Sabtu, 04 Juli 2015

Bagaimana Menggunakan Pikiran ?



Dear Allah lovers,

Aku sering sekali bilang, di saat kita berada dalam situasi kepepet , baik kepepet finansial atau masalah lainnya, sebaiknya kita meletakkan logika , gak usah mikir, yang penting pasrah ( tawakal ) dan yakin .  Sebenarnya bukan aku yang bilang begini, melainkan al quran.

Barangsiapa bertawakal kepada Allah , maka Allah akan memberinya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan mencukupinya.

Seingatku ayatnya ada di surat At Thalaq, silahkan dicari sendiri ayat nomer berapa dan terjemahan aslinya bagaimana.

Bila tuntunanNya hanya beriman dan bertawakal , maka mengapa manusia musti mempersulit diri dengan berpikir dan berusaha keras ?

Nah, sekarang menjawab pertanyaan pembacaku :
"Bukankah Allah memberi kita pikiran dan tenaga untuk berikhtiar ?". 
"Apakah kita cuma diam menunggu keajaiban dan tidak melakukan apa-apa ?".
"Bukankah Allah tidak mau merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mau merubah nasibnya sendiri ?"

Bagaimana menggunakan pikiran ?

Tiap hari aku menggunakan pikiran lo, saat memasak, perbandingan bumbu-bumbunya musti tepat biar gak aneh rasa masakannya.  Bikin baju pesanan juga begitu, musti pakai ukuran pemesan , konyol kan kalau aku pakai ukuranku yang XL untuk baju pelangganku yang ukurannya M ? Itu namanya cari perkara .

Untuk usaha Innuri browniesku aku juga pakai logika, berapa jumlah brownies yang aku produksi, aku sesuaikan dengan  daya serap pasar, aku gak bisa ngawur atau seenaknya sendiri bila ingin usahaku tetap tegak berdiri.

Berapa liter bensin untuk menempuh perjalanan sejauh 100 km ?

Berapa jumlah pupuk kandang yang perlu disiapkan untuk 1000 pohon pisang ?

Semua yang aku ceritakan itu  pakai pikiran, gak bisa cuma diyakini di dalam hati., apalagi dipasrahkan sama Allah.

"Ya Allah, aku pasrahkan semua pohon pisangku kepadaMu saja, berbuah atau tidak terserah kehendakMu, aku hanya mau berdzikir menunggu keajaiban dariMu ", ini adalah pasrah yang aneh bin ajaib.

Jadi begini, pikiran itu kita gunakan pada tempatnya.  Tempatnya pikiran dan logika itu berada di wilayah kerja seperti yang aku ceritakan, bukan di wilayah iman dan tawakal.  Kalau iman dan tawakal itu pekerjaan hati. Keduanya bisa dijalankan bersamaan atau  dijalankan beriringan.

Contoh bila dijalankan bersamaan , saat memupuk pisang, lakukan dengan takaran yang tepat, tapi dalam hati yakin bahwa yang menjadi sebab pisang itu menghasilkan buah yang besar manis dan hasil melimpah adalah Allah, bukan pupuk. Keyakinannya pada Allah, takaran dan jenis pupuknya pakai logika.

Contoh dijalankan beriringan, saat berada dalam situasi kepepet finansial ,  aku pasrahkan persoalanku pada Allah, saat ini hanya hati yang bekerja.  Dan saat datang keajaibanNya berupa pesanan ribuan mukena, aku hitung kebutuhan kain, kebutuhan tenaga kerja dll pakai pikiran dan logika.

Di dalam al quran, pikiran juga digunakan untuk merenungkan ciptaanNya untuk menyampaikan kita pada keimanan.

:(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS. Ali 'Imran, 3:191)


Dua pertanyaan di atas terjawab sudah.

Untuk pertanyaan ke tiga. Perubahan nasib itu musti dimulai dari perubahan mind set dan heart set yang benar dulu.  Hatinya dilurusin dulu, pikirannya diluruskan juga , baru diikuti perubahan tingkah laku dan perbuatan.  Bagaimana cara merubah nasib itu tidak lepas dari tuntunan al quran, maka jadikan al quran sebagai panduan .

Salam manis dari kota Malang yang dingin,

Innuri.

3 komentar:

  1. Subhanallah, bu innuri ini penjelasannya mengena bgt, ini nih, yg jd pertanyaan diri sendiri dlm hati hehe, trnyata jwban atas pertanyaanku slma ini disini, maha besar Allah yg menjawabnya lewat bu innuri..

    Btw bu innuri boleh request artikel yah, bu innuri apa sdh prnh menulis ttg "takdir (ketentuan Allah), dan nasib". Bahwa yg saya pahami selama ini menjadi baik atau tidak itu sebuah pilihan, lalu mengapa semua manusia tidak dipilihkan menjadi baik semua sama Allah, biar masuk surga semua bukannya itu sgt mudah bagi Allah. Mengenai adanya orang2 yang melakukan kesalahan/dosa (misalnya mencuri dan berzina), Kenapa Allah membiarkan saat orang jadi pencuri, pezina, pemabuk dll? pdhl Allah kuasa skli membuat pencuri itu mjd orang yg tidak mau mencuri lg, saat pencuri dan pezina melakukan aktivitas mencuri dan berzina, peran Allah dimana? mohon penjelasannya ya bu innuri, trimkasih sblmx

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena dunia ini ujian mbak yuni, coba lebih rajin baca al quran ... hehehe. orang yang berzina , mencuri dll , itu karena mereka gak lulus ujian. Allah musti membedakan orang yang mau berjuang di jalanNYa dengan yang enak enakan mengikuti hawa nafsunya saja.

      Hapus
  2. Enggeh bu innuri , trmksh penjelasannya. hehe

    BalasHapus