Kesedihan itu merusak perasaan, merusak tubuh, merusak pikiran, mengganggu kesehatan dan menggagalkan rencana-rencana baik. Kesedihan perlu ditobati, istighfar dan tidak lagi mencoba "mencicipi" kesedihan lagi.
Kesedihan adalah kegelapan rasa, maka mohonlah Allah menyinari hati kita dengan berwudhu, shalat, dzikir dan membaca al qur'an. Sadari bahwa kesedihan adalah salah satu alat syetan untuk menghancurkan umat manusia.
Aku bertemu dengan wanita itu di pesantren Gubug, sepasang mata di wajah ayunya terlihat sembab, mungkin semalam dia menangis ataukah memang matanya seperti itu?
Pagi saat sinar matahari dengan lembutnya menembus daun bambu di halaman pondok, aku melihatnya turun dari boncengan seorang lelaki. Melihat cara dia melingkarkan lengannya dengan mesra ke pinggang lelaki itu, bisa kupastikan itu adalah suaminya.
Eyang menyambutnya dengan ramah, lalu mereka bertiga ngobrol di halaman disinari cahaya pagi yang masih hangat. Dari kejauhan kulihat suami wanita itu 'memasang' kakinya di kursi di depan eyang, sebuah bahasa tubuh minta dipijat ..... dan benar.
"Enak dik, coba sekarang kamu", kata lelaki itu pada istrinya, sekarang giliran wanita itu memasang kakinya di kursi di depan eyang. Lelaki itu berjalan dengan tenang ke tempat wudhu, meninggalkan istrinya berdua dengan eyang. Lelaki itu shalat dhuha rupanya, setelahnya mereka bertiga ngobrol lagi, tak tahu apa yang mereka bicarakan dan aku juga tak suka mencari tahu urusan orang ..... tapi wanita itu sendiri yang bercerita padaku saat kami cuma berdua.
Ya, wanita itu menginap, tidur bersamaku, sementara suaminya kembali ke 'bawah' (bawah adalah sebutan masyarakat gunung untuk 'kota'). Bila melihat mata sembabnya dan wajah sedihnya yang mirip orang patah hati, tak terpikir kalau masalahnya cuma dibentak anak lelakinya saat dia mematikan program televisi kesayangan si anak agar anaknya shalat maghrib. Ealah ..... kok sampai segitunya, namanya anak kecil pasti belum tahu.
"Dia bukan anak kecil mbak, dia sudah es em a. Rasanya tuh nelangsa banget, memangnya aku melahirkan dia untuk dibentak-bentak?", katanya, lalu air matanya berjatuhan ...... "Aku sampai takut bertemu anakku sendiri, aku merasa perlu menenangkan diri disini", lanjutnya.
"Gara-gara masalah ini, segala rencanaku buyar, banyak hal jadi tertunda", katanya.
"Bahkan aku jadi gak doyan makan dan rasanya kepingin sakit agar anakku mengerti cara bersikap kepada ibunya", katanya, kupikir kalimat terakhirnya ini bahaya banget, ini seperti ungkapan orang putus asa. Untungnya dia memilih jalan 'uzlah' kesini.
"Kadang syetan masuk lewat pintu kesedihan agar kita hanya terfokus pada rasa sedih itu dan melupakan nikmat Allah yang banyak", kata eyang saat kami bicara bertiga.
Wanita itu kuajak memasak dan kuajak mengajar santri putri ketrampilan menjahit, bahkan Nur mengajaknya mencari sayuran di hutan di siang yang panas..... Pulangnya kulihat dia merangkai bunga liar di atas meja.
Foto : Flower Story
Dua malam dia menginap, pada malam kedua kulihat dia sudah bisa tidur nyenyak, wajahnya terlihat damai. Selama disini, eyang hanya menasehatinya dan yang pasti eyang mendoakannya secara khusus. Bila kesedihan adalah kegelapan, aku hanya bisa membantunya memperoleh 'cahaya' dengan jalan mengajak dia mendengarkan anak-anak mengaji dan menghafal asmaul husna. Kalimat-kalimat dzikir amat dia perlukan untuk menerangi hatinya, walau hanya mendengar, itu sudah merupakan terapi yang bagus.
Dia meninggalkan Gubug di pagi yang hampir sama dengan saat dia datang. Saat mobil suaminya parkir di halaman Gubug, wanita itu baru saja keluar dari bilik pancuran karena air di pondok mati. Bajunya basah kuyub, rupanya dia tidak terbiasa mandi di tempat umum, jadi dia mandi dengan seluruh bajunya.
Dia wanita cantik yang beruntung, memiliki suami yang sabar dan penyayang, memiliki bisnis yang bagus ..... itulah yang eyang ceritakan tentang wanita itu padaku. Tapi kadangkala nikmat yang banyak itu menjadi tak nampak karena sedikit kesedihan. Itulah yang namanya cobaan, masihkan kita bersyukur?
QS. Al-Anfaal (Al-Anfal) [8] : ayat 28
Kesedihan adalah kegelapan rasa, maka mohonlah Allah menyinari hati kita dengan berwudhu, shalat, dzikir dan membaca al qur'an. Sadari bahwa kesedihan adalah salah satu alat syetan untuk menghancurkan umat manusia.
Aku bertemu dengan wanita itu di pesantren Gubug, sepasang mata di wajah ayunya terlihat sembab, mungkin semalam dia menangis ataukah memang matanya seperti itu?
Pagi saat sinar matahari dengan lembutnya menembus daun bambu di halaman pondok, aku melihatnya turun dari boncengan seorang lelaki. Melihat cara dia melingkarkan lengannya dengan mesra ke pinggang lelaki itu, bisa kupastikan itu adalah suaminya.
Eyang menyambutnya dengan ramah, lalu mereka bertiga ngobrol di halaman disinari cahaya pagi yang masih hangat. Dari kejauhan kulihat suami wanita itu 'memasang' kakinya di kursi di depan eyang, sebuah bahasa tubuh minta dipijat ..... dan benar.
"Enak dik, coba sekarang kamu", kata lelaki itu pada istrinya, sekarang giliran wanita itu memasang kakinya di kursi di depan eyang. Lelaki itu berjalan dengan tenang ke tempat wudhu, meninggalkan istrinya berdua dengan eyang. Lelaki itu shalat dhuha rupanya, setelahnya mereka bertiga ngobrol lagi, tak tahu apa yang mereka bicarakan dan aku juga tak suka mencari tahu urusan orang ..... tapi wanita itu sendiri yang bercerita padaku saat kami cuma berdua.
Ya, wanita itu menginap, tidur bersamaku, sementara suaminya kembali ke 'bawah' (bawah adalah sebutan masyarakat gunung untuk 'kota'). Bila melihat mata sembabnya dan wajah sedihnya yang mirip orang patah hati, tak terpikir kalau masalahnya cuma dibentak anak lelakinya saat dia mematikan program televisi kesayangan si anak agar anaknya shalat maghrib. Ealah ..... kok sampai segitunya, namanya anak kecil pasti belum tahu.
"Dia bukan anak kecil mbak, dia sudah es em a. Rasanya tuh nelangsa banget, memangnya aku melahirkan dia untuk dibentak-bentak?", katanya, lalu air matanya berjatuhan ...... "Aku sampai takut bertemu anakku sendiri, aku merasa perlu menenangkan diri disini", lanjutnya.
"Gara-gara masalah ini, segala rencanaku buyar, banyak hal jadi tertunda", katanya.
"Bahkan aku jadi gak doyan makan dan rasanya kepingin sakit agar anakku mengerti cara bersikap kepada ibunya", katanya, kupikir kalimat terakhirnya ini bahaya banget, ini seperti ungkapan orang putus asa. Untungnya dia memilih jalan 'uzlah' kesini.
"Kadang syetan masuk lewat pintu kesedihan agar kita hanya terfokus pada rasa sedih itu dan melupakan nikmat Allah yang banyak", kata eyang saat kami bicara bertiga.
Wanita itu kuajak memasak dan kuajak mengajar santri putri ketrampilan menjahit, bahkan Nur mengajaknya mencari sayuran di hutan di siang yang panas..... Pulangnya kulihat dia merangkai bunga liar di atas meja.
Foto : Flower Story
Dua malam dia menginap, pada malam kedua kulihat dia sudah bisa tidur nyenyak, wajahnya terlihat damai. Selama disini, eyang hanya menasehatinya dan yang pasti eyang mendoakannya secara khusus. Bila kesedihan adalah kegelapan, aku hanya bisa membantunya memperoleh 'cahaya' dengan jalan mengajak dia mendengarkan anak-anak mengaji dan menghafal asmaul husna. Kalimat-kalimat dzikir amat dia perlukan untuk menerangi hatinya, walau hanya mendengar, itu sudah merupakan terapi yang bagus.
Dia meninggalkan Gubug di pagi yang hampir sama dengan saat dia datang. Saat mobil suaminya parkir di halaman Gubug, wanita itu baru saja keluar dari bilik pancuran karena air di pondok mati. Bajunya basah kuyub, rupanya dia tidak terbiasa mandi di tempat umum, jadi dia mandi dengan seluruh bajunya.
Dia wanita cantik yang beruntung, memiliki suami yang sabar dan penyayang, memiliki bisnis yang bagus ..... itulah yang eyang ceritakan tentang wanita itu padaku. Tapi kadangkala nikmat yang banyak itu menjadi tak nampak karena sedikit kesedihan. Itulah yang namanya cobaan, masihkan kita bersyukur?
QS. Al-Anfaal (Al-Anfal) [8] : ayat 28
[8:28] Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Ingatlah bahwa orang yang beriman, bertawakal kepada Allah dan berbuat kebajikan karena Allah, mereka tidak ada kekhawatiran dan tidak pula mereka bersedih hati. Jadi bila sedang dilanda kesedihan, koreksi iman dan tawakalnya dan berbuat baiklah (contohnya bersedekah, menolong orang dll).
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 112
[2:112] (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Simak ayat-ayat berikut ini agar kita tidak lagi dihampiri kekhawatiran dan kesedihan.
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 262
[2:262] Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 274
[2:274] Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
QS. Al-Baqarah [2] : ayat 277
[2:277] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 153
[3:153] (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 35
[7:35] Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran ter-hadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS. Yuunus (Yunus) [10] : ayat 62
[10:62] Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar