Beberapa tahun yang lalu ustadz Virien pernah bercerita tentang keinginannya punya pondok pesantren. Saat itu dia punya kumpulan anak-anak muda yang sering ngaji bareng yang membutuhkan tempat untuk ngumpul dan mengelola jamaah.
"Pondok pesantren seperti apa? kirim gambarnya ya, aku bantu doakan", kataku lewat sms, diapun mengirim 'gambar' pesantren yang dicita citakannya padaku lewat 'faks batin'. Aku menangkap 'gambar kirimannya' itu sebagai sebuah pondok pesantren yang sederhana, bangunan panggung dari bambu di tengah alam yang sunyi.
Sekarang bila aku ke pesantren Gubug, lalu berdiri di tempat santri mbatik dan memandang ke arah mushala dan aula tempat ngaji yang berupa bangunan panggung dari bambu, jadi seperti melihat 'print out' dari gambar kiriman eyang beberapa tahun yang lalu. Begitu persis baik bangunan dan lingkungannya yang sunyi, berada di tengah alam dan dikelilingi gunung yang terlihat dekat.
Semua itu membuatku mengambil kesimpulan bahwa kenyataan adalah kombinasi antara cita-cita manusia yang tersimpan di kedalaman hatinya dengan ijin Allah.
Fokus yang ada di kedalaman hati kita begitu ampuh dalam merangkai kenyataan di masa depan, ditambah sebuah dalil bahwa Allah memenuhi persangkaan hambaNya. Dua hal ini semestinya membuat kita menyadari untuk pandai-pandai memilih dan memilah perasaan di kedalaman hati kita, mana perasaan yang perlu dibuang, mana yang perlu dipelihara. Kitapun perlu berhati-hati dan waspada terhadap segala perasaan yang muncul di hati.
Adakalanya perasaan itu begitu kuat padahal kita tahu itu menghancurkan diri kita sendiri, banyak-banyak mengucap taawudz menjadi jawabannya. Syetan memang selalu membisiki kita dengan segala jalan dan cara untuk menghancurkan manusia.
Kadangkala paradigma syetan ini beredar juga di masyarakat dan begitu diyakini, contohnya seperti : orang yang bertindak jujur dan benar itu pasti tersisih, orang yang berusaha berjalan lurus di jalanNya itu pasti hidupnya susah, dll.
Jangan-jangan kehidupan nyata yang kita alami sekarang adalah 'print out' dari masa lalu, coba renungkan dan rasakan, apakah kehidupan kita saat ini menyenangkan atau penuh kesulitan? Lalu lihat kembali apa sih yang pernah anda sangkakan di masa lalu? Sinkron bukan? Hati-hatilah dengan perasaan kita karena itulah yang nanti turut berperan dalam membentuk masa depan.
"Pondok pesantren seperti apa? kirim gambarnya ya, aku bantu doakan", kataku lewat sms, diapun mengirim 'gambar' pesantren yang dicita citakannya padaku lewat 'faks batin'. Aku menangkap 'gambar kirimannya' itu sebagai sebuah pondok pesantren yang sederhana, bangunan panggung dari bambu di tengah alam yang sunyi.
Sekarang bila aku ke pesantren Gubug, lalu berdiri di tempat santri mbatik dan memandang ke arah mushala dan aula tempat ngaji yang berupa bangunan panggung dari bambu, jadi seperti melihat 'print out' dari gambar kiriman eyang beberapa tahun yang lalu. Begitu persis baik bangunan dan lingkungannya yang sunyi, berada di tengah alam dan dikelilingi gunung yang terlihat dekat.
Semua itu membuatku mengambil kesimpulan bahwa kenyataan adalah kombinasi antara cita-cita manusia yang tersimpan di kedalaman hatinya dengan ijin Allah.
Fokus yang ada di kedalaman hati kita begitu ampuh dalam merangkai kenyataan di masa depan, ditambah sebuah dalil bahwa Allah memenuhi persangkaan hambaNya. Dua hal ini semestinya membuat kita menyadari untuk pandai-pandai memilih dan memilah perasaan di kedalaman hati kita, mana perasaan yang perlu dibuang, mana yang perlu dipelihara. Kitapun perlu berhati-hati dan waspada terhadap segala perasaan yang muncul di hati.
Adakalanya perasaan itu begitu kuat padahal kita tahu itu menghancurkan diri kita sendiri, banyak-banyak mengucap taawudz menjadi jawabannya. Syetan memang selalu membisiki kita dengan segala jalan dan cara untuk menghancurkan manusia.
Kadangkala paradigma syetan ini beredar juga di masyarakat dan begitu diyakini, contohnya seperti : orang yang bertindak jujur dan benar itu pasti tersisih, orang yang berusaha berjalan lurus di jalanNya itu pasti hidupnya susah, dll.
Jangan-jangan kehidupan nyata yang kita alami sekarang adalah 'print out' dari masa lalu, coba renungkan dan rasakan, apakah kehidupan kita saat ini menyenangkan atau penuh kesulitan? Lalu lihat kembali apa sih yang pernah anda sangkakan di masa lalu? Sinkron bukan? Hati-hatilah dengan perasaan kita karena itulah yang nanti turut berperan dalam membentuk masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar