Met lebaran sahabatku semua, mohon maaf lahir batin, mafkan bila selama Indah suka nulis di blog, ada yang merasa tersinggung .... maafkan yaa.
Seperti juga lebaran tahun-tahun sebelumnya, sehabis shalat ied dan makan di rumah ibu, aku pasti mengajak 'group ketoprak'ku (maksudku mas Hary dan anak-anak) untuk bersilaturahim ke tetangga-tetangga.
Pas berada di rumah salah seorang tetanggaku' aku bertemu tetanggaku yang bekerja di Malaysia, dia bilang begini : "Kok gak pernah ke rumahku ya kalau lebaran", katanya.
"Pasti karena rumahku jelek, aku sendiri malas ke rumahmu karena kamu kaya dan rumahmu bagus", lanjutnya.
Susah deh mau ngomong apa ..... karena aku bukanlah seperti yang dia kira. Aku hanya terlalu lelah kalau harus mengunjungi semua tetangga, jadi kuprioritaskan bersilaturahim ke orang-orang yang sudah sepuh (tua) dulu dan yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah ibu.
Tapi apa yang bisa anda simpulkan dari pembicaraan tetanggaku itu ?
Aku sendiri jadi mengambil kesimpulan begini : bahwa manusia cenderung untuk mengucap atau berkata-kata tentang sesuatu yang menjadi prioritas dalam kehidupannya. Saat dia merasa bahwa rumah yang sederhana begitu mengganggunya, maka keluarlah kalimat-kalimat yang menggambarkan perasaannya. Walau kalimat yang keluar seperti aku tulis di atas, sebenarnya kentara sekali dia sedang menginginkan rumah yang bagus dan ingin menjadi kaya.
Walau bisa jadi kesimpulanku salah, tapi aku ingin mengajak kalian semua untuk merenungkan kata-kata apa sih yang suka kita omongkan?
Bila bertemu dengan eyang Virien, dia sering bercerita tentang santri dan masyarakat yang di'asuh'nya, dia selalu mengambil hikmah dan kesimpulan-kesimpulan yang dikaitkan dengan kebijakan Allah. Itulah yang dia hadapi dan dia rasakan. Bagiku bicara dengannya berarti sedang belajar tentang atlas kebijakan Allah di alam semesta.
Sedangkan aku yang sering merasa terganggu dengan berat badan dan kegemukan, suka banget ngomongin soal berat badan dan bagaimana caranya biar bisa langsing. Kadang juga yang meluncur malah keluhan seperti ini :" Puasa sebulan kok aku malah tambah gemuk ....." Indah-Indah, bukankah Allah menyuruh berpuasa agar kita menjadi orang bertakwa? bukan untuk jadi langsing.
Begitulah sahabat, dibalik kata-kata ada pemikiran dan perasaan yang melatar belakanginya ......
Bila mungkin pikirkanlah efek kata-kata kita kepada orang-orang yang kita sayangi dan juga orang yang sedang dihadapi.
Hanya kata-kata, tapi dia bisa merusak atau membangun, bisa menjatuhkan dan bisa mengangkat, bisa menimbulkan keresahan atau mendamaikan dan menciptakan kesejukan. Pilih yang mana?
Bila ingin berhati-hati dalam berkata-kata, maka terlebih dulu berhati hatilah dalam berpikir dan berperasaan. Kita memang musti berhati hati karena segala yang kita katakan, pikirkan dan rasakan tertulis dalam kitab yang nyata dan semuanya pasti berbalas dengan adil.
Seperti juga lebaran tahun-tahun sebelumnya, sehabis shalat ied dan makan di rumah ibu, aku pasti mengajak 'group ketoprak'ku (maksudku mas Hary dan anak-anak) untuk bersilaturahim ke tetangga-tetangga.
Pas berada di rumah salah seorang tetanggaku' aku bertemu tetanggaku yang bekerja di Malaysia, dia bilang begini : "Kok gak pernah ke rumahku ya kalau lebaran", katanya.
"Pasti karena rumahku jelek, aku sendiri malas ke rumahmu karena kamu kaya dan rumahmu bagus", lanjutnya.
Susah deh mau ngomong apa ..... karena aku bukanlah seperti yang dia kira. Aku hanya terlalu lelah kalau harus mengunjungi semua tetangga, jadi kuprioritaskan bersilaturahim ke orang-orang yang sudah sepuh (tua) dulu dan yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah ibu.
Tapi apa yang bisa anda simpulkan dari pembicaraan tetanggaku itu ?
Aku sendiri jadi mengambil kesimpulan begini : bahwa manusia cenderung untuk mengucap atau berkata-kata tentang sesuatu yang menjadi prioritas dalam kehidupannya. Saat dia merasa bahwa rumah yang sederhana begitu mengganggunya, maka keluarlah kalimat-kalimat yang menggambarkan perasaannya. Walau kalimat yang keluar seperti aku tulis di atas, sebenarnya kentara sekali dia sedang menginginkan rumah yang bagus dan ingin menjadi kaya.
Walau bisa jadi kesimpulanku salah, tapi aku ingin mengajak kalian semua untuk merenungkan kata-kata apa sih yang suka kita omongkan?
Bila bertemu dengan eyang Virien, dia sering bercerita tentang santri dan masyarakat yang di'asuh'nya, dia selalu mengambil hikmah dan kesimpulan-kesimpulan yang dikaitkan dengan kebijakan Allah. Itulah yang dia hadapi dan dia rasakan. Bagiku bicara dengannya berarti sedang belajar tentang atlas kebijakan Allah di alam semesta.
Sedangkan aku yang sering merasa terganggu dengan berat badan dan kegemukan, suka banget ngomongin soal berat badan dan bagaimana caranya biar bisa langsing. Kadang juga yang meluncur malah keluhan seperti ini :" Puasa sebulan kok aku malah tambah gemuk ....." Indah-Indah, bukankah Allah menyuruh berpuasa agar kita menjadi orang bertakwa? bukan untuk jadi langsing.
Begitulah sahabat, dibalik kata-kata ada pemikiran dan perasaan yang melatar belakanginya ......
Bila mungkin pikirkanlah efek kata-kata kita kepada orang-orang yang kita sayangi dan juga orang yang sedang dihadapi.
Hanya kata-kata, tapi dia bisa merusak atau membangun, bisa menjatuhkan dan bisa mengangkat, bisa menimbulkan keresahan atau mendamaikan dan menciptakan kesejukan. Pilih yang mana?
Bila ingin berhati-hati dalam berkata-kata, maka terlebih dulu berhati hatilah dalam berpikir dan berperasaan. Kita memang musti berhati hati karena segala yang kita katakan, pikirkan dan rasakan tertulis dalam kitab yang nyata dan semuanya pasti berbalas dengan adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar