Selasa, 17 September 2013

Dua Krucilku Telah Sarjana

 Terimakasih Allah, telah menghadirkan anugerah ini padaku, dan atas kesempatanMu menemani 2 makhlukMu meniti masa-masa kecilnya yang indah.  Kini kedua krucil itu telah dewasa dan menjadi sarjana.

Bagaimana rasanya duduk di acara "Sidang Terbuka Senat"  sebuah perguruan tinggi yang anak-anak kita sedang menjalani prosesi wisuda ? Apalagi bila sang anak duduk di kursi depan wisudawan sebagai lulusan yang menyandang predikat cum laude. 

Terharu , mbrebes mili dan campur aduk.  Rasanya baru kemarin dia aku timang timang dan aku suapi sambil berjalan-jalan, sementara dia mengoceh dengan mulut penuh makanan, mengomentari berbagai hal yang dilihatnya.  Lalu setiap orang yang bertemu kami, 'nyiwel' pipinya yang tembem kayak kue apem dan memuji :"Aduh, anaknya cerdas ya ?".


Aden dan Zeli kecil dengan mbah yutnya di Ngantang

Begitulah, aku dan mas Hary saling jawil jawilan karena perasaan kami sama, dan sesekali mengusap air mata yang menitik.  Rasanya waktu begitu cepat berlalu mengukir kenangan manis bersama anak-anak kami, lalu waktu juga telah membawa mereka menuju kedewasaan, hingga berdiri sebagai sarjana dengan toga hitam.  Toga yang menutup perjuangan yang tidak mudah dalam menempuh pendidikan strata satu.

Tahun ini 2 anakku lulus kuliah, anak pertamaku, Aden, pada 13 juli 2013  wisuda sarjana strata 1 dari  Tehnik Informatika ITB dengan predikat  'lulus tepat waktu' ...... 6 tahun .... hehehe.  Sedangkan Zelika, putri keduaku, wisuda kemarin tgl 16 september dari jurusan Seni Kriya ISI Yogyakarta dengan predikat cum laude.


Aden (yang gondrong) dengan tiga temannya yang 'seia sekata' lulus 6 tahun.

Biarpun Aden lulus 'tepat waktu' , tapi dia punya prestasi yang tidak aku duga, sangat melebihi ekspektasiku, karena TA (tugas akhir/skripsi) Aden merupakan temuan baru di dunia informatika, kata Aden sih, ini lebih pantas jadi thesisnya mahasiswa S-2.

Aden telah menemukan metode baru di bidang kriptografi, sementara ahli kriptografi di Indonesia ini sangatlah langka, di ITB sendiri hanya punya seorang, yaitu dosen pembimbing Aden.  Apa itu kriptografi ? Aku sendiri gak ngerti ...... hehehe, padahal ya sudah dijelaskan sama Aden

 

Karena prestasinya ini, Aden 'dikejar' beberapa instansi pemerintah untuk direkrut menjadi karyawan , salah satunya dari sebuah Universitas Negeri yang menawarinya untuk menjadi dosen.  Tapi Aden tidak menanggapi semua tawaran itu, dan memilih untuk mengembangkan hobbynya menggambar anime (kartun manga) dan mengembangkan komunitas yang dibentuknya, 'Next Heaven'.

Aku pernah menulis tentang  Aden dengan Next Heavennya  dan pandangannya yang cukup menginspirasi, silahkan klik disini .

Kembali ke cerita soal wisuda.  Baru beberapa hari yang lalu mengikuti acara wisuda Zeli, dengan jarak yang begitu dekat dengan pengalaman menyaksikan wisuda Aden.  Pikiranku tidak bisa diajak diam membandingkan antara wisuda ITB dengan wisuda ISI.  Kali ini aku  mau jujur saja, ITB super kereeeen !!!

Bayangkan saja, saat itu wisudawan ITB ada seribu lebih mahasiswa (seingatku ada 1300 mahasiswa), bila ditambah dengan dua orang wali mahasiswanya, jadi tiga kali lipatnya, bisa dibayangkan betapa  jejel riyel riyel (berjejal jejal) , dan semuanya tertampung dengan tertib di gedung Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) yang megah dan keren.

Seluruh rangkaian acara wisuda ITB berlangsung tepat waktu, tertib, terkoordinasi dengan baik dan berlangsung dengan sangat memukau , menjadi event yang tak terlupakan buat kami semua.

Sejak kedatangan kami,  Aden langsung memperkenalkanku dengan adik kelasnya yang bertugas 'mengawal' kami dari awal acara sampai kami memutuskan pulang, ada istilah khusus untuk pengawal wali mahasiswa yang cantik cantik ini, tapi aku lupa.

Hingga ke kamar kecilpun, aku diantarnya dan ditunggu sampai aku menyelesaikan 'hajat' ... hehehe. Mungkin karena kampus ITB terlalu luas, juga gedung Sabuganya terlalu gede, dan selain acara inti, juga masih banyak acara lain, jadi perlu ada pemandu biar para wali mahasiswa tidak bingung.

Memasuki gedung Sabuga, kami langsung disambut dengan alunan gamelan life yang syahdu, menciptakan suasana syahdu dan khidmad yang membuat setiap orang berasa keren.

Duduk menyaksikan prosesi wisuda di Sabuga, seperti menyaksikan panggung teatrikal yang megah.  Ada tiga layar proyektor besar-besar di depan yang membuat kami bisa melihat dengan jelas jalannya acara.  Bahkan aku seperti bukan melihat para guru besar dengan atributnya yang megah sebagai orang-orang pinter di dunia pendidikan, tapi rasanya kayak melihat aktor .... hehehe.

Acara yang berlangsung begitu perfect, membuatku tidak mengantuk meskipun wisudawan yang disalami pak Rektor ada seribu lebih, bayangkan betapa lamanya !!!  Semua wisudawan disalami langsung oleh Rektor dan Dekan masing masing, tapi ada jeda waktu istirahat buat Bapak Rektor yang diisi dengan paduan suara yang memukau penonton.

Betapa bahagianya saat nama Aden disebut, dan melihat gantengku itu berjalan dengan gagah naik ke panggung, bersalaman dengan Bapak Rektor yang rendah hati.

Herannya aku dengan ITB, biarpun acara formil dan 'mengandung unsur' pidato , kok pendengarnya tidak mengantuk dan tidak bosan.  Keseluruhan sambutanya amat berbobot, sampai sambutan wakil wisudawanpun mengajak kami untuk merenung dan pulang membawa spirit baru. Benar-benar jempol sejuta untuk ITB !

Menjelang acara foto-foto dengan bapak Rektor, ada atraksi tak terduga, tiba-tiba saja ada yel yel dari fakultas Aden saat nama fakultasnya disebut plus gerakan lucu yang dilakukan serempak,  memecah kesyahduan acara,  bikin kami merinding dan sekaligus tertawa geli.... hahaha.

Selesai acara inti, ada acara arak-arakan wisudawan dengan rute jalan-jalan di kampus, tapi Aden memilih tidak ikut.  Walau banyak atraksi disiapkan oleh fakultas masing-masing yang berkumpul dan start di lapangan Sabuga.  Kami bertiga memilih pulang ke asrama, disana Insan , Alni,  Zeli dan suaminya menunggu untuk merayakan kebahagiaan ini sekeluarga.

Arak arakan wisuda itu rupanya sudah menjadi tradisi di beberapa kampus, seperti juga di kampus Zeli. Mungkin karena disini semua anak-anak seni, jadi lebih meriah, yang telah membasuh 'kemelongoanku' saat pertama masuk ruang wisuda dan melihat  grup musik pengiring paduan suara di panggung masih checking alat musiknya ! Yang langsung membuatku membandingkannya dengan di ITB, yang saat wali mahasisma masuk langsung disambut iringan gamelan life yang sudah 'siap saji'.

Hanya 300 an wisudawan di ISI, tapi bikin ngantuk ... hehehe ... wah, jadi membandingkannya lagi dengan kampus Aden yaaa .... untungnya kengantukanku sering pecah oleh aksi lucu para wisudawan, yang kadang berjoged menuju bapak Dekan yang akan mewisudanya,  mengikuti irama gamelan pengiring. 

Cuma sayangnya, hanya wisudawan dengan predikat cum laude yang bisa bersalaman dengan bapak Rektor ISI , selebihnya dengan dekannya masing masing.  Dan Zeli mengejutkanku dengan masuknya dia di barisan cum laude. Saat wisudawan yang cum laude disuruh menghadap ke belakang (ke wali mahasiswa) , akupun kumat 'endelnya' , spontan aku berdiri dan melambai lambaikan tanganku ke arah Zeli, mas Hary ikutan berdiri juga dan melambai-lambai .

Tapi maafkan bila lagi-lagi aku membandingkannya dengan di ITB, yang wisudawannya seribu lebih, tapi semuanya mendapat ucapan selamat langsung dari bapak Rektor.

Aku tidak tahu bagaimana acara wisuda di kampus selain ITB, ISI dan UB Malang (almamaterku). Yang aku rasakan, mungkin perguruan tinggi lain perlu banyak belajar dari ITB, ya soal penyelenggaraan acara wisudanya, ya soal sistem yang diterapkan din kampus ini.

Sejak Aden memasuki kampus yang asri ini, sudah terasa bagaimana sistem pendidikan di dalamnya begitu integral membentuk seorang sarjana yang benar-benar punya pola pikir dan attitude yang baik.  Dari soal disiplin waktu,  menjunjung tinggi idealisme, hingga berpikir global tapi tetap cinta Indonesia.

Ada acara pembacaan janji wisudawan di ITB, yang tidak aku temui di kampus ISI ... wah, lagi-lagi aku membanding-bandingkan yaaa .... Bukan maksudku membandingkan kok, cuma menyayangkan, kenapa tidak ada janji wisuda di acara yang sakral itu ? Janji yang bisa mereka ingat , barangkali ada di antara mereka yang suatu hari jadi pejabat, lalu gak jadi korup karena ingat janjinya saat lulus sarjana.

Dari ceritaku ini, sebenarnya aku ada maunya ... hehehe.  Mauku, bila kalian punya anak yang cerdas, dan jurusan yang dia minati ada di ITB, masukkan saja kesini. Promosi niiih .... bukan kok, cuma maksa ... hahaha....

Di ITB ada asrama yang keren habis, maksudku sistemnya yang keren, teladan nasional, dan mengajari mahasiswa untuk mengelola sebuah negara, murah lagi.  Bila ingin tahu lebih jauh tentang asrama ini, boleh dibuka disini

Kembali cerita tentang anak cantikku Zelika.  Tahukah sahabat ? Seorang ibu yang punya anak perempuan, biasanya suka banget mendandani anaknya kayak mendandani bonekanya.  Ternyata hukum ini bukan hanya berlaku saat si gadis masih anak-anak, bahkan saat si gadis sudah dewasa pun. 

Sebenarnya aku ingin memamerkan Zeli dengan kebaya rancanganku sendiri, yang kata teman-teman Zeli bagus banget , tapi berhubung kemarin aku tidak membawa kamera, dan kelupaan pula membawa hp, jadi beginilah nasibku sekarang, foto-foto wisuda Zeli masih menunggu kiriman dari teman Zeli yang anak fotografi ISI.



Sebagai gantinya, aku pamerin hasil rancangan Zeli waktu peragaan karya cipta dalam rangka TA-nya kemarin.  Peragaan busana di XT Square Yogya, membawakan 6 busana art wear rancangan Zeli.



Zeli mendobrak definisi sebuah asesories busana yang identik dengan ukuran yang lebih kecil daripada busananya.  Disini Zeli menampilkan asesories busana dalam ukuran besar-besar, bahkan lebih besar dari modelnya sendiri ... hahaha.

Sungguh sebuah kreatifitas yang unik dan spektakuler !!!

Terimakasih ITB, terimakasih ISI , kampus yang telah menggodog kedua krucilku menjadi sarjana yang membanggakan kedua orang tuanya.  Semoga Allahpun bangga pada kalian berdua , sayangku. 

3 komentar:

  1. Wah saya terharu membacanya sekaligus senang. Salam kenal buk.

    Adik saya sekarang sedang kuliah di ISI juga, jurusan Design Komunikasi Visual. Sekarang semester 5. Baca cerita ibuk, saya jadi mau lihat acara wisuda adek saya nanti ^^

    Kalau wisuda di UPI gimana yah? #Saya lagi kuliah pasca di UPI, jadi penasaran.

    Saya banyak berpikir saat baca cerita ibuk. Apa Mama dan Papa juga berpikir begitu bahwa buah hati kecilnya sudah dewasa sekarang. Kakak saya yang tua mau menikah tahun depan. Saya jadi mau tahu bagaimana perasaan Mama Papa melepaskan anaknya ke dunia yang sebenarnya.

    hatur nuhun buk :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali mbak Amel.
      Perasaan mama papa pasti terharu mbak Amel, tapi juga merasa anak-anaknya masih kecil kecil ... padahal sudah gede ... bingung kan ? ... hehehe .. itulah indahnya jadi orang tua.

      Hapus
    2. :) terima kasih buk, aduh baru sadar kalau dari tadi dropping komen saya manggilnya 'teteh' dan disini manggil 'ibuk'. Karena ibuk seumuran Mama saya, saya panggil ibuk aja ya buk :)

      Maaf plin plan hehehe

      Hapus