Minggu, 24 Februari 2013

Cara Unik Bertanggung Jawab

"Bila kita menerima kelebihannya, maka kita juga harus menerima kekurangannya", itu adalah kata-kata bijak suamiku berkenaan dengan anak-anak kami.  Kata-kata itu sering terngiang ngiang di telingaku saat mentalku mulai menurun memikirkan anak kami yang 'limited edition'.

Gantengku yang duduk di bangku SMA itu, kalau di rumah  gak pernah lepas dari lap top, ngegame.  Kalau dia lepas dari lap topnya, hasilnya Alni adiknya menjerit-jerit digodain sama dia.  Main gamenya gak tanggung-tanggung, tiap hari betah melek sampai lebih dari jam  11 malam, cuti main gamenya cuma kalau lagi sakit dan melahirkan ..... eit , salah ya ..... hahahaha.

Dia masuk kelas akselerasi, pulangnya sore, tapi nyampai rumah jam 8 malam, kalau ditanya kemana, gak jawab.  Selidik punya selidik, dia pulang sekolah mampir dulu di warnet, ngegame juga, maklum speedy di rumah gak bisa dipakai main game yang canggih-canggih.

Sesampainya di rumah, dia makan, shalat, ngegame lagi sambil ditonton televisi.  Ya dia membiarkan televisi di kamarnya menyala, sementara dia terus asik main game, begitu sampai jam 11 malam, pernah sampai jam 2 pagi.

Dengan aktifitas seperti itu, otomatis dia susah dibangunkan, dan sering gak bisa bangun pagi lalu gak masuk sekolah ! Dan aku musti berusaha agar tidak berbohong sewaktu menelepon sekolahnya, kubilang pada guru piket kalau anakku sedang tidak enak badan sambil dalam hati aku bilang, ngantuk kan termasuk tidak enak badan ya? hmmm .....

Dengan aktifitas seperti itu, dia juga jadi mudah sakit, bulan kemarin malah masuk RS kena DB.  Selain kena DB, lambungnya juga bermasalah karena makan gak teratur.

Coba tanya sama ibu di seluruh dunia, khawatir nggak punya anak kayak gini ? Tapi suamiku tenang saja.

"Gak usah dimarahi, gak usah didekte.  Dia bukan seperti anak-anak lainnya, dia punya cara sendiri dalam belajar.  Sudahlah, dipasrahkan Allah saja", begitu suamiku sering bilang.

Tapi masih saja ku mikir, bisa naik kelas nggak dia ? lah sering gak masuk sekolah gitu, apa dia bisa mengejar ketinggalannya?

Pertanyaanku itu terjawab  kemarin, sewaktu pembagian rapot kenaikan kelas akselerasi.

"Ibuk, lihat rapotku". katanya riang.
"Ya ya .....".

Hasilnya mencengangkan !  Semua nilainya di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), padahal di sekolahnya yang SMAN I Malang, SMA ranking 1 di Malang,  ukuran KKMnya termasuk tinggi, di kisaran  76 - 79.  Selain pelajaran Agama, nilai pelajaran lain di atas 80. Dan dia termasuk dalam jajaran siswa dengan prestasi terbaik.

Ini adalah prestasi yang luar biasa, mengingat dia juga juara tidak masuk sekolah, juga mengingat kelas akselerasi adalah kelas anak-anak cerdas.  Untuk bisa masuk kelas ini dia musti melewati serangkaian tes termasuk tes IQ dan tes psikologi, dan tidak semua anak diterima, dari 30 pendaftar hanya diterima 20 anak.

 Untuk kenaikan kelasnya kali ini, dia minta hadiah kenaikan uang saku, dari 16 ribu jadi 20 ribu sehari,  Pikiranku langsung mak nyut, bukan soal jumlahnya, tapi pasti uangnya dia pakai ngegame di warnet.

"Sayang, tugas kita sebagai orang tua kan membuat anak-anak bahagia, apalagi dia sudah menunjukkan prestasinya.  Dia itu anak yang penuh tanggung jawab, dengan caranya sendiri ", kata suamiku.

"Main gemenya adik itu gak kayak main gamenya anak-anak SMA kebanyakan, itu  gamenya anak IF*).  Rata-rata anak SMA mainnya game action, yang gak pakai mikir, asal tangan gerak cepat.  Sedang adik main gamenya yang butuh strategi, main logika dan pola pikir sistematis ", kata Aden soal adiknya.

Olala .... rasanya aku ini ibu yang kuno banget ....

 “Didiklah anak – anakmu, karena mereka itu dijadikan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu ini.” ( al hadits)

catatan :
IF ; istilah untuk mahasiswa Tehnik Informatika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar