Saat matahari sore bersinar menyilaukan, aku menemani mas Hary meluncur ke Sengkaling, ada pertemuan di rumah seorang teman.
Jam-jam segini tentunya bersamaan dengan jam pulangnya para karyawan dari tempat kerja, membuat kemacetan tak bisa dihindari, dimulai dari jl Sukarno Hatta sampai Dinoyo. Spontan tercetus keluhan dari mulut suamiku merasakan tidak enaknya terjebak dalam macet. Begitulah manusia, diciptakan dalam keluh kesah ..... (simak surat Al Maarij).
Aku tak bereaksi dengan keluh kesah suamiku saat itu, tapi ketika kami pulang dari Sengkaling, aku menyempatkan diri untuk memberinya 'kultum'.
"Tahu nggak mas, sebenarnya letak kenyamanan hidup itu bukan dipengaruhi faktor luar, tapi terletak pada titik pusat perhatian kita. Saat berada dalam kemacetan, kita pasti merasa tidak nyaman bila kita fokus pada kemacetan itu .... tapi coba sedikit saja mengalihkan arah perhatian, misalnya dengan mensyukuri mobil baru dan istri cantik yang setia mendampingi ....... ", kataku , spontan gantengku itu tertawa , lalu bilang :" Kamu benar ..... astaghfirullahal adziim".
Untung gantengku itu segera sadar, kalau tidak, aku pasti akan melanjutkan 'kuliah'ku begini : "Seandainya ada sesuatu terjadi pada mobil kita, paling itu teguran Allah karena kita pernah tidak mensyukurinya".
Banyak hal sederhana terjadi dalam kehidupan kita setiap hari, kadang tidak kita sadari bahwa reaksi kita dalam menyikapi peristiwa-peristiwa kecil itu amat berpengaruh dalam menciptakan hal-hal besar dalam hidup kita. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Ibrahim ayat 7 :
Bila menyimak ayat tersebut, ada korelasi antara syukur dengan nikmat, antara kufur nikmat dengan azab. Azab bisa azab besar atau azab kecil, bisa juga teguran / cubitan Allah, atau sesuatu yang tidak menyenangkan.
Tapi umumnya kita suka menyalahkan orang/hal lain bila sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada diri kita ..... ya kan? Hmmm ....... dulu aku pernah mengalami, mobilku kepepet truck di kemacetan Porong Sidoarjo sampai bodynya penyok. Yang pertama disalahkan ya si truck yang gak merasa salah , padahal bisa jadi itu terjadi karena pernah tidak mensyukuri punya mobil karena fokus pada kemacetan yang menjengkelkan.
Ternyata yang namanya 'kufur nikmat' itu sesuatu yang halus sekali, saat fokus pada kesulitan-kesulitan hidup, saat itu sebenarnya kita sedang melupakan nikmat-nikmat Allah dengan sengaja. Sudah pasti Allah 'mencubit' kita agar kembali kepadaNya, ini merupakan hubungan timbal balik yang sudah dijelaskan di ayatNya, sebuah kepastian hukum yang pasti terjadi.
Jadi dimana letak kenyamanan hidup anak-anak?
Jam-jam segini tentunya bersamaan dengan jam pulangnya para karyawan dari tempat kerja, membuat kemacetan tak bisa dihindari, dimulai dari jl Sukarno Hatta sampai Dinoyo. Spontan tercetus keluhan dari mulut suamiku merasakan tidak enaknya terjebak dalam macet. Begitulah manusia, diciptakan dalam keluh kesah ..... (simak surat Al Maarij).
Aku tak bereaksi dengan keluh kesah suamiku saat itu, tapi ketika kami pulang dari Sengkaling, aku menyempatkan diri untuk memberinya 'kultum'.
"Tahu nggak mas, sebenarnya letak kenyamanan hidup itu bukan dipengaruhi faktor luar, tapi terletak pada titik pusat perhatian kita. Saat berada dalam kemacetan, kita pasti merasa tidak nyaman bila kita fokus pada kemacetan itu .... tapi coba sedikit saja mengalihkan arah perhatian, misalnya dengan mensyukuri mobil baru dan istri cantik yang setia mendampingi ....... ", kataku , spontan gantengku itu tertawa , lalu bilang :" Kamu benar ..... astaghfirullahal adziim".
Untung gantengku itu segera sadar, kalau tidak, aku pasti akan melanjutkan 'kuliah'ku begini : "Seandainya ada sesuatu terjadi pada mobil kita, paling itu teguran Allah karena kita pernah tidak mensyukurinya".
Banyak hal sederhana terjadi dalam kehidupan kita setiap hari, kadang tidak kita sadari bahwa reaksi kita dalam menyikapi peristiwa-peristiwa kecil itu amat berpengaruh dalam menciptakan hal-hal besar dalam hidup kita. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Ibrahim ayat 7 :
QS. Ibraahiim (Ibrahim) [14] : ayat 7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Bila menyimak ayat tersebut, ada korelasi antara syukur dengan nikmat, antara kufur nikmat dengan azab. Azab bisa azab besar atau azab kecil, bisa juga teguran / cubitan Allah, atau sesuatu yang tidak menyenangkan.
Tapi umumnya kita suka menyalahkan orang/hal lain bila sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada diri kita ..... ya kan? Hmmm ....... dulu aku pernah mengalami, mobilku kepepet truck di kemacetan Porong Sidoarjo sampai bodynya penyok. Yang pertama disalahkan ya si truck yang gak merasa salah , padahal bisa jadi itu terjadi karena pernah tidak mensyukuri punya mobil karena fokus pada kemacetan yang menjengkelkan.
Ternyata yang namanya 'kufur nikmat' itu sesuatu yang halus sekali, saat fokus pada kesulitan-kesulitan hidup, saat itu sebenarnya kita sedang melupakan nikmat-nikmat Allah dengan sengaja. Sudah pasti Allah 'mencubit' kita agar kembali kepadaNya, ini merupakan hubungan timbal balik yang sudah dijelaskan di ayatNya, sebuah kepastian hukum yang pasti terjadi.
Jadi dimana letak kenyamanan hidup anak-anak?
Ya, pinter ! Terletak pada titik pusat/fokus perhatian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar