Selasa pagi yang damai.
Merasakan diri jauh lebih baik setelah beberapa hari terpenjara dalam kesedihan yang terlalu didramatisir olehku sendiri.
Kembali dalam kesibukanku mengelola karyawan, membuat desain, menghafal al quran, memasak .... betapa indahnya. Padahal itu adalah sesuatu yang biasa saja, bertahun-tahun pekerjaanku ya bergaul dengan kain dan sebagai ibu rumah tangga.
Tapi semua itu menjadi terasa begitu berbeda, begitu manis kurasakan kini. Sejak Allah mengantarkanku 'bertamasya' ke sebuah negeri yang bernama negeri kesedihan, aku jadi lebih menghargai indahnya sebuah rutinitas. Yang dulu amat biasa, berubah menjadi amat indah.
Aku seperti keluar dari sebuah gua yang gelap dan pengap, lalu bertemu matahari dan melihat cahayanya menembus hijau dedaunan. Padahal dulu sinar matahari dan dedaunan itu terlihat biasa saja, walau aku mengakui itu sebagai sebuah keindahan, tapi tidak seindah kini. Karena kini aku melihatnya dengan hati yang mendambakan cahaya.
Maha Sempurnanya Allah. Yang Maha Agung telah menciptakan kesedihan, agar kita bisa merasakan kebahagiaan. Yang Maha Kuasa telah menciptakan kegelapan, agar kita bisa merasakan indahnya cahaya.
Sudah ketentuanNya bila kehidupan ini selalu punya dua sisi. Manusia kadang terjebak dalam kesombongan, terjebak merasa lebih bijak dariNya hingga berani-beraninya menolak keadaan yang tidak dia sukai dan tidak dia mau.
'Mengapa hidup ini penuh cobaan ?', sering aku mendengar kalimat itu dengan berbagai macam ungkapan, itu adalah sebuah pertanyaan protes atas kebijakanNya.
'Aduh jeng, cobaan yang kamu alami itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cobaanku', aku mendengar kalimat itu diucapkan padaku, seolah-olah membandingkan perlakuan Allah yang tidak adil antara makhluk-makhlukNya.
Pada keadaan apa lagi sekarang kita musti complain ? Pada panas terik yang menyengat dan peluh yang bergulir dalam sesaknya nafas kehidupan ? Hmmm ... bisa jadi itulah yang menjadi tumpuan rindu saat Allah membalikkan keadaan.
Bila hari ini kita masih complain dengan segala permasalahan hidup, itu artinya kita sedang berharap akan datangnya keadaan yang lebih buruk. Hanya dengan merasakan hal yang lebih buruk, maka hati bisa mensyukuri keadaan yang menurut kita buruk. Maka janganlah menunggu keadaan akan menjadi lebih buruk, bersyukurlah sekarang juga.
Aku telah menemukan alasan untuk ridha dan ikhlas, dan alasan itu berada di kedalaman rasa, tak cukup kata-kata untuk menjelaskannya, tak cukup warna untuk menggambarkannya.
Tidak ada yang sia-sia dari setiap hal dan setiap peristiwa yang Allah takdirkan terjadi dalam hidup kita. Semua terjadi atas nama kasih sayang Allah dan atas kehendakNya untuk menarik kita dalam lingkaran kasih sayangNya.
Maka sambutlah perlakuanNya pada kita dengan kasih sayang pula. Bila kasih berbalas kasih, hasilnya adalah kesatuan, manunggaling kawula - gusti , sebuah rasa yang mengantarkan segala doa menjelma kun fayakun.
Sungguh tidak ada yang sia-sia dari setiap episode kehidupan yang diskenariokanNya, setiap peristiwa, setiap gerak, setiap kata, sepercik rasa, sepenggal pemikiran, segenggam prasangka ..... Mari kita bawa semuanya kepada ridha dan cintaNya.
Merasakan diri jauh lebih baik setelah beberapa hari terpenjara dalam kesedihan yang terlalu didramatisir olehku sendiri.
Kembali dalam kesibukanku mengelola karyawan, membuat desain, menghafal al quran, memasak .... betapa indahnya. Padahal itu adalah sesuatu yang biasa saja, bertahun-tahun pekerjaanku ya bergaul dengan kain dan sebagai ibu rumah tangga.
Tapi semua itu menjadi terasa begitu berbeda, begitu manis kurasakan kini. Sejak Allah mengantarkanku 'bertamasya' ke sebuah negeri yang bernama negeri kesedihan, aku jadi lebih menghargai indahnya sebuah rutinitas. Yang dulu amat biasa, berubah menjadi amat indah.
Aku seperti keluar dari sebuah gua yang gelap dan pengap, lalu bertemu matahari dan melihat cahayanya menembus hijau dedaunan. Padahal dulu sinar matahari dan dedaunan itu terlihat biasa saja, walau aku mengakui itu sebagai sebuah keindahan, tapi tidak seindah kini. Karena kini aku melihatnya dengan hati yang mendambakan cahaya.
Maha Sempurnanya Allah. Yang Maha Agung telah menciptakan kesedihan, agar kita bisa merasakan kebahagiaan. Yang Maha Kuasa telah menciptakan kegelapan, agar kita bisa merasakan indahnya cahaya.
Sudah ketentuanNya bila kehidupan ini selalu punya dua sisi. Manusia kadang terjebak dalam kesombongan, terjebak merasa lebih bijak dariNya hingga berani-beraninya menolak keadaan yang tidak dia sukai dan tidak dia mau.
'Mengapa hidup ini penuh cobaan ?', sering aku mendengar kalimat itu dengan berbagai macam ungkapan, itu adalah sebuah pertanyaan protes atas kebijakanNya.
'Aduh jeng, cobaan yang kamu alami itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cobaanku', aku mendengar kalimat itu diucapkan padaku, seolah-olah membandingkan perlakuan Allah yang tidak adil antara makhluk-makhlukNya.
Pada keadaan apa lagi sekarang kita musti complain ? Pada panas terik yang menyengat dan peluh yang bergulir dalam sesaknya nafas kehidupan ? Hmmm ... bisa jadi itulah yang menjadi tumpuan rindu saat Allah membalikkan keadaan.
Bila hari ini kita masih complain dengan segala permasalahan hidup, itu artinya kita sedang berharap akan datangnya keadaan yang lebih buruk. Hanya dengan merasakan hal yang lebih buruk, maka hati bisa mensyukuri keadaan yang menurut kita buruk. Maka janganlah menunggu keadaan akan menjadi lebih buruk, bersyukurlah sekarang juga.
Aku telah menemukan alasan untuk ridha dan ikhlas, dan alasan itu berada di kedalaman rasa, tak cukup kata-kata untuk menjelaskannya, tak cukup warna untuk menggambarkannya.
Tidak ada yang sia-sia dari setiap hal dan setiap peristiwa yang Allah takdirkan terjadi dalam hidup kita. Semua terjadi atas nama kasih sayang Allah dan atas kehendakNya untuk menarik kita dalam lingkaran kasih sayangNya.
Maka sambutlah perlakuanNya pada kita dengan kasih sayang pula. Bila kasih berbalas kasih, hasilnya adalah kesatuan, manunggaling kawula - gusti , sebuah rasa yang mengantarkan segala doa menjelma kun fayakun.
Sungguh tidak ada yang sia-sia dari setiap episode kehidupan yang diskenariokanNya, setiap peristiwa, setiap gerak, setiap kata, sepercik rasa, sepenggal pemikiran, segenggam prasangka ..... Mari kita bawa semuanya kepada ridha dan cintaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar