Senin, 26 Agustus 2013

Kisah Pemilik Kebun

Di kebunku ada sumber mata airnya, orang Jawa bilang belik , orang-orang menamakannya belik windu karena airnya seperti tak pernah habis, mata air di kebunku ini kelihatannya kecil tapi  bisa mengairi sawah tetangga.  Pada musim kemarau mata airnya tak pernah mati, walau debitnya menurun, yang sering membuat orang-orang takjub , pasalnya biarpun airnya  'dieksploitasi' dengan menggunakan mesin diesel, airnya gak habis-habis.

 
Airnya terlihat tenang di permukaan hingga aku pikir airnya tidak mengalir, tapi ternyata mengalir seperti sungai kecil yang jernih kinclong.



Bila melihat semua ini aku seperti berada di dalam al quran, coba buka surat Nuh, disitu ada ayat yang menggambarkan bagaimana karunia Allah berupa kebun dan mata air yang mengalir.



Tapi bila aku berkunjung ke kebunku, maka lidahku suka melantunkan murattal surat Al Qalam.  Aku membacakannya untuk tanaman, tanah, airnya dan semua yang ada di kebun.  Di dalam surat Al Qalam ada kisah tentang para pemilik kebun yang diceritakan secara runtut dalam beberapa ayat, selengkapnya klik disini .

Dikisahkan Allah telah memberikan ujian kepada beberapa pemilik kebun.  Saat mereka bersiap memanen hasil kebunnya pada keesokkan harinya, tapi mereka berniat untuk tidak memberikan sebagian hasilnya kepada fakir miskin.  Maka dalam semalam kebun itu dimusnahkan Allah.  Dan ketika pagi harinya mereka menyaksikan kebun itu telah rusak dan tidak bisa dipetik hasilnya, mereka saling menyalahkan satu sama lain, tetapi salah seorang diantara mereka bilang bahwa hendaknya  bertasbih kepada Allah, memohon ampun kepadaNya dan memohon agar diberi ganti dengan kebun yang lebih baik.

Kisah di dalam al quran adalah kisah yang abadi, selalu up date, selalu ada kejadian seperti itu di sepanjang masa, di dalam berbagai bidang kehidupan.

Ada seorang temanku menjual sepeda motor untuk biaya persalinan istrinya.  Sudah deal dengan pembeli, tapi ketika sepeda itu mau dibayar dan diambil, dia bilang biar aku cuci dulu, diambil besok saja.  Tapi keesokkan harinya sang pembeli berubah pikiran dan tidak jadi membeli, padahal temanku  sudah membayangkan bahwa uang itu bakalan ada di tangan besok pagi.

Pernahkah mengalami hal yang mirip dengan kisah itu ? Hm hm hm .... bagaimana kalian menyikapinya ? kecewa ? getun ? marah ? menerima dengan sabar karena itu belum rejekinya ?....

Al quran menuntun kita, bila menghadapi hal yang mengecewakan, hendaknya intropeksi diri, mengucap tasbih (menyucikan asma Allah), mengucap istighfar  (memohon ampun) dan memohon agar Allah mengganti dengan yang lebih baik.

Di masa sekarang, sulit menemui orang yang menyalahkan dirinya sendiri atas bencana yang menimpanya, mereka lebih enjoy menyalahkan cuaca, letak geografis, alam, pemerintahan, kenaikan harga dollar, ........ bahkan saling menyalahkan satu sama lain persis yang tersurat di surat Al Qalam.  Padahal jelas-jelas dikatakan di al quran bahwa  bencana itu adalah karena dosa-dosa manusia.  Manusia suka lupa bahwa Allahlah yang mengendalikan alam semesta yang luas tak terkira hingga hal yang sekecil kecilnya !!!

Bila aku ikut ke kebun bersama suamiku, dalam perjalanan dari rumah ke kebun yang memakan waktu 2 jam, suamiku bercerita tentang aneka peristiwa yang terjadi di daerah yang kami lalui.  Pernah suamiku melewati daerah yang setelah dia melintas, terjadi gempa sampai disiarkan di televisi.  Pernah kulihat reruntuhan rumah bekas di terjang banjir, kebun yang rusak dan pepohonan yang roboh di kebun yang luas, dan buk (semacam bangunan di pinggir jalan untuk memperkokoh jalan raya) yang roboh diterjang banjir.

"Tahu nggak sayang, rumah-rumah itu diterjang banjir justru bukan pada musim penghujan. Ya saat musim hujan sudah berakhir ini.  Menurut cerita orang-orang,  hujan turun selama tiga hari tidak ada hentinya dan  anehnya, airnya tidak mengalir ke sungai, melainkan langsung menghempas dan menerjang rumah-rumah itu.  Sungguh tidak masuk akal, karena sungainya cukup dalam dan sebenarnya cukup menampung aliran air hujan ", kata suamiku.  Suamiku memperpelan laju mobilnya hingga mataku bisa mengamati sungai yang di atasnya ada jembatan yang kokoh, kebun yang rusak, dan rumah yang sebagian roboh di seberang jalan.

" Tak jauh dari  kebun kita, banjir sampai merubuhkan plengsengan. Ada kebun pisang yang pohonnya roboh semua, tak jauh dari kebun kita.  Sampai orang-orang bilang kebunnya pak Hary dilindungi Allah ", kata suamiku.

Mendengar laporan pandangan mata suamiku, aku seperti berada di dalam al quran, dalam surat Al Qalam, tentang para pemilik kebun.

 Saat aku menuliskan  ini, sedang hangat berita tentang mahalnya kedelai, hingga para pengusaha tempe dan tahu ada yang terancam bangkrut.  Coba dengar, siapa yang jadi kambing hitam dalam perkara ini ? Hm hm hm ..... apa ada yang saling menyalahkan satu sama lain ?

Silahkan menggunakan logika dalam menganalisa masalah, tapi jangan lupakan ada Allah dibalik segala kejadian ini. Mari kita sucikan Indonesia dengan  bertasbih, beristighfar dan memohon agar Allah memberi keadaan yang lebih baik buat negeri tercinta ini.

5 komentar:

  1. Subhanallah...


    Terimakasih mbak.. jd inget mau beli kebun kecil u/ birul walidain, sudah keduluan orang, jadi semangat dech u/ tdk memikirkan..

    "InsyaAllah diganti Allah dgn yg lebih baik"

    sekali lagi terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama mb Sari, semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik.

      Hapus
  2. Subhanallah..

    Saya juga langsung inget sama kejadian bulan lalu. lagi butuuuuh bgt dana tambahan, dan dijanjiin bulan juni ada dananya. Tp pas waktunya, ternyata dana gak jadi keluar. Tapi alhamdulillah saat itu saya langsung inget, intropeksi ini pasti karna saya terlalu berharap sama orang dan lupa sama siapa yg sebenernya ngasih rejeki, yaitu Allah. Astagfirullah...

    Semoga Allah berkenan mengganti dengan yg lebih baik. Aamiin.

    Terima kasih mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih juga, sudah berbagi pengalaman.

      Hapus
  3. Subhannallah ceritanya bagus sekali :)

    BalasHapus