Selasa, 21 Agustus 2012

Pengemis Pengemis Itu .....

Sore di akhir bulan puasa, aku sekeluarga bermaksud mudik ke rumah ibu di Ngantang. Karena belum berzakat, dalam perjalanan nanti kami bermaksud untuk membagikan zakat beras kami ke dhuafa yang kami temui di jalan.

Kenapa kok tidak menyerahkannya ke panitia zakat aja? mungkin ada yang bertanya seperti ini ya.  Yaaa .... karena pernah kudengar ada panitia zakat yang menjual beras zakat untuk membangun masjid, padahal sebenarnya zakat fitrah kan haknya fakir miskin saja.

Di sebelah masjid Sabilillah kami lihat banyak pengemis duduk-duduk menyandarkan punggung mereka ke pagar masjid.

"Kasih ke tukang becak saja", kata suamiku.
"Itu disana ada tukang becak yang sudah tua", kataku.

Mobil kami berhenti di depan tukang becak yang kami maksud, menantuku yang duduk di belakangku segera menurunkan kaca jendela dan mengeluarkan beras yang sudah kami persiapkan dari rumah.

Tak kusangka dan tak kuduga, pengemis yang tadinya duduk-duduk dengan tenang itu berlarian ke arah mobil kami dan menyerbu beras sampai tas kreseknya bolong dan berasnya berceceran.  Begitu banyaknya pengemis datang hingga membuatku takut dan hanya bisa bilang :"Ya Allah, ya Allah".

Rasanya waktu yang singkat itu terasa begitu lama.  Hanya dua bungkus beras yang sempat dikeluarkan, kami harus segera melarikan diri dari kepungan para pengemis dengan tatapan mata yang begitu liar !!!  Tapi itupun tak mudah, kubayangkan kaki-kaki mereka bisa tergilas ban mobil .....  Perlahan-lahan suamiku menggerakkan mobil ....

"Sebentar pak, ada yang kejepit .... ", kata menantuku, ada tangan yang kejepit saat kaca mobil dinaikkan.  Suamiku menghentikan mobil yang belum sempat melaju, sedang menantuku menurunkan kaca jendela mobil.  Lha kok tangan itu malah menjulur ke dalam ..... oalah !!! Ternyata dia tadi sengaja menjepitkan diri agar mobil kami berhenti ....

Beberapa saat setelah kejadian itu, pikiranku berasa dipenuhi oleh kerumunan mereka dan mata-mata liar mereka yang amat menakutkan !!!  Rasanya aku membutuhkan waktu untuk bisa bernafas dengan lega ....

"Baunya bakalan ditulis di blog nih", gurau Aden menggodaku , tahu saja ya anak gantengku itu akan kebiasaan ibunya ....

"Ibuk nggak habis pikir betapa mereka tak lagi mendahulukan yang tua, mereka main tabrak, tak punya kepedulian lagi pada sesamanya", kataku.

Aku jadi ingat dulu sering ada berita di televisi tentang pembagian zakat dan uang sedekah yang menelan korban nyawa, masihkah itu terjadi sekarang? Bila itu terjadi, kita umumnya menyalahkan di pemberi sedekah , ya kan??? Tapi setelah pengalamanku  ini, aku jadi berpikir lain, mungkin si pemberi zakat tidak menyangka bakalan terjadi peristiwa tragis seperti itu ......

Yang terjadi pada orang-orang miskin itu bukan lagi krisis uang, melainkan krisis kasih sayang yang membuat mereka tak lagi punya rasa belas kasih pada sesamanya, juga krisis iman yang membuat mereka begitu serakah.

"Pengemis itu belum tentu miskin loh buk.  Ada temanku yang pernah lihat kampung pengemis, rumah mereka besar dan bagus-bagus.  Mereka sengaja memilih profesi menjadi pengemis", kata Zeli.  Cerita seperti ini juga pernah kudengar dari seorang teman yang sengaja membuntuti seorang pengemis pulang, pengemis itu masuk ke sebuah rumah yang bagus dan bersih, hanya saat sedang 'bertugas' saja si pengemis  memakai 'kostum' yang kotor dan lusuh.

Ada lagi cerita dari ustadz Virien, dia pernah 'mewancarai'' seorang pengemis, ternyata pengemis itu punya 2 orang anak yang kuliah di dua universitas swasta yang cukup bergengsi di kota Malang, semuanya dibiayai dari hasil mengemis.  Kubayangkan bagaimana si anak menuliskan pekerjaan orang tuanya di lembar identitas mahasiswa, apa ditulis apa adanya atau .......

Aku sendiri pernah mempersilahkan dua orang pengemis wanita duduk di teras rumah, kusuguh kue dan kamipun ngobrol ngalor ngidul, lalu kutanya berapa penghasilannya dalam sehari.

"Lima puluh ribu-an bu dalam sehari ", katanya.   Wah, banyak dong, itu sama dengan gaji tukang yang bekerja keras dengan ketrampilan dan otot mereka sehari penuh!!!

Kedengarannya profesi pengemis cukup 'menjanjikan' ya, sampai ada 'boss' pengemis yang 'mensponsori' para pengemis dengan jalan mengangkutnya pakai truck dan mengedropnya di suatu tempat, lalu di sore harinya para pengemis itu dipulangkan kembali,  Tentunya para 'boss' ini mendapatkan uang 'bagi hasil'.

Yang kasihan tentu anak-anak yang diculik dan dipaksa jadi pengemis, lalu dia diwajibkan menyetorkan hasilnya pada si boss.  Fenomena ini terjadinya bukan hanya di kota-kota besar saja, di Malangpun aku pernah melihat boss pengemis anak yang mengawasi dari kejauhan 'anak asuhnya' itu mengemis di perempatan lampu merah,

Bila ada pengemis ke rumah, aku lebih suka menyambutnya dengan pertanyaan seperti ini :"Sudah makan bu?"  Bila dia jawab belum, maka aku akan menyuguhi dia nasi atau kadang memberinya nasi bungkus, kalau aku repot barulah aku memberinya uang.  Ini kulakukan karena Allah memerintahkan di al Quran untuk memberi makan fakir miskin.

Bila melihat fakta bahwa pengemis itu belum tentu orang miskin, kita jadi mikir, wajib nggak ya menolong mereka dengan memberi uang?  Aku gak tahu jawabannya, tapi kalau aku ke pasar dan begitu banyak pengemis yang suka mencolek lenganku untuk meminta sedekah, aku gak selalu memberinya.

Barangkali yang lebih penting untuk dipikirkan adalah orang yang benar-benar miskin tapi mereka menjaga diri dari meminta-minta. Mereka mungkin tetangga kita loh, sedangkan kita bisa jadi orang yang berdosa bila pada malam hari kita tidur dengan perut kenyang sementara tetangga kita kelaparan.

Kita perlu lebih memperhalus perasaan, agar lebih peka terhadap orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar