Menjelang maulud Nabi bulan kemarin, dalam perjalanan dari Ngantang ke Malang, aku melihat baliho di pinggir jalan menyerukan agar kita banyak-banyak bersalawat. Seruan yang bagus dan patut dipertimbangkan ...... hmmm
Ingat jaman dulu aku masih 'cute' ...... Aku pernah diajak oleh seorang yang amat kuhormati ke seorang Kiai di Malang. Bapak Kiai itu menganjurkanku untuk membaca 'shalawat sewu', maksudnya mengucap seribu shalawat setelah shalat tahajud. Beliau mengatakan bahwa hal ini akan membuat Allah mengabulkan segala keinginan/cita-cita kita.
Indah yang saat itu masih SMA melaksanakannya dengan penuh harapan akan terkabulnya segala keinginan, apalagi bapak Kiai juga mengatakan bahwa salawat sewu tidak membutuhkan waktu lama, paling hanya setengah jam saja. Dengan tekun aku mengucap seribu salawat setelah dua rekaat tahajudku.
Permintaanku saat SMA itu permintaan yang wajar saja yaitu ingin lulus dengan nilai bagus dan bisa masuk Perguruan Tinggi Negri dan Allah mengabulkannya.
Bila mengingat saat itu aku jadi geli sendiri, masak shalawat dijadikan 'alat tukar' transaksi kita dengan Allah? Kasarnya begini nih : " Allah, aku mau masuk universitas negeri, aku ingin Engkau mengabulkannya, aku bayar dengan shalawat sewu yaaa"..... Lucu dong.... memangnya Allah pedagang? .... hahaha
Kalau segala nikmat yang Allah beri musti dibayar dengan shalawat , dzikir dll dll.... wah... waktu dan energi kita tak akan cukup untuk menyeimbangkan karunia Allah yang banyak itu. Untungnya Allah Maha Baik ya, tidak pernah 'menagih' dan memasang 'label harga' untuk setiap pemberianNya. Kita hanya diperintahkan untuk beriman, tidak menyekutukannya, bersyukur, bertakwa dan banyak-banyak mengambil pelajaran dari setiap hal yang menunjukkan kebesaranNya.
Seiring bertambahnya usia, aku lebih suka melakukan ibadah berdasarkan cinta, lebih asyik.
Seiring bertambahnya usia, aku juga faham bahwa Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya, Allah mencipta dan Dia adalah Pencipta yang paling bertanggung jawab pada ciptaanNya. Jadi tak perlu menjadikan ibadah sebagai 'alat tukar'. Kalau punya permintaan ya minta saja... kalau butuh berdoa ya berdoa saja, bukankah setiap waktu Allah selalu membuka 'pintu'Nya untuk mendengarkan kita?
Aku punya karyawan yang suka sekali bersalawat, bahkan punya group salawat barzanji yang suka diundang 'konser' kemana-mana. Aku pernah bertanya padanya, apa tujuan dia bersalawat? katanya untuk mendapat safa'at kanjeng Nabi di akhirat nanti. Karyawanku ini amat ingin bertemu Nabi dalam mimpi. Jadi tercetus cerita bahwa aku sudah bertemu Nabi 4 kali, padahal aku bukan orang yang banyak bersalawat. Selain salawat di dalam shalat, paling aku hanya mengucap 3 atau 4 kali salawat diluar salat, itupun bacaan salawat yang 'standard' saja, seperti bacaan salawat di dalam salat. Aku bilang padanya, yang membuat kita bertemu Nabi adalah ijin Allah dengan cinta dan kerinduan kita pada beliau, bukan berdasarkan banyaknya salawat yang kita lakukan.
Banyak sekali bacaan salawat dengan 'susunan redaksi' yang berbeda-beda, ada salawat nurudzati, salawat nariyah, salawat badar, salawat barzanji dll dll ..... Salawat-salawat ini disusun oleh para ulama, dan katanya tiap salawat punya manfaat yang berbeda-beda .... Kalau yang ini Indah tidak bisa menerangkannya secara terperinci, karena aku kan gak melakukannya dan gak punya referensinya. Bagiku cukup salawat yang diajarkan Nabi di dalam shalat, yang penting membacanya dengan penuh cinta dan kerinduan kepada Allah dan Rasulnya.
Aku punya teman yang pernah menganjurkanku membaca shalawat tertentu dalam bilangan yang banyak, katanya 'ces pleng' dalam mengatasi segala permasalahan hidup, tapi aku tidak melakukannya...... Aku cuma mau hati-hati saja, bagaimanapun Allah tetap nomor satu, nomor duanya baru Nabi, termasuk dalam menyebut asmaNya mesti lebih banyak asma Allah disebut.
Berikut ini Indah ambil ayat-ayat al qur'an yang berkenaan dengan anjuran untuk bershalawat (Indah ketemunya 1 ayat), juga anjuran untuk mengingat Allah dan menyebut asmaNya (tersebut di banyak ayat). Selengkapnya aku hadirkan agar menjadi bahan renungan bagiku dan bagi sahabatku semua.
Ingat jaman dulu aku masih 'cute' ...... Aku pernah diajak oleh seorang yang amat kuhormati ke seorang Kiai di Malang. Bapak Kiai itu menganjurkanku untuk membaca 'shalawat sewu', maksudnya mengucap seribu shalawat setelah shalat tahajud. Beliau mengatakan bahwa hal ini akan membuat Allah mengabulkan segala keinginan/cita-cita kita.
Indah yang saat itu masih SMA melaksanakannya dengan penuh harapan akan terkabulnya segala keinginan, apalagi bapak Kiai juga mengatakan bahwa salawat sewu tidak membutuhkan waktu lama, paling hanya setengah jam saja. Dengan tekun aku mengucap seribu salawat setelah dua rekaat tahajudku.
Permintaanku saat SMA itu permintaan yang wajar saja yaitu ingin lulus dengan nilai bagus dan bisa masuk Perguruan Tinggi Negri dan Allah mengabulkannya.
Bila mengingat saat itu aku jadi geli sendiri, masak shalawat dijadikan 'alat tukar' transaksi kita dengan Allah? Kasarnya begini nih : " Allah, aku mau masuk universitas negeri, aku ingin Engkau mengabulkannya, aku bayar dengan shalawat sewu yaaa"..... Lucu dong.... memangnya Allah pedagang? .... hahaha
Kalau segala nikmat yang Allah beri musti dibayar dengan shalawat , dzikir dll dll.... wah... waktu dan energi kita tak akan cukup untuk menyeimbangkan karunia Allah yang banyak itu. Untungnya Allah Maha Baik ya, tidak pernah 'menagih' dan memasang 'label harga' untuk setiap pemberianNya. Kita hanya diperintahkan untuk beriman, tidak menyekutukannya, bersyukur, bertakwa dan banyak-banyak mengambil pelajaran dari setiap hal yang menunjukkan kebesaranNya.
Seiring bertambahnya usia, aku lebih suka melakukan ibadah berdasarkan cinta, lebih asyik.
Seiring bertambahnya usia, aku juga faham bahwa Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya, Allah mencipta dan Dia adalah Pencipta yang paling bertanggung jawab pada ciptaanNya. Jadi tak perlu menjadikan ibadah sebagai 'alat tukar'. Kalau punya permintaan ya minta saja... kalau butuh berdoa ya berdoa saja, bukankah setiap waktu Allah selalu membuka 'pintu'Nya untuk mendengarkan kita?
Aku punya karyawan yang suka sekali bersalawat, bahkan punya group salawat barzanji yang suka diundang 'konser' kemana-mana. Aku pernah bertanya padanya, apa tujuan dia bersalawat? katanya untuk mendapat safa'at kanjeng Nabi di akhirat nanti. Karyawanku ini amat ingin bertemu Nabi dalam mimpi. Jadi tercetus cerita bahwa aku sudah bertemu Nabi 4 kali, padahal aku bukan orang yang banyak bersalawat. Selain salawat di dalam shalat, paling aku hanya mengucap 3 atau 4 kali salawat diluar salat, itupun bacaan salawat yang 'standard' saja, seperti bacaan salawat di dalam salat. Aku bilang padanya, yang membuat kita bertemu Nabi adalah ijin Allah dengan cinta dan kerinduan kita pada beliau, bukan berdasarkan banyaknya salawat yang kita lakukan.
Banyak sekali bacaan salawat dengan 'susunan redaksi' yang berbeda-beda, ada salawat nurudzati, salawat nariyah, salawat badar, salawat barzanji dll dll ..... Salawat-salawat ini disusun oleh para ulama, dan katanya tiap salawat punya manfaat yang berbeda-beda .... Kalau yang ini Indah tidak bisa menerangkannya secara terperinci, karena aku kan gak melakukannya dan gak punya referensinya. Bagiku cukup salawat yang diajarkan Nabi di dalam shalat, yang penting membacanya dengan penuh cinta dan kerinduan kepada Allah dan Rasulnya.
Aku punya teman yang pernah menganjurkanku membaca shalawat tertentu dalam bilangan yang banyak, katanya 'ces pleng' dalam mengatasi segala permasalahan hidup, tapi aku tidak melakukannya...... Aku cuma mau hati-hati saja, bagaimanapun Allah tetap nomor satu, nomor duanya baru Nabi, termasuk dalam menyebut asmaNya mesti lebih banyak asma Allah disebut.
Berikut ini Indah ambil ayat-ayat al qur'an yang berkenaan dengan anjuran untuk bershalawat (Indah ketemunya 1 ayat), juga anjuran untuk mengingat Allah dan menyebut asmaNya (tersebut di banyak ayat). Selengkapnya aku hadirkan agar menjadi bahan renungan bagiku dan bagi sahabatku semua.
QS. Al-Ahzaab (Al-Ahzab) [33] : ayat 56
[33:56] Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 191
[3:191] (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 91
[5:91] Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
QS. Ar-Ra'd [13] : ayat 28
[13:28] (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
QS. Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 14
[20:14] Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
QS. An-Nuur (An-Nur) [24] : ayat 37
[24:37] laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang
QS. An-Naml [27] : ayat 62
QS. Al-Munaafiquun (Al-Munafiqun) [63] : ayat 9
QS. An-Naml [27] : ayat 62
[27:62] Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
QS. Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 45
[29:45] Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Ash-Shaaffaat (As-Saffat) [37] : ayat 143
[37:143] Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
QS. Az-Zumar [39] : ayat 23
[39:23] Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
QS. Adz-Dzaariyaat (Az-Zariyat) [51] : ayat 49
[51:49] Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
QS. Al-Hadiid (Al-Hadid) [57] : ayat 16
[57:16] Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
QS. Al-Mujaadilah (Al-Mujadilah) [58] : ayat 19
[58:19] Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.
QS. Al-Jumu'ah [62] : ayat 9
[62:9] Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
QS. Al-Munaafiquun (Al-Munafiqun) [63] : ayat 9
[63:9] Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar