Minggu, 18 Agustus 2013

Tehnik Merubah Keadaan

Pagi ini sebelum shalat subuh aku musti mandi keramas ... hm hm ... tahu kan kenapa ? hehehe ... Bayangkan di kota Malang yang terkenal dingin dan di pagi subuh di dinginnya masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (orang jawa bilang bediding), mana mandinya musti pakai air biasa, gak boleh pakai air hangat lagi.  Rasanya tuh sebelum nyemplung, mesti menyiapkan 'sesajen' dan 'japa mantra' dulu .... hehehe.

Akupun mensetting pikiranku, sambil berdoa , aku bilang pada diriku sendiri, ini bakalan segar, habis mandi biasanya malah terasa hangat. Sesudah itu byar byur byar byur, dan benar aku merasakan segar!! Padahal  biasanya kalau aku mandi pagi pagi, sering ramai sendiri di kamar mandi , dari sekedar nggruguh  (bergumam gak jelas) karena kedinginan , sampai keluar kata-kata :"Aduh adheme ! hrrrhrrrhhhhm ... adem, aduh aduh adeeeem!!".  Sesudah mandi langsung terbenam dalam selimut.

Alhamdulillah sekarang rasanya beda banget, habis mandi merasakan kesegaran, setelah shalat aku langsung ngaji lalu ngeblog . Aduh nikmatnyaaa.

Kurasakan, betapa hebatnya pengaruh pikiran dan perasaan, hal halus yang bisa kita gunakan untuk merubah keadaan.  Memang kita tidak bisa merubah musim, tapi kita bisa merasakannya menjadi sesuatu yang nikmat.

Coba kita sering-sering sengaja melatih pikiran dan perasaan kita untuk merubah keadaan menjadi seperti yang kita mau. Mulai dari hal yang kecil-kecil dulu hingga kita terbiasa mengendalikan lingkungan tunduk pada kemauan kita.

Tehnik mensetting pikiran ini juga berlaku saat kita sakit.  Kemarin aku telah mencobanya pada diriku sendiri.  Gara-gara 2 minggu tanpa pembantu, aku mengerjakan semua urusan rumah tangga sendiri, tanganku bukan hanya jadi kasar banget, tapi sudah luka di tiga tempat.  Yang paling mengganggu, luka di jari manis kananku, yang gak sembuh-sembuh karena lukanya pas tepat di bawah kuku, dan gak kering-kering karena aku musti cuci piring tiap hari,  kesenggol dikit berdarah dan sakit, eh lama lama kok malah bengkak.

Akhirnya di suatu malam menjelang tidur, aku berdoa dan bilang pada diriku sendiri kalau besok bengkaknya mengempis sambil kuoles minyak zaitun seperti biasanya.  Alhamdulillah, akhirnya mau juga bengkaknya mengempis dan lukanya mengering dan tidak berdarah lagi, walau kempisnya bertahap dalam 3 hari. Aku amat bersyukur karena sebelumnya sudah terpikir mau membawanya ke dokter.

Saat Insan sakit keras, yang tidak ada penyakitnya secara medis, tapi dia merasakan kesakitan luar biasa, ustadz Virien bilang begini  :"Bunda jangan berpikir kalau dia sakit". Akupun bersikap biasa,  pikiranku kuusahakan tetap tenang, tidak sedih dan cemas, tapi tetap merawat Insan sebagaimana biasa. Alhamdulillah akhirnya anak sayangku itu sembuh dan tidak pernah kambuh hingga sekarang.

Inilah salah satu makna berbaik sangka sama Allah, yaitu menyikapi segala hal yang terjadi dengan pikiran dan perasaan positif.

Dan beginilah salah satu cara mengendalikan keadaan.  Dari pikiran dan perasaan kita yang berprasangka baik kepadaNya, dan ingatlah bahwa  kepada Allahlah bergantung segala sesuatu  (surat al Ikhlas), jadi dekatilah dia  dan selalu  bersyukur.



3 komentar: