Senin, 09 Januari 2012

Merasa Tidak Lebih Baik 3: Anak-Anak Yang Hebat

Di artikelku kemarin, aku bercerita bagaimana mengelola perasaan 'merasa tidak lebih baik' dari karyawan bisa meningkatkan produktifitas butik.  Hari ini aku mendapat laporan dari bagian produksi bahwa produkstifitas batik tulisku meningkat hampir dua kali lipat !!! Mengejutkan !!! Ternyata bila kita percaya bahwa karyawan-karyawan kita adalah orang-orang hebat, dan kita bersyukur dengan setulusnya ke hadirat Allah akan kehadiran mereka, maka hasilnya adalah tak terdefinisikan !!!.... Terimakasih Allah.

Bila perasaan 'merasa tidak lebih baik' ini kita pakai saat berhadapan dengan anak-anak, hasilnya malah .........., anda harus mencobanya dan merasakan bagaimana 'sensasi'nya....hehehe.

Erbe Sentanu dalam buku Quantum Ikhlasnya, mengatakan bahwa bila kita menginginkan sesuatu, maka kita harus 'merasakan'nya dulu di perasaan kita yang terdalam, dengan demikian doa-doa kita lebih mudah dan cepat terkabul. Teori itu sudah dibuktikan secara ilmiah lewat hukum gaya tarik menarik / the Law of Attraction.

Bila dihubungkan dengan teori the L of A tsb diatas, merasa diri tidak lebih baik dari anak-anak kita sama saja dengan menyusun doa agar anak-anak kita menjadi orang yang lebih baik dari kita, orang tuanya.  Orang tua mana sih yang tidak ingin punya anak yang lebih hebat dari orang tuanya?

Bila perasaan 'merasa tidak lebih baik dari anak kita' ini berhasil menjadi 'heart set' kita, maka hasilnya adalah kita akan menghargai setiap hal yang dimiliki anak, apapun kekurangannya akan tenggelam / tidak tampak / menghilang dari pandangan kita. Tanpa  disadari kekurangannya benar-benar menghilang sedikit demi sedikit.
Apapun kesalahan yang dia perbuat, maka Allah akan membukakan pintu pemahaman kepada kita, mengapa dia melakukan itu, atau apa saja dibalik segala tindakannya yang terlihat salah. Kita tidak akan memarahinya, karena itu tidak perlu, lidah kita akan tertuntun untuk mengatakan hal yang perlu dan bermanfaat saja untuk anak.
Anak-anakpun menjadi seperti panah yang melesat, karena kita mengasuhnya berdasarkan tuntunanNya .... hasilnya jadi tak terduga, mengagumkan ........

Aku dan anakku yang bermasalah (lihat artikelku 'Limited and Special Edition') adalah 'contoh soal' untuk membuktikan 'teori' ini.  Jadi, penjelasan yang kuceritakan diatas adalah pengalaman pribadi yang kualami sendiri dengan anakku.

Belakangan aku analisa sendiri, mengapa selama bertahun-tahun aku merasa gagal menjadi ibu untuk anakku yang special ini, bertahun tahun pula aku merasa mendapat ujian berat dari Allah........  Ternyata semua itu sumbernya berasal dari perasaan bahwa aku 'merasa lebih baik dari dia'.

Merasa lebih baik membuatku merasa lebih tahu yang terbaik buat dia, padahal dia lebih tahu apa yang diinginkannya yang menurutnya terbaik.  Sebagai wujud 'pemberontakan'nya pada sikap sok tahu ibunya, dia bersikap kurang manis. Ketika pemberontakan demi pemberontakan menumpuk, sikapnya menjadi tidak wajar dan meledak, karena dia sudah tidak kuat lagi menampungnya....

Merasa lebih baik juga sebuah bentuk kesombongan yang halus sekali, walaupun terhadap anak kita sendiri, sedangkan Allah tak akan menurunkan hikmah dan petunjuk di hati yang sombong walaupun kesombongan sebesar biji zarah.

Akhirnya ketika aku merubah sikap batinku, dia berubah ......
Sekarang anak sayangku itu terbaring di RS, kena typus, ditunggui ayahnya. Ketika aku tanya bagaimana shalatnya?  Kata suamiku, anakku itu tetap mengerjakan shalat lima waktu tanpa disuruh, walaupun dalam keadaan terbaring lemah, panas tinggi ...... Diapun tetap mengaji dengan dibacakan terjemahannya oleh ayahnya......

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. bun, yg ini ana pengen d bagi tipsnya. semoga buku mbk alni cepet sampai shng bisa silaturahim k sana dan dapatkan sharing dari anti, barakallahu fikum...

    BalasHapus
  3. boleh mb mimi, makasih yaa, barokallahu fikum too... hehehe

    BalasHapus