Minggu, 20 Februari 2011

Belajar dari Rasa Sakit

Semua orang di dunia ini pernah merasakan sakit, tapi tidak semua orang mau belajar dari rasa sakit, padahal banyak pelajaran bisa kita ambil dari rasa sakit.

Aku pernah sakit flu dan batuk, kubawa ke rumah sakit dan mendapat 4 macam pil yang gede-gede.  Aku berkeringat banyak setelah minum obat itu, dan kemudian terkena maag sampai muntah-muntah lalu opname di rumah sakit. Saat itu kukira sakit maag itu begitulah rasanya, kembung dan perih.
Ternyata  Allah menciptakan sakit yang bertingkat rasanya.  Beberapa tahun setelah kejadian itu aku terkena maag lagi, kali ini aku sampai muntah darah dan pingsan saking tidak kuatnya menahan sakit. Sakitnya betul-betul tak tertahan, seperti sebuah bom mau meledak di perutku, menghunjam hingga ke punggung.
Allahu Akbar, begitu Maha Kuasanya Dia menciptakan rasa sakit yang bertingkat kadarnya.

Akupun berucap ; Duh, sakit seperti ini tidak pernah disebutkan dalam Al Qur'an, lalu bagaimanakah rasa sakit yang Allah sebut dalam Al Qur'an itu? yang Dia sebut sebagai azab yang pedih ? Berapa kalikah kadarnya bila dibandingkan dengan sakit di dunia ini?
Sungguh ya Allah, sakit maag yang pernah kualami sudah teramat pedih rasanya, kemurahanMu telah membuatku pingsan hingga melupakan rasa sakit itu.... Namun masih adakah kemurahanMu di akhirat nanti?

Bila membayangkan rasa sakit di akhirat saja sudah terlalu ngeri, apalagi melihatnya, terlebih lagi merasakannya.  Oh... naudzubillah.  Allah, jaga aku dari siksaMu

Allah pernah memberiku pengalaman menyaksikan azab kubur....berkali-kali, dengan kasus yang berbeda-beda. Belakangan aku sadari bahwa semua itu adalah wujud kebijaksanaan dan kasihNya pada hambaNya yang lemah ini.

Begitulah aku alami hal yang luar biasa. Bila aku menceritakannya, aku berharap bahwa kisahku ini bisa menjadikan kita semakin beriman akan Maha Kuasanya Allah dan membawa kita kembali pada ketaatan padaNya.

Ada seorang yang semasa hidupnya bermulut tajam, ucapan-ucapannya amat menusuk perasaan, aku termasuk orang  yang sering dilukai olehnya. Makian model apapun dia bisa, terlebih saat dia marah.
Malam setelah meninggalnya orang ini, aku lihat dia (aku dalam keadaan terjaga) seperti melihat film, dia berbaring dengan sebilah pisau besar berada tepat diatas mulutnya, pisau itu bergerak sendiri menghunjam membelah mulutnya hingga di bagian belakang kepala.....demikian itu berlangsung terus menerus, seperti sebuah mesin otomatis.
Tahukah bagaimana keadaanku saat melihatnya? Aku menangis, menggigil ketakutan, tangan kakiku gemetar hingga aku menghambur dalam pelukan ayah.  Detik itu juga aku memaafkan semua kesalahannya padaku.

Rasa sakit yang kita berikan pada orang lain, walaupun sekedar pandangan mata yang menyiratkan ketidaksukaan kita padanya, pasti akan berbalas, entah di dunia atau di alam setelah kita mati.  Dia Maha Menghitung dan Maha Teliti perhitungannya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar