berhari-hari bahkan berbulan-bulan, tanpa harapan menemukan rumah mereka dalam keadaan utuh !!! Bahkan mereka tak bisa menghubungi orang-orang yang mereka sayangi karena mereka sudah menjadi korban bencana. Mereka kekurangan makanan, pakaian, anggota keluarga,.... Merekalah yang benar-benar sendirian dan menderita.....
Aku hanyalah orang dewasa yang merasa sendirian, sedangkan wajah polos anak-anak korban perang itu..... merekalah yang benar-benar sendirian, tanpa orang tua dan tidak tahu kemana harapan akan digantungkan ..... Ya Allah, ampuni aku, ampuni mereka...... tolong mereka ...... dan jadikan tanganku ini tangan yang menolong mereka .........
QS Al Balad [90:12-17] Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
atau memberi makan pada hari kelaparan,
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Duhai hati, bersyukurlah karena Allah masih menjagamu dan keluargamu dari bencana. Jangan sekali-kali menyangka bahwa kamu tak akan tertimpa bencana, sebab Allah tak pernah kekurangan cara bila berkehendak menimpakan ujhan dan cobaanNya kepadamu.
Apakah bila tempat tinggalmu jauh dari pantai kamu merasa aman dari tsunami? bila tempat tinggalmu jauh dari gunung berapi kamu merasa aman dari gempa bumi ? bila tempat tinggalmu jauh dari sungai kamu merasa aman dari banjir? TIDAK !!!!! Bagaimana dengan angin puting beliung, wabah penyakit, kecelakaan transportasi ???? Ayo ulurkan tanganmu selagi tangan itu mampu .........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar