Minggu, 10 Maret 2013

Saat Alam Memilih Waktunya

Banyak sekali 'temuan'ku hari ini, minggu , 10 maret 2013, saat ikut mas Hary ke kebun dikala badan sedang dalam ancaman flu, 3 hari kemarin aku banyak beristirahat karena meriang.  Hari ini kuputuskan untuk menerapi diriku sendiri lewat interaksi dengan alam, berkeringat di bawah sinar matahari, berjalan naik turun kebun, lalu makan sayur pedas buatan istri mas Saidi, penanggung jawab kebunku. 

Saat kakiku kubiarkan menyentuh tanah sawah dengan padi baru tanam, membuatku tersenyum lebar di hati.  Sawah ? wow !!! aku punya sawah ? ini diluar dugaan, seperti kejatuhan hadiah dari langit, meskipun sawahnya baru 2 petak yang selesai tanam, tapi ini adalah  mimpi yang telah lama kulupakan, mimpi masa kecilku saat ibu bercerita bahwa kakekku dulu adalah petani dengan sawah yang luas.  Lalu aku sering membayangkan berlarian di pematang sawah dengan rambut tertiup angin di tengah hanmparan padi yang menguning.

Kebahagiaanku kali ini mungkin ada hubungannya dengan kebiasaanku mendoakan alam .  Sejak aku bisa mengelola energi murni alam, aku suka banget menstransfer energi ke sawah dan alam yang aku temui di perjalanan, aku ucapkan terimakasih pada mereka, juga kudoakan agar padinya tumbuh subur dan memberi kegembiraan bagi petaninya.  Sekarang, aku menatap sawahku sendiri, rasanya ini hadiah atas doa-doaku untuk mereka.

Ya, inilah kenyataan dan inilah kebenaran, alam tidak diam, walau dia tidak bicara, dia membalas hal apapun yang kita lakukan padanya.  Ketulusan hati kita pasti dia balas pada waktunya.

Bila ketulusan hati pasti terbalas, begitupun kejahatan hati, pasti mendapat balasan juga.  Makanya berhati hatilah dengan hati ..... hmmm, sukalah mendoakan orang lain, senanglah bila melihat orang lain senang, mudahkan hati memaafkan, lalu biarkan alam memilih waktunya dalam membalas semua itu.

"Sayang, lihat sini ", dari kejauhan suamiku memanggil. Seperti main petak umpet rasanya untuk bisa menemukan suamiku, ..... kebunnya luas sih dan juga penuh tanaman pisang dan pepaya yang rimbun.  Kami musti berteriak satu sama lain untuk bertemu, diselingi suara Alni memanggil manggil ayahnya.

"Lihat ini, kok gak mau berbuah ya? menurutmu kenapa?", tanyanya menunjuk pohon pepaya yang tidak mau berbunga, apalagi berbuah.
"Padahal daun dan batangnya subur lo", lanjutnya.

Aku betul-betul gak ngerti kenapa ada pepaya mogok berbunga?  Duh, mogoknya 'berjamaah' lagi, ternyata bukan cuma kaum buruh yang bisa mogok kerja ...... hehehe.  Setahuku setiap pohon pepaya yang ditanam orang, pasti ada buahnya, bahkan buahnya tak ada jedanya, bertumpuk.  Cukup banyak juga pepaya yang cuma rimbun daunnya.  Kasihan juga melihat suamiku yang sudah bercapek capek menanam pepaya sebanyak ini, dia menanam sekitar 5000 pohon, dan menggaji orang untuk proyek kecilnya ini.

"Coba saja diajak ngomong mas", kataku.
"Hmmm .... ya itu sih kamu yang bisa", kata suamiku, hafal dia kalau istrinya agak aneh .... hehehe.  Akupun coba bicara dengan pepaya-pepaya itu, ternyata mereka kekurangan nutrisi.

"Kurang nutrisi kayaknya", kataku.
"Oh, memang lama gak dipupuk, mestinya sebulan sekali pupuknya", jawab suamiku.

Bila dihitung return of investment untuk tanaman pepaya ini  .... ehm...,  gak tahu kapan tercapainya, apalagi bila  melihat kenyataan diantara 5000 pohon, sudah bagus bila 1000 nya berbuah lebat ..... Alam memang susah diprediksi, makanya aku sering dengar petani merugi, sudah mengeluarkan biaya banyak untuk tanamannya, hasilnya malah gak bisa dinikmati.

Tapi pikiranku sudah bukan lagi kapan ROI nya tercapai ..... karena yang aku lihat adalah manfaatnya.

Pepaya-pepaya itu meskipun belum bisa dipetik hasilnya, dia telah memberi penghasilan kepada orang-orang, dan pepaya-pepaya itu telah menjadi perantara suamiku berdakwah kepada mereka.

Dulu waktu proses tanam pepaya, mas Hary sering menginap di kebun, malam dia mengumpulkan orang-orang itu, membagikan al quran, dan berdakwah dengan cara yang dia bisa, kadang ngajak ustadz Virien.  Mereka menjadi lebih faham al qur'an, dan menjadi orang-orang yang lebih baik, gampang bersedekah dan amat tulus, merekapun jadi dekat dan seperti keluarga dengan mas Hary.

Hidup dengan orientasi ibadah begini membuat batin tenang, damai, ikhlas dan membiarkan alam memilih waktunya, karena dia selalu membalas setiap ketulusan hati.  Bila berorientasi pada hasil yang berupa materi .... wow .... bisa strees mikirin ROI ....

Bagaimana denganmu sahabat ?

Setelah berkeringat di kebun, badanku terasa lelah sekali sampai jatuh tertidur di gubugnya mas Saidi, sementara Alni bermain dengan Viva, anak mas Saidi.  Alni yang juga sedang flu dan batuk, terlihat lebih sehat dan berkeringat, selama 3 hari tidak masuk sekolah, aku tidak memberinya obat apa-apa, cuma minum madu saja.

Alhamdulillah sepanjang perjalanan pulang badanku terasa lebih baik, Alni tertidur pulas.  Semalampun dia sudah tidak batuk pilek lagi.  Alam memang memberi energi yang luar biasa, terimakasih ya Allah.

2 komentar:

  1. alhmdlh...byk hikmah/plajaran yg sya dpt dri blog mba indah ini..smoga ksih syg Allah sllu trcurah kpd mba indah skluarga dan smua kaum muslimin muslimat dimanapun..amiiinnn..

    BalasHapus