Jumat, 17 Juli 2015

Kisah Pemilik Kebun (2)

Dear Allah lovers,

Awal puasa lalu aku ke kebun, bersama si cantik Alni , mas Hary dan seorang karyawan.  Kebun pisangku ini sering mengingatkanku akan kisah para pemilik kebun di surat Al Qalam.  Saat musim penghujan, sumber mata air di tengah kebun mengalir menjadi sungai kecil yang bening airnya, saat kemaraupun sumber mata airnya tidak pernah kering, cuma musti pakai diesel untuk mengambil airnya.

Dikisahkan di dalam al quran tentang beberapa pemilik kebun yang diuji, kebunnya sudah siap panen, tapi mereka berniat tidak akan bersedekah.  Maka kebun itupun rusak karena malapetaka dalam semalam dan keesokkan harinya mereka melihat kebun mereka dalam keadaan rusak dan menghitam. Merekapun saling menyalahkan satu sama lain.  Salah seorang dari mereka yang paling baik pikirannya bilang, hendaklah bertasbih kepada Allah, lalu merekapun  memohon ampun dan memohon kepada Allah diganti dengan kebun yang lebih baik.  Dijelaskan itulah azab di dunia, sedangkan di akhirat lebih besar.

Itulah yang kuingat ketika mendengar berita dari mas Saidi yang sempat membuatku merenung, yaitu  menurunnya panen pisang di sebagian besar kebun pisang disana, hampir semua pemilik kebun mengalaminya. Parahnya lagi , di saat panen pisang menurun, harga pisang juga anjlog.

"Karena nutrisi di dalam tanah sudah diserap pisang, musti melakukan usaha untuk mengembalikan kesuburan tanah", kata suamiku mencoba menganalisa masalah, penjelasan yang logis, tapi ....

Banyak sekali variabel sukses yang hanya sedikit yang kita tahu, banyak pula variabel gagal yang tahunya setelah terjadi.  Intinya pengetahuan manusia itu terbatas, pemikiran manusia juga terbatas, kalau cuma mengandalkan logika dan pemikiran saat melakukan sebuah usaha, bisa-bisa mengalami seperti yang dialami para pemilik kebun di al quran  dengan versi lain, barangkali panennya bagus tapi harga jualnya rendah sampai rugi puluhan juta dan banyak kemungkinan lain yang unpredictable.

Contoh soal kasus kebun pisang yang sedang menurun hasil panennya . Bila menganut penyelesaian secara logika , kebun pisang itu perlu dipupuk untuk mengembalikan kesuburan tanahnya. Bila proses pemupukan dijalankan dengan jenis pupuk dan takaran yang tepat, benarkah akan memberi hasil yang lebih baik ke depannya ?  Belum tentu ! lah kalau kena hama ? bila tidak kena hama, tapi kena angin ribut yang merobohkan berhektar hektar kebun pisang (pernah terjadi di kebun tetangga) ? bila  tidak kena hama dan tidak kena angin ribut, tapi dimaling orang (pernah terjadi di kebunku) ?

Itulah perlunya usaha dan tawakal yang dijalankan barengan, usaha lahiriyahnya pakai logika, tapi di dalam hati yakin bila penyebab keberhasilah tanaman dan kebun kita hanyalah Allah , bukan pupuk atau apapun.

Tidak menjadikan logika sebagai penyebab, itu merupakan sebuah pengakuan bahwa ilmu Allah sangat luas, yang tidak terjangkau pikiran manusia.

Kisah para pemilik kebun di dalam surat Al Qalam itupun memberi tuntunan, saat menghadapi kegagalan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah  kembali kepada Allah, memohon ampun dan berharap kepadaNya. Setelah itu baru memikirkan langkah selanjutnya disertai memohon petunjuk Allah.  Kisah itu juga mengandung hikmah, agar kita tidak sibuk menyalahkan apa saja, baik menyalahkan orang lain atau keadaan yang sulit dikendalikan.

Bila tidak boleh menyalahkan, lantas apa ? Bila itu perkara kebun, selain memohon petunjuk Allah, juga mencoba 'berbicara' dengan kebun, dengan tanah dan tanamannya, apa sih yang sebenarnya mereka butuhkan ? Ini tidak sulit kok, asal kita punya rasa kasih sayang ke alam, jawaban mereka bisa dengan mudah kita tangkap di kedalaman hati kita. Setelah itu , jangan lupa untuk mengajak mereka untuk mengabdi kepada Allah dengan memberikan hasil yang terbaik.

Untuk pengertian yang lebih lengkap, silahkan buka Bagaimana menggunakan Pikiran dan Kisah Pemilik Kebun (1)

Salam manis


Innuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar