Selasa, 21 Juli 2015

Mengukur Kebaktian Pada Orang Tua

Dear Allah lovers,

Tahun lalu aku menulis tentang Sungkeman , sebuah tradisi jawa disaat anak memohon restu/maaf/doa  dengan cara berlutut di hadapan ayah bundanya.

Aku mencoba mengajari anak-anakku untuk sungkem pada kami orang tuanya dan pada para pinisepuh di dalam keluarga.  Tapi rupanya, yang aku ajarkan belum lengkap, ternyata membangun kesadaran untuk menghargai dan menghormati orang tua tidak cukup dengan mengajari mereka melakukan sungkeman secara lahiriyah.  Anak-anak jaman sekarang tidak mudah faham dengan simbol-simbol ajaran nenek moyang, mereka harus dijelaskan dengan rinci bagaimana sikap lahir dan sikap batin yang benar, mirip SOP di sebuah perusahaan ... haha.

Jadi begini, yang pertama musti disadari oleh kita sebagai anak (kita semua anak kan ? anak dari orang tua kita) , kedudukan seorang ibu dan bapak adalah di bawah Allah.  Kedudukan ini tidak tergeser walau kita sudah menikah , karena di dalam al quran tidak ada pembatalan dan penjelasan yang mengatakan kedudukan ibu dan bapak bisa diganti oleh suami saat sudah menikah.


[17:23] Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

[31:14] Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Ridha Allah terletak di ridha orang tua , bila orang tua kita orang yang beriman , yang berarti Allah berada di fihak orang tua.  Bila doa seorang ibu lebih kuat dari pada doa 40 ulama (al hadits) , maka air mata seorang ibu yang marah dan kecewa padamu lebih kuat daripada air bah (al Innuri  :D )

Kebahagiaan , kemudahan dan keberlimpahan dalam hidup ini ada di ridha Allah, dan bila kita menginginkan ridha Allah, maka jalan pintasnya adalah meraih ridha orang tua. Percuma melakukan kebaikan segede gunung, bila kita tidak berbuat baik kepada orang tua. Dan bisa jadi kita sudah merasa berbuat baik kepada orang tua, tapi pada kenyataannya malah membuat pedih hati mereka. Cek listnya ada di  pertanyaan di bawah ini :

- pernahkan mereka mengungkapkan kekecewaannya padamu ? bila pernah, berhati-hatilah, karena itu sebuah pertanda bahwa sikapmu ada yang salah atau bahkan salah besar. Bila sikapmu salah, orang tua mudah memaafkan , tapi bila sudah salah besar, mereka terpaksa mengungkapkannya.

- pernahkan kamu membantahnya ? membantah perintahnya , membantah pendapatnya dengan cara yang menyakitkan, berkeluh kesah dengan permintaannya padahal bisa kamu lakukan dengan mudah ? bila pernah, maka berhati-hatilah, dan jangan salahkan siapapun bila hidupmu menjadi suram.

- adakah di dalam hatimu perasaan, bahwa kamu lebih baik daripada orang tuamu ? lebih baik dalam pendapat, dalam bekerja, dalam memahami hidup, dalam kebijakan dan kebaikan ? lebih sukses ? bila perasaan ini ada padamu, berarti kamul sendirilah yang ketempatan perasaan sombong dan seperti kacang lupa dengan kulitnya, karena berkat bimbingan dan doa-doa merekalah, maka kamu bisa menjadi baik, bahkan mereka berdoa siang dan malam untuk kebaikan dan kesuksesanmu.

- adakah di dalam hatimu perasaan bahwa kamu sudah sukses dan mandiri dan tidak lagi membutuhkan restu orang tua ? dan kamu bersilaturahim dan sungkem di hari raya hanya sebagai sebuah rutinitas. Bila ada, maka ini perasaan anak yang durhaka, harus bertobat memohon ampun kepada Allah dan minta maaf kepada orang tua.

- pernahkah kamu merendahkan orang tuamu ? baik secara lisan, atau hanya di dalam hati saja. Ingatlah , seburuk apapun orang tuamu, ibulah yang mengandung dan melahirkanmu, menyusuimu dengan menahan rasa sakit, merawat hingga kamu besar dan mandiri dengan penuh kasih.  Apakah semua itu hendak kamu balaskan dengan cara merendahkan mereka ?

- pernahkan kamu membuat orang tuamu menangis ? atau menangis di belakangmu secara sembunyi sembunyi ? atau membuat hati mereka tersayat pedih ?  bila pernah, maka berhati-hatilah dengan hidupmu bila tidak segera memohon maaf kepada keduanya.

- pernahkan menyalah nyalahkan orang tuamu baik di perkataan atau di hatimu ? bila di hatimu ada rasa kasih dan cinta, tidak akan ada rasa seperti ini, yang ada adalah memahami dan memaafkan bila mereka salah.

- apakah di hatimu ada rasa benci dan jengkel kepada orang tuamu ?
- pernahkah kamu berbohong kepada keduanya ?
- pernahkan membicarakan keburukan (mengghibah)  orang tuamu ?
- pernahkan berkata 'aah' , meninggikan suara di atas suara mereka atau bahkan membentak ?
- saat mereka membutuhkan pertolonganmu, apakah kamu bersegera datang menolong ?
- pernahkah kamu berburuk sangka kepada mereka ?

Sahabatku sayang,
Bila aku bilang bahwa air mata seorang ibu/bapak karena marah dan kecewa kepada anaknya itu dasyatnya melebihi air bah, itu aku katakan  berdasarkan fakta yang aku lihat sendiri.

Aku saksikan anak yang pernikahannya diiringi air mata orang tuanya (karena tidak setuju), rumah tangganya morat marit tidak karuan, sudah kena KDRT , diperas hartanya oleh suaminya sendiri, dan bermusuhan pula dengan anaknya. Kepedihan yang bertumpuk.

Pernah pula aku ikut menangisi seorang gadis yang dipermainkan oleh seorang lelaki hidung belang, sementara si gadis tidak bisa diingatkan dengan cara apapun. Sampai suamiku bilang :"Semua itu berlaku karena perbuatannya sendiri".  Dan aku jadi ingat, bila gadis ini adalah gadis yang pernah membuat bapaknya purik dan pergi dari rumahnya sendiri, walau gadis itu berbakti pada ibunya, tapi durhaka pada bapaknya.

Sementara itu, ada 4 bersaudara yang begitu iri dengan salah seorang diantara mereka (sebut saja si X), bukan iri secara materi, tapi iri secara perhatian, karena orang tua mereka selalu membangga-banggakan X dan memuji-mujinya sebagai anak yang penuh pengertian.  Ternyata rahasianya, si X dalam hatinya penuh kasih sayang kepada orang tuanya, selalu berprasangka baik, menghormati dan berbakti kepada orang tuanya, tidak suka menentang dan dia berbicara dengan bahasa jawa halus kepada orang tuanya.  Ridha Allah terlihat dari kehidupan rumah tangga X yang penuh kebahagiaan, punya suami yang penyayang dan anak-anak yang manis.

Semoga kita semua dilindungi Allah dari sifat-sifat durhaka, atau memiliki keturunan yang durhaka kepada orang tua.

 Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar