Kamis, 21 Juni 2012

Hanya Bersyukur

Malam ini dua hari setelah peristiwa kemalingan itu, aku di rumah cuma berdua dengan Alni, mas Hary belum pulang dari kebun. Baru saja gadis kecilku itu tertidur saat menungguiku shalat isya', paling dia kecapean setelah sepanjang sore bersepeda keliling perumahan.

Terus terang sejak rumahku dibobol maling, aku jadi merasa kurang nyaman berada di rumah. Seperti sebuah luka yang belum sembuh, menyisakan trauma.  Bukan hilangnya televisi yang kusesali, tapi perasaan tidak aman itu ......  Rasanya ada yang ngintip ritme kehidupanku, apakah jadwalku sedang berada di rumah atau di butik atau ke luar kota.  Bahkan bunyi 'klotak' sedikit saja sudah membuatku kaget.

Sebenarnya Allah sedang memberikanku banyak hal, banyak pelajaran untuk kami sekeluarga.  Ingat saat Insan dan Alni berebut channel televisi, mereka berdua seperti punya kesepakatan untuk berbeda selera, lalu Alni bakalan nangis. Sekarang aku bisa mengatakan pada lnsan :" Nah kan, gara-gara televisinya bikin Insan sama Alni bertengkar, jadi diambil sama Allah.  Nanti kalau ibuk beli lagi, harus bersyukur dan rukun sama adik".

"Beli dua dong buk", Alni malah nawar..... hehehe.  Dulu memang ada dua televisi, kupikir biar tidak bertengkar, tapi nyatanya ini tidak mendidik, aku ingin mengajari anak-anak saling menghargai dan bisa mengalah satu sama lain, jadi televisi satunya kutaruh di butik.

Sebenarnya bila aku mengatakan pada anak-anak untuk mensyukuri barang yang kita punya, itu sama saja dengan menyuruh diriku sendiri, karena nyatanya memang aku tidak pernah sengaja bersyukur untuk harta benda pemberian Allah ini.  Seperti sebuah kewajaran saja, punya televisi kan bukan barang mewah, semua orang juga punya ......jadi lupa bersyukur, baru terasa kalau hilang begini .

Sore tadi aku rubah posisi tape compo yg ada dvd playernya itu ke pojok ruangan, kubersihkan dan aku syukuri karena Allah masih memberiku kesempatan memilikinya.  Akupun mensyukuri apa saja, harta bendaku, orang-orang dalam kehidupanku, peristiwa dalam hidupku, .......... sampai hal sekecil kecilnya..... karena ternyata tidak ada yang tersembunyi dari pandangan Allah dan semuanya akan berbalas dengan adil.

Hidup ini adalah ujian, sepanjang waktu adalah ujian, kita menjawab soal-soal ujian itu dengan menuliskannya di perasaan kita.  Setiap hal yang mengusik perasaan kita adalah ujian, mau menjawabnya dengan syukur atau sebaliknya, setiap hal yang terabaikan oleh kitapun adalah ujian, apakah kita mampu melihatnya sebagai sebuah pemberian yang berharga ataukah sebaliknya.

Allah, sungguh azabMu amat pedih.  Walau sekedar perasaan galau dan merasa tidak aman, inilah hukuman untukku yang tidak pandai bersyukur.  Ampuni dan lindungilah aku, Tuhanku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar