Senin, 02 September 2013

Jurus Bersedekah Dalam Sempit

Beberapa pembacaku bertanya, yang intinya bila dirangkum begini ; "Aku pingin mempraktekkan apa yang ditulis bunda di buku (maksudnya bukuku 'Menciptakan Keajaiban Finansial'), ya soal gaya bersedekah dalam lapang dan sempit, tanpa rasa khawatir akan esok hari, juga soal memberi makan fakir miskin setiap hari.  Tapi kenyataannya aku hanya ibu rumah tangga biasa yang hanya mengandalkan gaji suami yang musti diatur biar cukup untuk sebulan.  Bagaimana solusinya ?"

Bersedekah dalam lapang memang mudah yaaa .... kalau bersedekah dalam sempit ? Tapi percayalah bahwa bersedekah dalam sempit itulah yang akan mendatangkan kelapangan, seolah jadi kunci pembuka untuk kemudahan. Solusinya,  be creative !!!

Sebagian jawabannya ada disini nih, klik aja.

Biar ada uang sisa yang bisa disedekahkan, kadang kita perlu berhemat , dan berhemat itu bisa dengan berbagai cara.  

Aku pernah mengalami masa masa jadi ibu rumah tangga saja.  Tapi tetap bisa bersedekah kok , padahal gaji suami juga tidak gede-gede banget.  Tapi aku kreatif, aku bikin penghematan dari tujuh penjuru mata angin .... hahaha.  Di rumahku yang kecil dengan halaman belakang yang kecil, aku bertanam aneka sayuran, diantaranya ada kangkung, bayam, dan  kemangi yang tumbuh dengan suburnya.  Aku juga memelihara 6 ayam kampung yang gantian bertelur tiap hari, kandangnya bertingkat, pesan ke tukang sehingga menghemat tempat. Aku juga pelihara lele di dalam tong, ada 2 tong plastik tempat aku membesarkan lele.

Dari hasil 'perkebunan' dan 'peternakan'ku itu tidak ada yang aku jual, hanya untuk dikonsumsi sendiri dan dibagi ke tetangga .... keren kan ?  hehehe ... Bila mengingat masa-masa itu, rasanya tuh hidup kok sederhana dan bahagia banget.  Kalau tidak sempat ke pasar, tinggal petik bayam saja di halaman belakang, dan nyiduk lele dari tong, atau ceplok telur.

Sekarang, meskipun aku sudah punya usaha, aku masih bertanam sayur di halaman depan dan belakang rumah, ada gingseng jawa, ketela pohon, pepaya, dan cabai.  Saat mahal mahalnya cabai, aku tidak bingung , soalnya ada sekitar 10 pohon cabai di halaman depan dan belakang, aku tanam di polybag, benihnya aku dapat dari dapur saja.  Dan rumahku tidak besar loh,  cuma rumah type 36 dengan luas tanah 90 m an persegi. Nah ... yang penting itu kreatif.

 Sekarang ini, saat  harga-harga kebutuhan dapur melonjak demikian tinggi, untuk tetap bisa berbagi sekitar10 nasi bungkus tiap hari, aku tetapkan budget untuk belanja sayur mayur dan lauknya.  Jadi kalau aku belanja ke tukang sayur, pertanyaan pertamaku ;"Sekarang sayur dan lauk yang murah apa?" ....... untuk menjaga biar tidak melebihi budget ... hehehe , lama-lama aku tidak perlu bertanya lagi karena yang disodorin padaku pasti yang murah-murah.  Cerdik kan ?

Lauk yang pantas untuk dibagi kan tidak musti mahal ? Sekarang ini di Malang sedang murah-murahnya ikan laut, dan itu yang tiap hari jadi pilihanku , tapi aku ganti-ganti, kalau kemarin ikan tongkol, hari ini ikan bandeng, besok ikan moto belo.... hihihi... Kalau ketemunya sama ikan tongkooool mulu , ya bumbunya yang digonta ganti ,  tongkol masak pedas,  tongkol  dan tahu bumbu bali , pepes tongkol ... dll dll. Yang penting kreatif dan cerdik.

Barangkali ada yang bertanya, untuk menutup kebutuhan sehari-hari saja sudah harus 'mengencangkan' ikat pinggang, kadang masih gak cukup, kadang masih ngutang .... weleh weleh weleh ... si Komo lewat deh. Berarti kalian  musti baca kisah inspiratif yang amat terkenal ini ,  kisah tukang becak yang beramal ratusan juta .

Salaaaam.

 

3 komentar:

  1. khas petani...
    di mari gimana ya cara ngirit puasa senin kamis kali ya...

    mbak de' Alni suka boneka tidak sich...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Alni suka boneka juga sih mb Sari, walau juga suka main layang layang, sepak bola dan tembak tembakan ... hehehe.

      Hapus
  2. Assalam teh, saya jadi tertarik mau baca buku teteh yang keajaiban finansial. Ini bisa mesan langsung ke teteh nggak?

    BalasHapus