Jumat, 17 Februari 2012

Antara Muludan, Habil dan Qabil

Hari minggu awal february ini bertepatan dengan maulid Nabi.  Untuk pertama kalinya ada peringatan maulud Nabi di masjid perumahanku, aku salah satu panitianya. 

Acaranya meriah, mulai jam 2.30 yang menampilkan aneka kepintaran TPQ Anak Saleh (TPQ ini aku sponsornya). 
Anak yang lucu-lucu itu maju ke depan membawakan doa harian, surat pendek, menyanyi dan menari tari Saman. Dilanjutkan pembacaan shalawat Nabi, tibaan oleh grupnya Yudhy (dia karyawanku yang ustadz TPQ), lalu tausyiah dari seorang ulama.

Yang menarik bagiku bukan acaranya .... tapi makanannya... hehehe.  Maksudku....

Ibu RT telah menggerakkan ibu-bu se perumahan untuk membawa 2 nasi kotak ke masjid untuk acara ini, sedangkan santri TPQ disuruh membawa buah-buahan. Nah ini dia bagian menariknya.....

Nasi yang terbungkus kotak, tak bisa dilihat isinya kecuali dibuka dulu.  Diantara kotak-kotak itu ada yang isinya amat 'memprihatinkan', membuatku jadi bertanya-tanya, apakah di perumahan ini ada orang yang begitu tidak mampu  yang dengan terpaksa menyetor nasi kotak dengan isi 'seadanya' ( perasaanku kok disini tuh nggak ada dhuafanya!!! ) Ataukah nasi ini berasal dari ibu-ibu pelit yang berpikir, "aaah, kan gak ada yang tahu isinya apa, yang penting nyetor nasi kotak".

Diantara buah-buahan yang dibawa para santri juga ada yang 'lucu-lucu'.  Diantara tumpukan jeruk mandarin, peach, semangka, nanas dll , ada apel yang kuecil kuecil, BS pula dan banyak lagi hehehe.......  kontras sekali.

Kukira di dunia ini, setiap orang yang memberi pastilah dengan pemberian yang terbaik..... rupanya pendapatku itu sudah saatnya 'direvisi' .... hehehe.  Ternyata tidak semua orang mengerti bahwa sebuah pemberian mestinya adalah sesuatu yang terbaik yang kita punya, bahkan Allah menyuruh kita memberi dengan sesuatu yang kita cintai.

QS. Al-Baqarah [2] : ayat 177
[2:177] Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa
Aku jadi ingat kisah pengorbanan dua orang putra Nabi Adam, Habil dan Qabil.  Habil berkorban dengan ternak terbaiknya dan Qabil berkorban dengan hasil panennya yang terjelek.  Tahu kan kisah selanjutnya?
Kisah di dalam al quran adalah pelajaran yang abadi, berarti di setiap generasi manusia ada manusia 'jenis Habil' dan ada yang 'jenis Qabil'.
Manusia yang memberi dengan sesuatu yang dicintainya disebut Allah sebagai manusia yang benar imannya, berarti sebaliknya bagi manusia yang memberi dengan sesuatu yang buruk.
 
Yah ..... kupikir ibu-ibu pelit yang nyetor nasi kotak 'seadanya'  menyangka bahwa sebuah pemberian tidak ada nilainya di hadapan Allah.  Sayangnya lagi, ibu-ibu pelit ini tidak menyadari betapa pentingnya mengajarkan nilai kedermawanan kepada anak-anak mereka.  Mestinya saat anak-anak disuruh membawa buah-buahan, ibu-ibu itu menganggap ini adalah kesempatan untuk mengajarkan anak-anak merayakan kelahiran Nabi dengan hal yang terbaik sekaligus mengajari mereka memberi dengan sesuatu yang dicintai.
Mudah-mudahan Allah menuntun kita untuk menjadi manusia mulia yang Allah sebut manusia yang benar imannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar