Kemarin adalah hari yang 'menyeramkan' bagiku, tapi aku tidak menyesalinya, padahal mungkin itu membuat puasaku hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Aku tidak menyesal karena dari kejadian itu, aku mendapat pelajaran berharga.
Pelajaran yang bisa kupetik adalah, tercapainya jiwa yang tenang itu adalah hadiah dari Allah semata-mata, bukan usaha kita, manusia hanya bisa bersyukur. Adalah kesombongan yang halus bila kita menganggap bahwa tercapainya ketenangan dan kebahagiaan jiwa itu adalah karena usaha kita sendiri.
Rasanya hariku kemarin adalah pembalasan dari kesombonganku yang halus, sebuah peringatan dan teguran manis dari Allah.
Rasa sombong yang tidak aku sadari itu muncul saat seorang sahabatku bertanya di komentar blog : " Tolong tanyakan pada pak ustadz , bagaimana caranya meredam emosi ? padahal sudah dzikir, sudah wudhu, tapi masih emosi, memalukan deh, pokoknya memprihatinkan ".
Aku merasa tidak punya masalah dengan emosi, aku jarang sekali marah dan kalau marah juga gak sampai memprihatinkan, itu menurutku sendiri lo .... hm hm ...
Tapi kemarin aku marah besar ..... giliran pertama yang mendapat awu anget adalah suamiku , dan seperti biasa dia hanya bilang iya iya dengan sabar .... giliran kedua, karyawan yang gak masuk tapi bawa sepeda motor, manalah lagi itu sepeda motor satu-satunya, walaupun di butik banyak sepeda motor karyawan, tapi Santi tidak enak memakai sepeda motor temannya untuk kepentingan butik.
Tapi kan yang mau tak marahi gak masuk, ditelepon gak diangkat, disms gak dibales .... benar-benar keterlaluan itu anak dan gak mikirin orang lain. Karyawanku ini tiap jumat gak masuk karena ngaji, tapi mbok sepedanya jangan dibawa gitu loh maksudnya, biar gak mempersulit orang lain.
Akhirnya yang kena awu anget berikutnya adalah Windy, karyawanku juga dia, yang dekat dengan karyawan yang tidak masuk itu. Aku bilang ke Windy dengan berapi-api, tolong disampaikan ke temanmu itu, kalau gak masuk itu jangan bawa sepeda motor, mempersulit orang lain tahu.
Setelah semua karyawan pulang, akupun tertegun di depan lap top, ketemu ayat ayat al quran yang dishare teman, yang merupakan jawaban dari peristiwa hari ini. Batinku sejuk dan hilang semua amarah.
Pertama kali yang musti disadari orang yang sedang marah itu adalah, bahwa semua peristiwa yang sedang terjadi itu adalah kehendak Allah, dan kita memang tidak bisa mengendalikan semua peristiwa itu walau dengan marah sekalipun. Keadaan tidak akan membaik bila diselesaikan dengan marah.
Marah dengan segala keruwetan yang terjadi di sekitar kita berarti marah dengan Sang Maha Skenario. Bila menyadari point ini, hati menjadi adem dan mulai mencari tahu, apa sih yang dikehendaki Allah dengan peristiwa ini ? Pasti Allah punya maksud untuk kebaikan kita.
Yang kedua disadari adalah, bahwa emosi kita ini berada dalam genggamanNya , Allahlah yang Maha Mengendalikan semua hati, termasuk hati kita sendiri. Jadi bermohonlah dengan sungguh-sungguh agar Allah meredam emosi kita. Bermohon boleh dengan berwudhu dulu dan shalat dua rakaat. Atau cukup dengan duduk dan mengheningkan cipta, menghubungkan hati dengan Allah, atau dengan berdzikir, membaca al quran.
Maksud dari berwudhu, dzikir, shalat, membaca al quran dll dll itu adalah mengantarkan kita pada kesadaran diri yang aku sebutkan di point pertama hingga mempermudah turunnya ikhlas. Jadi wudhu, dzikir dan shalat itu adalah alat bantu untuk membentuk mind set yang benar. Usaha secara lahiriah musti dibarengi dengan usaha batiniah.
Jangan sekali kali menyangka bahwa segala kesabaran dan segala keikhlasan itu adalah hasil usaha kita, itu semata-mata gift , pemberian Allah, hadiahNya. Yang bisa kita lakukan adalah berdoa dan bersyukur atas segala kesabaran yang dia anugerahkan kepada kita.
Yang berikutnya perlu disadari adalah segala peristiwa dalam hidup itu kadang merupakan ujianNya. Menahan amarah itu adalah perintah wajib dari Allah, dan merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa (buka surat Ali Imran 133-135). Kita bisa membuktikan ketaqwaan kita setelah melewati ujian-ujian, termasuk ujian marah.
Mudah mudahan penjelasanku ini berguna
Pelajaran yang bisa kupetik adalah, tercapainya jiwa yang tenang itu adalah hadiah dari Allah semata-mata, bukan usaha kita, manusia hanya bisa bersyukur. Adalah kesombongan yang halus bila kita menganggap bahwa tercapainya ketenangan dan kebahagiaan jiwa itu adalah karena usaha kita sendiri.
Rasanya hariku kemarin adalah pembalasan dari kesombonganku yang halus, sebuah peringatan dan teguran manis dari Allah.
Rasa sombong yang tidak aku sadari itu muncul saat seorang sahabatku bertanya di komentar blog : " Tolong tanyakan pada pak ustadz , bagaimana caranya meredam emosi ? padahal sudah dzikir, sudah wudhu, tapi masih emosi, memalukan deh, pokoknya memprihatinkan ".
Aku merasa tidak punya masalah dengan emosi, aku jarang sekali marah dan kalau marah juga gak sampai memprihatinkan, itu menurutku sendiri lo .... hm hm ...
Tapi kemarin aku marah besar ..... giliran pertama yang mendapat awu anget adalah suamiku , dan seperti biasa dia hanya bilang iya iya dengan sabar .... giliran kedua, karyawan yang gak masuk tapi bawa sepeda motor, manalah lagi itu sepeda motor satu-satunya, walaupun di butik banyak sepeda motor karyawan, tapi Santi tidak enak memakai sepeda motor temannya untuk kepentingan butik.
Tapi kan yang mau tak marahi gak masuk, ditelepon gak diangkat, disms gak dibales .... benar-benar keterlaluan itu anak dan gak mikirin orang lain. Karyawanku ini tiap jumat gak masuk karena ngaji, tapi mbok sepedanya jangan dibawa gitu loh maksudnya, biar gak mempersulit orang lain.
Akhirnya yang kena awu anget berikutnya adalah Windy, karyawanku juga dia, yang dekat dengan karyawan yang tidak masuk itu. Aku bilang ke Windy dengan berapi-api, tolong disampaikan ke temanmu itu, kalau gak masuk itu jangan bawa sepeda motor, mempersulit orang lain tahu.
Setelah semua karyawan pulang, akupun tertegun di depan lap top, ketemu ayat ayat al quran yang dishare teman, yang merupakan jawaban dari peristiwa hari ini. Batinku sejuk dan hilang semua amarah.
Pertama kali yang musti disadari orang yang sedang marah itu adalah, bahwa semua peristiwa yang sedang terjadi itu adalah kehendak Allah, dan kita memang tidak bisa mengendalikan semua peristiwa itu walau dengan marah sekalipun. Keadaan tidak akan membaik bila diselesaikan dengan marah.
Marah dengan segala keruwetan yang terjadi di sekitar kita berarti marah dengan Sang Maha Skenario. Bila menyadari point ini, hati menjadi adem dan mulai mencari tahu, apa sih yang dikehendaki Allah dengan peristiwa ini ? Pasti Allah punya maksud untuk kebaikan kita.
Yang kedua disadari adalah, bahwa emosi kita ini berada dalam genggamanNya , Allahlah yang Maha Mengendalikan semua hati, termasuk hati kita sendiri. Jadi bermohonlah dengan sungguh-sungguh agar Allah meredam emosi kita. Bermohon boleh dengan berwudhu dulu dan shalat dua rakaat. Atau cukup dengan duduk dan mengheningkan cipta, menghubungkan hati dengan Allah, atau dengan berdzikir, membaca al quran.
Maksud dari berwudhu, dzikir, shalat, membaca al quran dll dll itu adalah mengantarkan kita pada kesadaran diri yang aku sebutkan di point pertama hingga mempermudah turunnya ikhlas. Jadi wudhu, dzikir dan shalat itu adalah alat bantu untuk membentuk mind set yang benar. Usaha secara lahiriah musti dibarengi dengan usaha batiniah.
Jangan sekali kali menyangka bahwa segala kesabaran dan segala keikhlasan itu adalah hasil usaha kita, itu semata-mata gift , pemberian Allah, hadiahNya. Yang bisa kita lakukan adalah berdoa dan bersyukur atas segala kesabaran yang dia anugerahkan kepada kita.
Yang berikutnya perlu disadari adalah segala peristiwa dalam hidup itu kadang merupakan ujianNya. Menahan amarah itu adalah perintah wajib dari Allah, dan merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa (buka surat Ali Imran 133-135). Kita bisa membuktikan ketaqwaan kita setelah melewati ujian-ujian, termasuk ujian marah.
Mudah mudahan penjelasanku ini berguna
mb Indah, mau minta ijin untuk copy kata2 untuk di blogq, bolehkah??
BalasHapusboleh asal sebutkan sumbernya yaaa.
Hapus