Minggu, 12 Agustus 2012

Ketika Allah menyapa .....

Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, anak-anakku belum pada punya baju baru ...... Baju baru buat diriku sendiri atau mas Hary sih gak penting, baju bagusku masih banyaaaakkk.  Kelihatannya bagi anak-anakku baju baru juga tidak penting karena tak satupun dari mereka minta dibelikan baju baru.

Berbeda dengan masa kecilku, dulu aku dan teman-teman di desa Sumberagung, Ngantang Malang, senang sekali 'jor-joran' (berlomba) dalam jumlah baju baru. Biasanya sih mereka pada punya baju baru lebih dari satu.  Aku dan adikku Anisa biasanya dapat 3 baju baru kembaran, sebagian jahitan tangan ibuku sendiri yang saat beliau menjahit selalu aku tunggui sambil menempel-nempelkan potongan kain itu di badanku. Anak-anak sekarang beda, atau anak-anakku saja ya yang beda .....

Yang aku pikirkan malah baju baru buat anak-anak orang ......, teristimewa santri kecil di pesantren Gubug.  Ingat eyang pernah bilang :"Jangankan mukena yang layak, untuk makan saja orang tua mereka masih kesulitan".

Makanya ramadhan ini aku sering ke Gubug, sambil mengerjakan 'proyek' kecilku, aku mengajari santri putri menjahit, mereka membantuku sambil belajar.  Saking seringnya kutinggal, Alni agak rewel kadang-kadang, hingga aku musti membujuknya.

"Ibuk mau ke Gubug bikinkan baju seragam buat anak-anak disana.  Kasihan disana banyak anak tidak mampu", kataku pada Alni, alhamdulillah Alni rupanya mau mengerti juga.

Penjahitku sudah pada punya pekerjaan semua dan semua sudah pesanan orang, hingga untuk membuat baju buat santri-santri kecil ini aku musti mengandalkan diriku sendiri dengan bantuan dari santri putri disana.

Seperti melihat masa kecilku, mereka menungguiku menjahit dan mencari-cari baju mereka di tumpukan kain yang sudah kupotong.  Lalu mereka tertawa ketika menemukan namanya di sana.

Karena menjahit dalam keadaan berpuasa, mungkin aku terlihat kelelahan, hingga salah satu dari mereka bilang :"Kasihan ya bunda".  Spontan senyumku mengembang ...... "Pijitin dong, nih bunda capek banget".  Lalu kurasakan ada tangan mungil memijiti punggungku..... Duh, manisnya saat-saat seperti ini..... merasakan kebahagiaan mereka dan merekapun berusaha membahagiakan aku sebisanya....

Tapi ada hal yang lebih manis bila dibandingkan dengan perhatian tangan tangan mungil itu, yaitu saat sapaan Allah menyentuh kalbuku......  Saat Allah seolah berbisik di hatiku dan mengatakan bahwa Dia ridha dan bangga padaku..... (air mataku menetes saat menuliskan ini....... )


foto by : Flower Story

Saat Allah menyapaku, itulah kebahagiaan terindah..... Saat-saat itu kadang datang ketika aku menyediakan diri untuk bercapek-capek mengurus buka puasa bareng santri disana, kadang saat aku sedang menyiapakan nasi kotak untuk buka dhuafa, kadang saat aku sibuk menjahit baju untuk kubagikan ke orang-orang ......

Sapaan Allah, begitu lembut dan penuh kasih, indahnya menyibak segala lelah dan penat, terbuang segala keluh kesah, terangkat segala duka lara dan pedihnya menempuh ujianNya ...... sapaanNya hanya bisa dirasakan oleh hati yang lembut dan penuh kasih pula.  Marilah kita melembutkan hati, membuang segala sakit hati, marah, kecewa ....... maka sambutlah sapaNya yang membuai, membasahi dahaga jiwa .... 

Allah, aku ingin selalu dalam 'timangan' kasihMu..... sepanjang hidupku ..... Kumohon.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar