Ada sms antara aku dengan eyang Virien yang masih kusimpan :
“Eyang,
karena gak ngopeni hp, kemarin aku gak tahu kalau ada telepon dari instansi X,
tahunya sudah malam. Biasanya sih mereka
mengundangku untuk jadi nara sumber. Dan
biasanya juga kalau aku gak ngangkat telepon, mereka akan menggantiku dengan
orang lain. Eyang, ini mau kutelepon
balik, doakan ya semoga belum diganti”.
“Iya bunda,
sesuatu kalau sudah ditentukan Allah pasti terjadi bukan karena sebab. Tapi kita tetap berdoa semoga semua terwujud
sesuai keinginan. Aamiin”.
“Ya jadi
tenang aku setelah baca sms eyang, aku ngelupain hp juga karena kehendakNya,
karena Allah bermaksud mengajariku banyak hal”.
“Hehehe ….
Bukan aku yang bilang bunda, tapi al qur’an”.
Sepenggal
pembicaraan yang manis bukan?
Ternyata
untuk membuat hambaNya memahami al quran, Allah mengajari kita lewat
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan ini.
Tak cukup al quran cuma dibaca-baca saja, musti difahami dan dijalankan,
dan ketika kita memintaNya untuk membimbing kita, Allahpun menurunkan berbagai
kejadian yang membuat kita lebih memahami ajaranNya.
Ayat yang
melukiskan bahwa Allah tidak memerlukan sebab itu rajin sekali dibaca oleh umat
Islam tiap malam jumat, di surat yasiin ……. Ingat? Ada di halaman terakhirnya ,
yang ada kata kun fayakun , yang artinya bila Allah berkehendak jadi maka Allah
tinggal bilang ‘jadi’ maka jadilah.
Dengan sebab atau tanpa sebab, pasti terjadi.
Banyak umat
islam rajin membaca surat ini, tapi belum memahami, masih banyak yang menyandarkan
diri pada logika. Padahal jelas-jelas
dikatakan ‘ kun fayakun’. Logika adalah
tipuan sempurna yang banyak orang terpeleset
di dalamnya, logika itulah yang menutup
kita dari menerima keajaiban dari Allah.
Inilah
bedanya menyandarkan diri pada Allah dan menyandarkan diri pada logika. Menyandarkan diri pada Allah berarti membuka
peluang diri untuk menerima sebanyak
banyaknya kemungkinan untuk hadir dalam kehidupan ini. Sedangkan logika manusia itu amat tebatas,
yang berarti sama saja dengan membuat batasan-batasan bagi diri kita sendiri,
menutup diri dari indahnya kedasyatan kekuasaan Allah.
Eyang pernah
mengalami peristiwa yang gak logis sama sekali.
Kejadiannya sewaktu eyang masih jadi guru dan jadi bendahara di sekolahnya. Nah, suatu hari dia menyimpan uang sekolah di
dompetnya, jumlahnya banyak menurut ukuran eyang saat itu.
Pas sore,
hujan-hujan lagi, eyang pulang basah kuyup.
Malangnya eyang, dompet yang berisi uang sekolah itu hilang. Eyang gelisah bukan main, karena nggak tahu
kemana mencari dompet itu dan gak punya cukup uang untuk mengganti uang
sebanyak itu. Dompet itu hilang dimana
gak jelas sama sekali karena seharian eyang berkeliing, muter-muter se antero
Malang raya.
Malam itu
eyang menenangkan diri, setelah tenang dia shalat dua rekaat dan memasrahkan
persoalannya kepada Allah. Habis shalat
dia tertidur dan terbangun saat merasakan kakinya terasa dingin tersentuh
barang yang basah.
Dia
menemukan kejutan manis malam itu, barang basah yang menempel di kakinya itu ternyata
adalah dompet yang dicarinya. Mungkin
dompet itu terjatuh di jalan dan ditimpa hujan hingga basah, lalu malaikat
mengantar ke pemiliknya dan menaruhnya di kaki eyang. Ataukah dompet itu melompat sendiri menemukan
pemiliknya? Wallahu alam.
Tidak masuk
akal sama sekali bukan? Bagaimana dompet bisa menemukan pemiliknya dan bukan
pemilik yang menemukan dompetnya.
Kejadian
yang tidak logis juga bisa ditemukan di al quran, ingat kisah maryam yang
selalu beribadah di biliknya dan disampingnya
selalu tersedia makanan padahal tidak ada orang yang menaruhnya disitu. Buka selengkapnya di surat Ali Imran ayat 37.
Dulu kukira kejadian ajaib ini terjadinya hanya di masa lalu, dan hanya dialami oleh para nabi. Tapi bukankah Maryam bukan nabi? Dan bukankah al quran berlaku sepanjang jaman? Berarti hal-hal ajaib yang diceritakan di al quran juga bisa dialami oleh siapa saja yang Allah kehendaki. Tidak harus Nabi, manusia biasapun bisa mengalaminya.
Dulu kukira kejadian ajaib ini terjadinya hanya di masa lalu, dan hanya dialami oleh para nabi. Tapi bukankah Maryam bukan nabi? Dan bukankah al quran berlaku sepanjang jaman? Berarti hal-hal ajaib yang diceritakan di al quran juga bisa dialami oleh siapa saja yang Allah kehendaki. Tidak harus Nabi, manusia biasapun bisa mengalaminya.
Akupun
pernah mengalaminya. Sewaktu masih tinggal di Negara Bali, aku biasa membeli beras kemasan lima kiloan dan menaruhnya
begitu saja di dapur, aku memasak nasi sekitar tigaperempat kilo dalam sehari . Secara
logika berasku bakalan habis dalam tempo seminggu. Tapi kenyataannya berasku tidak habis-habis,
dari hari ke hari cuma berkurang
seperempatnya. Melihat beras itu aku
sampai heran dan merinding. Ini kok
seperti cerita legenda Jaka Tarub yang beristrikan bidadari yang berasnya gak
habis-habis ….. hehehe.
Karena
takutnya, aku menuang beras itu dan aku campur dengan beras yang aku bagi-bagi
ke dhuafa. Di Negara aku memang suka
beramal dalam bentuk beras dan kubagi di kampung muslim yang miskin.
Ternyata
beraspun bisa ‘tumbuh’ di dalam karung, tanpa melewati proses ditanam di sawah,
dikeringkan dan diselep. Gak masuk akal
bukan? Tapi ini adalah kisah nyata yang aku alami sendiri.
Begitulah,
bila Allah berkehendak jadi, maka jadilah, dengan atau tanpa sebab pasti
terjadi. Makanya dekatkan saja diri kita
kepada Allah sedekatnya, sedekat urat leher kita. Logika dipakai hanya untuk urusan tertentu, seperti menghitung rekaat shalat atau mengukur kurus gemuknya kita berdasarkan rasio antara tinggi dan berat badan .... hhmmm.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar