Jumat, 19 April 2013

Antara Menyerah Dengan Menyandarkan Diri

"Eyang, aku nulis ini nih, tentang pasrah .... udah bener belum ya ?", gitu deh 'sambutan'ku saat eyang Virien  mecungulkan diri di workshop Cantiqku, sambil nyodorin lap top  ..... hihihi seperti balita pemer gambarnya ke sang bunda.

"Ya ya , memang demikian, bener ini, cuman nambahin aja".
"Nambahin apa?".
"Gini, arti pasrah itu sebenarnya menyandarkan diri, pasrah pada Allah itu ya menyandarkan diri pada Allah. Kebanyakan orang ngomong, aku sudah pasrah , tapi batin dan pikirannya masih menyandarkan diri pada logika ", kata eyang, mataku yang kecapean langsung melek siap grak.

"Ya ?", maksudku bilang ya kan pingin dengar penjelasan eyang lebih lanjut, tapi orangnya malah ketawa ..... haha ... ingat deh, bukankah eyang suka bilang, jangan menyandarkan diri pada akal, pada logika, pada sebab .... wah, aku juga sering nulis tentang itu, .... eh, dasar lemoot yaaa ....

"Orang yang bilang pasrah, umumnya memahami pasrah itu menyerah .... menyerah dengan menyandarkan diri itu lain", akhirnya eyang ngomong juga.  Kalimat eyang yang ini, bikin aku mengerutkan dahi, antara ngerti dan gak ngerti ..... Oh, ya ya, kalau menyerah kan wes cul gitu 'kali, sedangkan menyandarkan diri itu hatinya penuh pengharapan,  kepastian akan kasih dan pertolonganNya dan batinnya juga tenang.

Indah juga mau nambahin tentang pasrah, tentang hasilnya pasrah ... pokoknya menarik deh, tapi insyaAllah besok saja, soalnya sudah sore, mau pamit mandi dulu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar