Malam itu aku benar-benar panik, saat gak sengaja aku menemukan kamar pembantuku kosong sementara jam menunjukkan pukul 10 malam, kupanggil panggil, kukelilingi seluruh pojok rumah, tak ada jawaban. Yang ada di pikiranku, apakah anak ini mati bunuh diri, kok dipanggil gak jawab. Lalu kukelilingi lagi seluruh rumah, tak ada yang terlewat sampai di cepitan cepitannya ......
Baru kusadar bila aku telah kena tipu olehnya setelah kulihat pintu tidak terkunci, rupanya dia menyelinap dari pintu samping, keluar rumah malam-malam, mengabaikanku yang sedang asik di depan lap top.
Aku masih panik juga, aku keluar rumah mencarinya, hanya kulihat jalan yang sudah sepi, toko-toko yang sudah tutup semua. Kutelepon suamiku yang tidur di rumah satunya, saat itulah pembatuku mengetuk pintu, jam sudah mendekati angka setengah sebalas malam, kumarah-marahi dia, benar-benar lupa aku bahwa aku sedang mencanangkan gerakan menahan amarah bagi diriku sendiri ......
Peristiwa yang kualami kali ini membuatku sadar bahwa bekerja berdasarkan prinsip bismillah itu juga bermakna menyayangi diri sendiri.
Selama ini aku memaknai ucapan basmallah adalah bekerja atas nama Allah dan berlandaskan kasih sayang, tapi yang kufahami hanya kasih sayang yang sifatnya keluar, terhadap orang lain dan obyek di luar diri sendiri. Setelah aku mengalami peristiwa yang cukup membuatku kaget sekalee ini, aku jadi mengerti bahwa diri sendiri juga musti dimasukkan dalam obyek kasih sayang.
Beberapa bulan yang lalu, suamiku menyodorkan seorang anak berparas manis untuk bekerja pada kami. Dia dari desa di ujung kabupaten Malang, umurnya kira kira 15 tahunan, baru lulus SD, masih kecil.
Wajahnya cantik dan lembut, tapi saat bicara dengan orang lain, matanya menatap tajam lawan bicaranya seperti menantang. Aku sempat takut dengan caranya menatapku, rasanya seperti dihipnotis agar berada dalam pengaruhnya, tapi suamiku yang sabar malah tertawa .....
"Sayang, dia masih anak-anak, mari kita didik sama-sama", begitu katanya. Semula suamiku mau menyekolahkannya ke SMP terdekat, tapi anaknya sendiri yang gak mau.
"Kalau kita pergi biar ada yang jagain Alni ", kata suamiku lagi, tapi kenyataannya dia cuek banget dengan Alni, seperti tidak ada perasaan apapun pada anak selucu Alni.
Kebiasaannya yang cukup mengganggu adalah selalu membawa hp dan sibuk banget dengan hpnya, sepanjang hari ! Sampai musti ditegur agar tidak berhp ria saat bekerja, Dia nurut, tapi pagi, sore dan malamnya dia tak pernah lepas dari hp, ya sms-an, ya bicara, yang dari cara dia ngomong gampang banget ditebak bila dia sedang bicara dengan cowok. Rupanya dia sudah kenal pacaran dan aku gak tahu pacarnya berapa ..... hahaha .... yaaa, melihat gelagatnya, dia selalu meladeni semua penggemarnya.
Bila aku jujur pada diriku sendiri, sebenarnya aku tidak menyukai gadis ini sejak awal, tapi aku gak tahu sebabnya. Aku selalu mencoba menerima dia dengan kasih sayang, bagiku mendidik seorang gadis seperti dia sama dengan mendidik generasi, bukankah dari rahimnya akan lahir anak-anak bangsa. Hmmm ..... kedengarannya sebuah niat yang manis dan aku menjalankan niatku ini dengan sabar, hingga peristiwa itu terjadi .....
Akhirnya aku pulangkan gadis manis itu, karena ternyata bukan cuma sekali itu dia pulang malam, Aden pernah memergokinya, bahkan suamiku pernah menegurnya, tapi dia ndableg .... dan malam itu adalah puncaknya, dia hampir membuatku kehilangan jantung dengan kendablegannya Kupikir sudah waktunya aku peduli dengan diri sendiri .....
Baru kusadar bila aku telah kena tipu olehnya setelah kulihat pintu tidak terkunci, rupanya dia menyelinap dari pintu samping, keluar rumah malam-malam, mengabaikanku yang sedang asik di depan lap top.
Aku masih panik juga, aku keluar rumah mencarinya, hanya kulihat jalan yang sudah sepi, toko-toko yang sudah tutup semua. Kutelepon suamiku yang tidur di rumah satunya, saat itulah pembatuku mengetuk pintu, jam sudah mendekati angka setengah sebalas malam, kumarah-marahi dia, benar-benar lupa aku bahwa aku sedang mencanangkan gerakan menahan amarah bagi diriku sendiri ......
Peristiwa yang kualami kali ini membuatku sadar bahwa bekerja berdasarkan prinsip bismillah itu juga bermakna menyayangi diri sendiri.
Selama ini aku memaknai ucapan basmallah adalah bekerja atas nama Allah dan berlandaskan kasih sayang, tapi yang kufahami hanya kasih sayang yang sifatnya keluar, terhadap orang lain dan obyek di luar diri sendiri. Setelah aku mengalami peristiwa yang cukup membuatku kaget sekalee ini, aku jadi mengerti bahwa diri sendiri juga musti dimasukkan dalam obyek kasih sayang.
Beberapa bulan yang lalu, suamiku menyodorkan seorang anak berparas manis untuk bekerja pada kami. Dia dari desa di ujung kabupaten Malang, umurnya kira kira 15 tahunan, baru lulus SD, masih kecil.
Wajahnya cantik dan lembut, tapi saat bicara dengan orang lain, matanya menatap tajam lawan bicaranya seperti menantang. Aku sempat takut dengan caranya menatapku, rasanya seperti dihipnotis agar berada dalam pengaruhnya, tapi suamiku yang sabar malah tertawa .....
"Sayang, dia masih anak-anak, mari kita didik sama-sama", begitu katanya. Semula suamiku mau menyekolahkannya ke SMP terdekat, tapi anaknya sendiri yang gak mau.
"Kalau kita pergi biar ada yang jagain Alni ", kata suamiku lagi, tapi kenyataannya dia cuek banget dengan Alni, seperti tidak ada perasaan apapun pada anak selucu Alni.
Kebiasaannya yang cukup mengganggu adalah selalu membawa hp dan sibuk banget dengan hpnya, sepanjang hari ! Sampai musti ditegur agar tidak berhp ria saat bekerja, Dia nurut, tapi pagi, sore dan malamnya dia tak pernah lepas dari hp, ya sms-an, ya bicara, yang dari cara dia ngomong gampang banget ditebak bila dia sedang bicara dengan cowok. Rupanya dia sudah kenal pacaran dan aku gak tahu pacarnya berapa ..... hahaha .... yaaa, melihat gelagatnya, dia selalu meladeni semua penggemarnya.
Bila aku jujur pada diriku sendiri, sebenarnya aku tidak menyukai gadis ini sejak awal, tapi aku gak tahu sebabnya. Aku selalu mencoba menerima dia dengan kasih sayang, bagiku mendidik seorang gadis seperti dia sama dengan mendidik generasi, bukankah dari rahimnya akan lahir anak-anak bangsa. Hmmm ..... kedengarannya sebuah niat yang manis dan aku menjalankan niatku ini dengan sabar, hingga peristiwa itu terjadi .....
Akhirnya aku pulangkan gadis manis itu, karena ternyata bukan cuma sekali itu dia pulang malam, Aden pernah memergokinya, bahkan suamiku pernah menegurnya, tapi dia ndableg .... dan malam itu adalah puncaknya, dia hampir membuatku kehilangan jantung dengan kendablegannya Kupikir sudah waktunya aku peduli dengan diri sendiri .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar