Selasa, 19 Juni 2012

Cara Terampuh Menjaga Harta

Pulang dari Sumenep, hampir jam sepuluh malam aku sampai di rumahku di perumahan Graha Bandara, hanya berdua dengan mas Hary.  Anak-anakku Zeli, Gandung. Insan dan Alni semua tidur di butik.

Tidak ada hal mencurigakan saat kubuka pintu depan, tapi begitu masuk ruang keluarga, kulihat televisi lenyap dan DVD player berserakan di lantai.

"Mas, televisi kita dicuri orang", kataku.  Suamiku tenang-tenang saja.  Aku sendiri tidak terlalu kaget sebenarnya, karena beberapa tetanggaku juga belum lama kemalingan.  Bahkan aku masih sempat bersyukur karena yang hilang cuma televisi.

"Mereka gak bisa bawa DVD playernya dik, berat, kan tiga bagian.  Mungkin malingnya bawa sepeda motor, gak muat bawa barang yang lain", kata suamiku.  Sementara itu dua orang tetanggaku yang masih terjaga datang ke rumah, yang satu masih berseragam tentara AU.

"Gitarmu dibawa nggak?", kata suamiku menggoda, dia tahu banget itu benda kesayanganku.  Meskipun tak terpikir ada maling mencuri gitar, kucari juga gitarku di seluruh rumah, ternyata lenyap !!! Oh maling maling .....

Kulihat sprei di kamar diambil, berarti si maling membawa televisi dibungkus sprei.  Kulihat juga di dapur regulator terlepas dari tangki elpijinya, mungkin si maling mau membawa tangki elpiji juga .... atau kompornya ya ??? 

"Persis maling di rumah saya bu, spreinya diambil untuk membungkus televisi, uang dan cincin mas kawin", kata tetanggaku yang berseragam AU.  Yaaa .... uang Insan di kotak celengannya hilang dan kotaknya terbuka.

Malam itu aku tidur di kamar yang jendelanya rusak, kamar tempatku biasa tidur sambil melihat langit, purnama, pagi, hutan di kejauhan, tebu yang berbunga ........  Karena kesukaanku melihat keindahan lewat jendela kamarku yang lebar itulah suamiku tak tega membangun bagian belakang rumah, bahkan tidak juga membangun pagar, karena tidak mau merusak kesenangan istrinya..... Ini salah satu efek sampingnya, gampang dimasuki tamu tak diundang.

"Kita belum banyak beramal", kata suamiku.
"Ya betul mas, kita musti lebih banyak beramal", kataku.  Dalam hatiku sendiri sendiri sebenarnya tahu kenapa televisi itu hilang ....... hmmm..... karena aku pernah bangga memilikinya, bangga punya televisi layar lebar yang gede, yang suka dipuji-puji temannya Alni kalau main ke rumah. 

Sebuah pelajaran berharga untukku, betapa sia-sianya membangga-banggakan harta yang kita punya, Allah bisa mengambilnya kapan saja dan dengan cara apa saja.  Segala sesuatu yang kita gunakan bukan untuk Allah pasti akan lenyap.

Makanya persembahkan diri, keluarga dan seluruh harta yang kita punya untuk berjuang di jalan Allah, itulah cara terbaik menjaga keluarga dan harta kita.

4 komentar:

  1. mudah-mudahan dikembalikan....kalau si maling sadarkan diri...klo gak ya diikhlaskan aja...inysa Allah bisa dapat yang lebih gede lagi asalkan tidak lupa pajak akhiratnya....

    BalasHapus
  2. makasih ya Yurie..... tapi aku mendapat banyak nilai. Dicuri bukan berarti Allah sedang mengambil, tapi ternyata Allah sedang memberi.

    BalasHapus
  3. hihi,Mbak/ bunda Innuri siapa panggilannya ?? hehhe

    Mbak seharusnya wajib bersyukur kenapa? Ketika mbak sadar saat kemalingan dan tw sebabnya yg mmembuat TV itu hilang. Alloh langsung menegur mbak dgn bukti kebesaran nyata di alam dunia. Coba kalo Allah tidak menegur dan membiarkan mba larut dalam kebanggaan. Kan mba tidak bisa spt ini. Semua ambil hikmahnya. Alloh bgtu sayang tehdap mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, Annur, dipanggil apa saja deh, kalau di butik dipanggil bunda sama karyawan, sama anak2 dipanggil ibuk, sama suami dipanggil sayang ..... hehehe. Annur sendiri kupanggil lgs nama, gak salah?cpa tahu annur udah ibu ibu... wah maaf ya kalau salah.
      ya memang peristiwa kemalingan itu telah membuka kesadaranku, alhamdulillah....

      Hapus