Minggu, 23 Maret 2014

Terpenjara Logika

" Kan sudah jadi sunatullah kalau rejeki itu gak serta merta turun dari langit, pasti ada proses sebab akibat.  Manusia berusaha dalam artian kerja, hasilnya sedikit atau banyak, terserah sama Allah ", kata pembacaku yang kesal karena suaminya nganggur sedangkan hutang menumpuk, para penagih rajin pula narget.

Lalu kubilang :"Yang ngomong kalau rejeki itu gak serta merta turun dari langit itu karena dia gak pernah mengalami, dan dia gak mengalami karena dia gak mempercayai".

Sebenarnya aku gak setuju bila seorang suami tidak bekerja, wong itu tugasnya kaum lelaki. Tapi kalau mengharap suami berubah, itu juga memboroskan tenaga dan pikiran, karena berharap kepada makhluk biasanya suka bikin kecewa.  Jadi berharapnya kepada Allah saja, terima dulu suami 'ajaib'nya, dan tata lagi niat dalam hidup untuk beribadah kepada Allah apapun yang dilakukan.

Dan soal rejeki harus melalui sebab akibat, itu juga musti diuji lagi 'keabsahan'nya.

Yang namanya rejeki berupa uang, mau melewati proses sebab akibat atau tidak itu sekehendaknya Allah.  Mau ada uang jatuh mak jeblug di depan kita, atau tiba-tiba ada malaikat menyamar yang tiba-tiba ngasih kita uang, atau malaikat menyamar jadi pembeli yang memborong dagangan kita tanpa nawar saat sedang butuh-butuhnya uang, semua terserah Allah.

Jangan memenjarakan diri dengan logika, karena semua hal bisa dilogikakan kok.  Yang penting itu meletakkan harapan kepada Allah, dan ini berarti melepas segala sandaran selain Allah, termasuk logika.

Logika itu sering menipu kita dengan cara yang halus sekali. Pernah aku membutuhkan sesuatu yang penting senilai belasan juta, dan aku mulai menghitung dalam jangka beberapa minggu aku bisa ngumpulin uang sejumlah itu.  Tapi kenyataannya, kebutuhan banyak sekali hingga targetku tak pernah tercapai.

Akhirnya aku sadar bahwa aku telah dipenjarakan oleh logika dan hitunganku sendiri.  Saatnya bagi diriku untuk merubah tempat berharapku kepada Allah saja.  Akupun menata hati dan berharap kepada Allah untuk kebutuhanku yang mendesak itu.

Hanya sehari setelah deal dengan Allah, aku deal dengan pelanggan baru senilai puluhan juta dan beliau membayar uang muka lebih dari separuhnya, yang mencukupi kebutuhanku sekaligus kebutuhan belanja bahan tercover semua.  Subhanallah ! Allahu Akbar !

Pernah juga aku menginginkan A, B dan C.  Lalu logikaku bekerja, berhitung bahwa bulan ini untuk A bisa tercapai, bulan berikutnya B dan berikutnya lagi C.  Tersadar aku ketika semua tidak kunjung tercapai, mulailah hati ini menata, bukankah Allah Maha Kaya yang bisa memberiku A, B dan C sekaligus bahkan dalam sehari ?

Kenyataan yang kita hadapi ini merupakan tipuan. Seolah olah mampu, padahal tidak, seolah-olah tidak mampu, agar manusia terjebak dalam perasaan khawatir dan putus asa.  Semua itu ujung-ujungnya agar terjauh dari Allah.

Caranya biar tidak tertipu adalah memasrahkan segala keinginan dan persoalan kepada Allah dan percayalah akan kebesaran dan keajaibanNya.

Lebih banyak lagi tentang logika dan tipuannya, bisa buka link di bawah ini :

Yang Tak Memerlukan Sebab
Yang Maha Menciptakan Sebab
Antara Menyerah dengan menyandarkan diri

2 komentar:

  1. Subhanalloh......

    Hehe baru sadar kl sering kyk mb indah. Menargetkan sesuatu n ngerasa bs terkumpul dlm bbrp hari tp malah kacau balau.

    Makasih mb. Slalu tercerahkan kl baca tulisan mb indah......

    BalasHapus