Jumat, 09 Maret 2012

Menikah ??? Siapa takut ? (1)

Zeli menikah tgl 4 maret lalu dengan acara yang sederhana. Kedengarannya terlalu cepat Zeli menikah, dia masih kuliah, masih berumur 20 tahun dan penampilannya masih kayak anak SMP.

"Buk, teman-teman pada bilang, memangnya kamu sudah siap menikah?  Zeli gak bisa jawab, emangnya apa sih buk yang perlu dipersiapkan untuk menikah?"  pertanyaan Zeli ini membuatku tidak bisa jawab juga.

Aku dan ayahnya yang menyuruhnya menikah cepat. Zeli banyak yang naksir dan berusaha mendekatinya, tapi Zeli sendiri belum menentukan pilihan sampai aku membantunya untuk melakukan 'fit and proper test' ..... hehehe..... secara rahasia tentu saja. Beberapa kali mas Gan (nama suami Zeli), lulus uji fit and proper test ala Zeli, tapi belum juga Zeli bisa menjatuhkan pilihan sampai Allah membantunya lewat peristiwa sakitnya dia 4 bulan yang lalu.

Zeli sakit sampai gak bisa bangun selama 5 hari.  Dari peristiwa itu Zeli bisa menilai siapa diantara pengagum-pengagumnya yang tulus memperhatikan dan peka terhadap kebutuhannya.

Saat aku menengoknya di akhir tahun lalu , aku melihat mesin jahit Zeli berubah jadi pink.
"Ini kerjaan temanku, sebagai hadiah ulang tahun Zeli, katanya dia tidak punya apa-apa untuk diberikan ke Zeli, jadi dia ngecat mesin jahit dan almari Zeli dengan warna kesukaan Zeli, pink ", kata Zelli.  Aku langsung bilang ,"Wow!!! romantis banget!". Aku rasa teman yang disebut Zeli ini bukan sekedar teman biasa.

Sebagai orang tua, aku melihat banyak tanda-tanda yang menunjukkan Zeli punya hubungan khusus dengan si teman yang kata Zeli membuatnya tidak tertarik lagi melihat cowok seganteng apapun.




Zeli (berkerudung putih) semasih jadi sukarelawan merapi, suami Zeli teman sesama sukarelawan yang duduk di atas motor.

Aku menyuruhnya shalat istiharah dan Zeli nurut lalu bilang sudah mantap, Zeli  merasa petunjuk Allah dialah calon pendamping Zeli.  Ayahnya menyuruhnya menikah dan Zeli bilang ke cowok itu bila ayahnya menyuruh mereka berdua menikah saja, si cowok spontan mengungkapkan persetujuannya. 

Seminggu setelah pembicaraan itu Zeli dilamar dan tiga minggu setelahnya terjadilah pernikahan suci itu.
Rasa haru dan bahagia melihat gadis kecilku dulu sudah dewasa dan dipinang seseorang ......



Sebenarnya sebagai ibu ingin sih memeriahkan pesta pernikahan anak sayangku ini dengan lebih meriah, di gedung misalnya, dengan dekorasi yang wah.... seperti pernikahan zaman sekarang. Tapi, aku musti lebih menempatkan contoh dari Nabi sebagai acuanku dalam menyelenggarakan pernikahan anakku. Rasul menikahkan putrinya Fatimah dengan upacara yang sederhana saja, karena aku mengidolakan beliau dan putrinya, maka akupun mencontek mereka.

Akad nikahnya berlangsung pagi di butik dengan disaksikan oleh sanak famili terdekat dilanjutkan walimatul ursy, sorenya habis maghrib kami mengundang para tetangga se RT untuk syukuran / kondangan.  Sudah !!! Tidak ada acara buwuhan, tidak ada suara tape recorder yang hingar bingar layaknya orang desa, tidak ada 'kuwade'...... pokoknya serba sederhana .  Mungkin yang tidak sederhana cuma hidangannya, karena ternyata bu Kot piawai memasak ala chef hotel berbintang......  Hmmm, masakan ala chef tapi tetap hemat dan irit.... yang bisa cuma bu Kot kayaknya.....

Ada orang yang begitu heran dengan caraku menikahkan putriku, lalu kujawab saja bahwa aku hanya mencontoh kesederhanaan rasulullah.  Dan dia bilang begini :" Sebenarnya cara yang ada di masyarakat kan sudah direstui oleh para wali, tujuannya ya agar masyarakat rukun dan saling membantu ...... ".

Ganti aku yang heran, mengapa ya orang enggan mencontoh Rasul?  Apa para wali juga mengajarkan buwuhan yang membuat masyarakat banyak yang berkeluh kesah saat 'musim nikah' dan juga merestui orang yang hajatan untuk membunyikan tape recorder sampai memekakkan telinga tetangga (bahkan tidak peduli kalau ada tetangga yang sakit)?

Saat menjalankan kesederhanaan pernikahan putriku, aku mendapatkan banyak hikmah, diantaranya adalah niat tulus menikah karena Allah dan menjauhi taqrobu zina karena Allah itulah yang terpenting, jangan sampai terkendala masalah dana.  Menyelenggarakan pernikahan yang sederhana juga tidak membuat capek dan tidak menguras kantong

Sering lo aku melihat seorang pengantin wanita yang terpaksa mengorbankan shalat wajib karena dia musti dirias sejak sore, hal seperti ini semestinya tidak terjadi bila mau lebih menyederhanakan 'dandanan'. 

Apapun juga, Allah kan melarang kita bersikap boros dan berlebih-lebihan, apalagi sampai bermegah-megahan.

Saat kita berusaha untuk melakukan seperti contoh  yang Rasul lakukan, aku rasakan di hatiku bahwa beliau mengetahuinya, Allah dan RasulNya pun amat menghargai terhadap apa yang kita lakukan.  Ini lebih berharga dari pujian manusia.

(bersambung) 

2 komentar: