Rabu, 13 Juli 2011

Titian Serambut Dibelah Tujuh (3)

Sering jumpa kalimat ini di Al Qur'an ,"....Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki....."?
Kedengarannya tidak adil, kasihan dong orang yang disesatkan Allah... begitu yang dulu kupikirkan.  Tapi sekarang aku mengerti, Allah yang Maha Adil tidak pernah mendhalimi hambaNya. Masing-masing jiwa dibekali dengan jalan kebaikan dan keburukan, beruntunglah orang yang menyucikannya dan memilih untuk menempuh jalan kebenaran.

Menurutku manusia dibekali dengan segenap kemampuan untuk memilih sendiri takdirnya. Bila Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, yang jadi pertanyaan adalah, apakah kita menghendaki petunjuk dari Allah? ataukah kita merasa tidak butuh petunjuk itu, karena sudah merasa benar?  Tentu Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang menyombongkan dirinya (sementara dia tidak menyadari) bukan?

Aku dan seorang teman pernah berada dalam situasi yang hampir sama, sama-sama mendapat 'soal ujian' yang mirip banget. Tapi kami berbeda dalam mengisi 'lembar jawaban'nya.  Tentunya kami mendapatkan nilai yang berbeda.... dan nilai itu lah yang kemudian musti kami 'telan', manis atau pahit, sesuai dengan 'lembar jawaban' yang sudah ditulis.

Ini cerita tentang cinta yang terlarang... hmmm.
Aku tiba-tiba saja jatuh cinta pada suami orang....(jangan khawatir, episode ini sdh terlampaui olehku dengan selamat).  Temanku itu juga, di saat yang hampir bersamaan, tapi dia tidak selamat...

Kukira semua ini berawal dari pandangan mata. Pak X adalah teman dan juga rekan bisnis, dia suka diam-diam memandangiku, saat aku bicara dengannya, dia menyimak pembicaraanku dengan tatapan mata yang seolah bicara ..... 'betapa aku sayang padamu'. Sepertinya aku kege-eran ya... barangkali...hehehe.  Lalu aku jadi seperti  remaja yang jatuh cinta ... kayak lagunya Evie Tamala, mau makan teringat padamu, mau tidur teringat padamu, mau apapun teringat padamu.. kekasihku.
Jatuh cinta yang parah wis, apalagi pak X orang yang amat menghargaiku, dia juga bukan orang yang kurang ajar, jadi menambah kekuatan 'sihir' tatapan matanya.

Saat itu seolah-olah di kedua telapak tanganku tersedia dua pilihan, di tangan kiriku ada selingan indah keluarga utuh, di tangan kananku ada Allah, RasulNya, mas Hary suamiku, anak-anak, keluarga besar kami berdua.....  Dan tahukah bahwa syetan selalu berusaha untuk membuatku memilih keduanya dengan berbagai logika seperti ,"Berdosakah bila sekedar mencintai?"
"Bukankah aku tidak melakukan hal terlarang? aku hanya mencintai, kulitkupun tak pernah tersentuh olehnya?"
"Apakah saling mencintai itu hanya hak orang yang masih lajang?"
Begitulah pekerjaan syetan yang menjadikan indah sesuatu yang salah, padahal bila aku memilih keduanya, sama saja dengan memilih jalan syetan.

Akupun menangis di hadapan Allah, aku mengadu, betapa aku ingin mengakhiri perasaan cinta yang menyiksa ini. Aku ingin kembali berada di sisi suami dan anak-anakku, ya ragaku, ya batinku ...... Aku mohon pertolongan dan kekuatan.....akupun ingin mengaku dosa pada suamiku, bagaimanapun ridha Allah terletak pada ridha suami, murka Allah terletak pada murka suami.

Lalu datanglah kesempatan itu.... Pak X yang kupercaya dan kuhormati itu ngomongnya mulai nyerempet-nyerempet gitu.  Bukannya senang dengan cinta yang tak bertepuk sebelah tangan, aku malah marah besar. Rasanya aku sedang dihina, dilecehkan dan diinjak harga diriku sebagai wanita yang sudah bersuami, aku tersinggung berat.
Tak peduli dengan hubungan bisnis yang telah terjalin, tak peduli berapa kerugian yang aku dapat bila memutus hubungan dengannya.  Aku memutuskan untuk tidak usah bertemu dia lagi untuk waktu yang aku tidak tahu.

Akupun mengaku pada suamiku akan keputusanku untuk tidak berbisnis lagi dengan pak X, dan bercerita tentang penyebabnya.  Aku menangis, minta maaf dan minta didoakan untuk bisa melupakan pak X.  Aku tahu suamiku tak akan bertindak bodoh dengan melabrak pak X misalnya. Episode itupun berlalu dan aku menemukan cintaku kembali.

Alkisah temanku itu, saat dia mengalami cinta terlarang (kadang dia bercerita padaku, tapi dia tak tahu kalau aku juga tengah mengalami hal yang sama).  Seperti halnya aku, di tangannya sedang tersedia dua pilihan, pilihan untuk berada di jalan lurus, atau menabrak pagar Allah. Berawal dari dosa-dosa kecil yang dia benarkan dengan pertolongan syetan, lalu mengerjakah dosa-dosa besar, akhirnya rumah tangganya berantakan, juga rumah tangga selingkuhannya.  Keduanya lalu menikah tapi tidak berakhir bahagia.  Sekarang mereka berdua sudah hampir dua tahun pisah ranjang dan  pisah rumah.... kadang dia bercerita padaku tentang kejengkelannya pada suaminya.  Yang pasti, bukanlah kebahagiaan yang dia dapatkan.

Aku sudah berhasil melewati ujian itu dengan pertolongan Allah, kuncinya hanya pada pilihan hati. Walau sulitnya bak melewati titian serambut dibelah tujuh, hatiku hanya memilih untuk lurus, lalu Allah mengantarku ke seberang. Bukanlah usahaku yang membuatku selamat dari perbuatan terlarang, semua hanya karena pertolongan Allah.
Bila kita membuka kisah Nabi Yusuf di dalam Al Qur'an, beliaupun menyatakan jikalau bukan karena pertolongan Allahlah, bisa jadi dia terkena fitnah wanita.
Aku yakin temanku itu juga memilih, yaitu memilih mengikuti nafsunya, lalu dia terjatuh dan sengsara hingga sekarang.

Sesulit-sulitnya menempuh jalan kebenaran, masih jauh lebih sulit (dan lama) merasakan penderitaan akibat perbuatan kita yang melanggar kebenaran.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar