Sabtu, 30 Juni 2012

Jangan Ngiri Sama Punglor

Hihihi.... apa tuh punglor? Sejenis burung berkicau dengan bulu coklat keemasan yang cantik, yang tingkahnya menggemaskan saat dia melompat kesana kemari sambil bernyanyi?  Bukan itu maksudku sih ..... yang kumaksud adalah oknum pelaku pungli..... kan pelaku korupsi disebut koruptor, lah pelaku pungli aku sebut punglor..... hehehe.

Siang tadi aku bertemu seorang ibu yang sudah berumur kira-kira hampir enam puluhan tahun, menawariku kue kering ala kue hari raya padaku, aku membeli setoples.  Ibu itu minta numpang di mobilku untuk pulang, perjalananku memang melewati rumahnya.

Selama dalam perjalanan dia bercerita panjang lebar mengenai kehidupannya yang menyedihkan.

"Orang tua seusiaku ini semestinya sudah pensiun dari bekerja keras seperti ini mbak.  Kok aku malah kebalik, dulu semasa muda hidupku menyenangkan, sudah tua begini musti banting tulang", katanya.

"Bikin kue bu, bukan banting tulang", kataku di hati, urung kunyatakan karena ibu di depanku ini dengan penuh semangat bercerita tentang kisah hidupnya.

"Almarhum suamiku dulu pejabat mbak, hidupku gak pernah sengsara.  Saat teman-temanku masih mengontrak rumah, aku sudah punya rumah gede di pinggir jalan raya.  Saat teman-temanku naik angkot, aku sudah punya mobil sendiri, saat mereka naik kereta api aku sudah naik pesawat terbang kemana-mana", begitu dia bertutur, aku hanya menatapnya penuh perhatian.

"Sekarang kondisi terbalik, akulah yang mengontrak rumah.  Tidak tahu bagaimana ceritanya, harta segitu banyaknya bisa habis bis bis ...... Bahkan aku pernah membuat donat lima ratusan yang aku titip di warung-warung, padahal dulu pembantuku banyak", lanjutnya.

"Mungkin Allah sayang sama aku, mungkin hartaku dulu berasal dari yang haram, jadi hilang semua.  Padahal dulu kalau hari raya, yang namanya parcel itu numpuk memenuhi rumah", katanya, lalu si ibu bercerita bagaimana dulu dengan mudahnya suaminya mendapatkan uang.  Aku 'nangkep'nya suami ibu ini melakukan pungli dan juga menerima uang sogokan.

Begitulah, pertemuanku yang sekilas dengannya telah memberikan sebuah pelajaran berharga, mudah-mudahan kita tidak mengalaminya.  Bahwa harta benda itu tidak abadi, seberapapun banyaknya harta yang kita punya, bila Allah menghendaki lenyap maka akan lenyaplah, apalagi harta yang berasal dari usaha yang haram.  Makanya sering disebut sebagai 'tipuan dunia'.

Ketika perjalanan sudah mendekati rumah kontrakan ibu itu, aku meminta ijin untuk menuliskan kisah hidupnya di blog, beliau menyetujui. Pertemuanku dengannya mengingatkan aku pada sebuah ayat :

[68:44] Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

'Ditarik dalam kebinasaan secara berangsur-angsur', itu adalah balasan bagi orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.  Mendustakan bukan hanya dengan lisan, perbuatan yang menyimpang dari aturan Allah juga disebut mendustakan.

Makanya gak usah ngiri sama koruptor atau punglor, atau sakit gigi lihat kasus korupsi yang ditayangkan di televisi.  Gak usah urus mereka deh, biar Allah saja yang ngurus.  Urusi diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita saja, agar menjadi orang dan masyarakat yang mematuhi ayat-ayatNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar