Pulang dari pameran di Bandung, membawa banyak pesanan.
Belum lagi pesanan dari Bandung dikerjakan, sudah ditambah pesanan dari pameran Jakarta (ICRA) .... Kerasa sekali aku kekurangan karyawan .....
Semula aku merasa dibayang bayangi pekerjaan yang numpuk , apalagi ada beberapa pekerjaan yang musti aku sendiri yang mengerjakannya, contohnya pecah model dan motong kain batik ......
Ternyata juga karyawan yang bagian jahit sudah pada kebagian 'jatah' pekerjaan yang seabreg , sementara pesanan yang masuk sudah semakin mendekati batas waktu janji selesai...... Oh, nambah lagi tugas Indah ........ kalau tidak mau jadi orang yang tidak menepati janji, ya musti turun tangan bantuin jahit ......
Rasanya tuh..... pekerjaan sudah jadi beban tersendiri buatku, wong biasanya aku tinggal main perintah, lalu selepas dhuhur aku pulang ke rumah, nyantai, mau baca majalah, mau ngenet, mau tiduran gak ada yang ganggu..... Tapi kali ini aku musti berada di butik sampai sore, sering nginap malah .....
Aku begitu terganggu dengan janji yang musti ditepati. Di awal-awal bulan puasa pula, saat tubuh masih harus menyesuaikan diri dengan keadaan lapar dan lemes di siang hari.
Sempat pikiran begitu tegang ....... lalu kupikir-pikir lagi, bekerja dengan kondisi seperti ini pasti lebih melelahkan. Mengapa aku tidak bekerja untuk bersyukur saja seperti Allah perintahkan di al qur'an???
Mulailah pikiranku merangkai sebab akibat yang bisa mengantarkanku pada konsep bekerja untuk bersyukur.
Dimulai dari...... kalau pameranku tidak sukses dan tidak bawa pulang pesanan yang banyak, tentunya aku lebih"ngenes" karena tidak banyak pemasukan untuk perusahaanku , sementara kebutuhan hidup dan kebutuhan perusahaan kan bertambah menjelang hari raya ?
Pekerjaan yang banyak adalah bukti kasih sayang dan pertolongan Allah? Salah besar kalau aku merasa terbebani pekerjaan, mustinya aku bersyukur. Bahkan aku diberiNya kesehatan menjalani semuanya...... Nikmat Allah manakah lagi yang kudustakan?
Akhirnya aku bisa bersyukur menjalani pekerjaan yang melelahkan ...... dan kurasakan bahwa rasa syukur itu memberi kekuatan/energi yang amat besar dalam menjalani hari hari di awal puasa lalu.
Pesanan-pesanan itu akhirnya bisa selesai tepat waktu, alhamdulillah. Sekarang tugasku adalah menyelesaikan seragam panitia Iedul Fitri, seragam pencak silat eyang Virien dan seragam anak-anak pesantren Gubug, Kedengarannya masih banyak tugas yang menungguku yaa........ Walau belum selesai semua, Alhamdulillah aku bisa menjalankannya dengan penuh rasa syukur.
Allahlah yang memberiku kelebihan hingga di butik masih banyak tersedia stock kain yang aku pakai untuk membuat seragam-seragam itu.
Kebayang betapa gembiranya wajah anak-anak dhuafa di Gubug dengan baju baru mereka......... memberiku energi dari sisi lain.
Alhamdulillah ya Allah, hingga detik ini Engkau beri aku tetap sehat.
Belum lagi pesanan dari Bandung dikerjakan, sudah ditambah pesanan dari pameran Jakarta (ICRA) .... Kerasa sekali aku kekurangan karyawan .....
Semula aku merasa dibayang bayangi pekerjaan yang numpuk , apalagi ada beberapa pekerjaan yang musti aku sendiri yang mengerjakannya, contohnya pecah model dan motong kain batik ......
Ternyata juga karyawan yang bagian jahit sudah pada kebagian 'jatah' pekerjaan yang seabreg , sementara pesanan yang masuk sudah semakin mendekati batas waktu janji selesai...... Oh, nambah lagi tugas Indah ........ kalau tidak mau jadi orang yang tidak menepati janji, ya musti turun tangan bantuin jahit ......
Rasanya tuh..... pekerjaan sudah jadi beban tersendiri buatku, wong biasanya aku tinggal main perintah, lalu selepas dhuhur aku pulang ke rumah, nyantai, mau baca majalah, mau ngenet, mau tiduran gak ada yang ganggu..... Tapi kali ini aku musti berada di butik sampai sore, sering nginap malah .....
Aku begitu terganggu dengan janji yang musti ditepati. Di awal-awal bulan puasa pula, saat tubuh masih harus menyesuaikan diri dengan keadaan lapar dan lemes di siang hari.
Sempat pikiran begitu tegang ....... lalu kupikir-pikir lagi, bekerja dengan kondisi seperti ini pasti lebih melelahkan. Mengapa aku tidak bekerja untuk bersyukur saja seperti Allah perintahkan di al qur'an???
QS. Sabaa' (Saba') [34] : ayat 13
[34:13] Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
|
Mulailah pikiranku merangkai sebab akibat yang bisa mengantarkanku pada konsep bekerja untuk bersyukur.
Dimulai dari...... kalau pameranku tidak sukses dan tidak bawa pulang pesanan yang banyak, tentunya aku lebih"ngenes" karena tidak banyak pemasukan untuk perusahaanku , sementara kebutuhan hidup dan kebutuhan perusahaan kan bertambah menjelang hari raya ?
Pekerjaan yang banyak adalah bukti kasih sayang dan pertolongan Allah? Salah besar kalau aku merasa terbebani pekerjaan, mustinya aku bersyukur. Bahkan aku diberiNya kesehatan menjalani semuanya...... Nikmat Allah manakah lagi yang kudustakan?
Akhirnya aku bisa bersyukur menjalani pekerjaan yang melelahkan ...... dan kurasakan bahwa rasa syukur itu memberi kekuatan/energi yang amat besar dalam menjalani hari hari di awal puasa lalu.
Pesanan-pesanan itu akhirnya bisa selesai tepat waktu, alhamdulillah. Sekarang tugasku adalah menyelesaikan seragam panitia Iedul Fitri, seragam pencak silat eyang Virien dan seragam anak-anak pesantren Gubug, Kedengarannya masih banyak tugas yang menungguku yaa........ Walau belum selesai semua, Alhamdulillah aku bisa menjalankannya dengan penuh rasa syukur.
Allahlah yang memberiku kelebihan hingga di butik masih banyak tersedia stock kain yang aku pakai untuk membuat seragam-seragam itu.
Kebayang betapa gembiranya wajah anak-anak dhuafa di Gubug dengan baju baru mereka......... memberiku energi dari sisi lain.
Alhamdulillah ya Allah, hingga detik ini Engkau beri aku tetap sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar