Lagu itu terkenalnya di tahun 80-an, saat aku duduk di bangku SMA. Lagu yang kusuka dan mengingartkanku pada seorang sahabat.
Namanya Susi, entah dimana dia sekarang. Saat awal-awal masuk SMA aku bertemu dan akrab dengannya, kami pernah duduk sebangku. Setelah itu kami tak pernah sekelas, tapi masih akrab bila bertemu saat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler.
Pernah suatu kali, menjelang masuk kelas, Susi ketinggalan sesuatu yang penting di rumah yaitu alat bantu dengar. Ya, Susi ada gangguan pendengaran, dia selalu membutuhkan alat bantu dengar. Kasihan, akupun menawarkan diri untuk menemaninya pulang mengambil alat penting itu. Tak kusangka, Susi menitikkan air mata, dia bilang terharu ..... Oh, padahal aku merasa biasa saja, bukankah sahabat selalu berredia menemani dalam kesulitan? lagipula rumah Susi tidak jauh.
Susi suka nyanyi lagu "Don't Sleep Away This Night"nya Daniel Sahuleka, walaupun suaranya biasa saja, membuatku selalu mengingatnya bila mendengar lagu itu.
Kenanganku tentang Susi, kenangan tentang sepotong kebaikan yang bagi si pemberi kebaikan merasa biasa saja, tapi bagi yang menerimanya amat luar biasa. Mungkin karena hatinya yang halus, yang selalu menghargai kebaikan orang lain sekecil apapun itu.
Bila manusia saja bisa selembut Susi, bagaimana dengan Yang Maha Lembut dan Maha Mensyukuri ?
Maha Lembutnya Allah, akan selalu melihat dan merasakan kebaikan hambaNya sekecil apapun, walaupun kebaikan yang terselubung di dalam hati yang tak pernah terungkap, yang dirinya sendiripun tak menyadari bahwa itu kebaikan. Barangkali berupa ketulusan cinta kasihnya pada seekor nyamuk atau lebih kecil dari itu ....
Sayangnya di masyarakat aku menyaksikan banyak orang membatasi kebaikan, ada lo yang berpikir bahwa berbuat baik itu ya menolong anak yatim, fakir miskin, dhuafa, pondok pesantren, bencana alam ..... dll.
Padahal orang kayapun memerlukan pertolongan, pengusaha pun memerlukan kebaikan orang lain, temanpun memerlukan bantuan ..... Intinya tak ada orang yang tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Tentu saja menolong orang kaya tidak sama caranya dengan menolong orang miskin. Kita hanya perlu peka terhadap kebutuhan orang lain, lalu memanfaatkan peluang untuk berbuat baik itu karena Allah.
Dulu pernah kualami, saat berusaha mengembangkan batik, aku merasa masih kurang tahu seluk beluk membatik dan membutuhkan lebih banyak ilmu membatik. Karenanya aku menghubungi temanku yang ahli di bidang ini, maksudku mau belajar. Selain pengusaha batik, temanku ini berjuang di jalan Allah dengan mendirikan yayasan yang bergerak untuk menyantuni anak yatim dan dhuafa. Aku pikir, dia pasti berjiwa sosial, pasti tidak pelit ilmu.
Ternyata dugaanku meleset, si teman tidak merespon permintaanku untuk belajar membatik padanya. Aku tak pernah tahu apa yang ada di pikirannya, mungkin dia pikir seorang pengusaha sepertiku bukanlah target untuk berbuat kebaikan, barangkali dia berpikir bahwa berbuat baik itu ya menyantuni anak yatim, fakir miskin dan sebangsanya.... itu thok. Padahal di balik proyek batikku, ada janda dan anak-anak yatim juga .......
Inginkah anda dan orang-orang terkasih menjadi orang yang punya kepedulian sosial? ..... dimulainya dari hati yang tulus pada semua orang. Dimanapun dan pada siapapun kita mampu berbuat kebaikan, tangkap peluang itu dan kerjakan karena Allah. Ikhlas karena Allah berarti tanpa mengharap balasan dari manusia, bahkan tanpa mengharap pahala, karena merasa Allah sudah melimpahi anda dengan banyak hal. Lakukan kebaikan karena anda mensyukuri segala limpahan karunia yang tak terhitung yang Allah anugerahkan kepada anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar