Rabu, 11 Januari 2012

Merasa Tidak Lebih Baik 3 : Manusia Rendah Hati Yang Kukenal

Bagi diriku, semakin lama aku mempraktekkan ilmu 'merasa tidak lebih baik dari orang lain', maka semakin banyak hikmah aku peroleh, semakin banyak hal baik yang kuterima yang semakin mempermudah dan memperindah kehidupanku.  Membuatku teringat 3 orang yang pernah memberikanku 'pelajaran' ini.  Mereka adalah bpk Kiai ponpes AnNuru Tirtoyudo Malang, ustadz Virien dan pak Edy Yusuf.

Bila aku merenungkan kehidupan 3 orang itu, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa sikap rendah hati mereka telah mengantarkan mereka bertiga sukses dengan lebih cepat dari manusia kebanyakan. Melesat bagai anak panah dengan kecepatan yang tak terjangkau pikiran. Bila ingin sukses lebih cepat, formula 'merasa tidak lebih baik dari orang lain' ini boleh dicoba kok, jangan khawatir... karena tidak ada efek sampingnya, yang ada efek depannya yaitu  sukses !!!

Yuk simak kisah 3 manusia rendah hati yang mengagumkan ini.

Bapak Kiai ponpes An Nuru yang kukenal adalah pendiri pondok pesantren yang memiliki sekolah dari TK sampai SMU.  Di ujung timur kabupaten Malang, pondoknya berdiri megah 3 lantai dengan bangunan yang artistik dengan siswa siswi yang mayoritas berasal dari luar kota.  Sekolahnya termasuk  maju, mempunyai marching band yang jadi kebanggaan kecamatan dan entah apa lagi keunggulan ponpes ini.... sementara ini hanya itu yang kutahu, itupun tahunya di th 2009 lalu.

Yang mengagumkanku adalah, ponpes ini berdiri di tahun 2000.  Bila yang aku ceritakan diatas adalah kondisi di th 2009, sekarang mungkin lebih banyak lagi kemajuan yang telah dicapai ponpes tersebut.  Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, bisa mendirikan ponpes semegah itu dan sebegitu banyak peminatnya ............ Luar biasa bukan?

Perihal ustadz Virien, dia ini masih muda, bujangan pula..... gak cakep cakep amat sih (Zeli bilang, waktu ada pembagian jatah ganteng, mas irin absen, jadi gak kebagian deh...... hehehe).  Yang hebat dari dia ....banyak hal. Sekarang dia 'duduk manis' di pesantren Gubug, pesantren ini adalah gabungan ideku dan dia.  Pesantren itu belum berumur 2 tahun, tapi kemajuannya luar biasa.  Kali ini jangan dilihat dari kemajuan fisik bangunannya, karena kesederhanaan jadi konsep kami bertiga (dengan mas Hary suamiku sebagai orang ketiganya).  Tapi perubahan nyata di perilaku masyarakat sekitar pondok itu yang jadi ukurannya.

Bila dulu, masyarakat sekitar pondok suka menyelesaikan persoalan dengan 'clurit', sekarang nggak lagi.  Bila dulu kampung ini jadi pelarian 'buron' polisi, karena lokasinya yang terpencil, sekarang jadi jujugannya orang ngaji.  Masyarakat menjadikan pesantren Gubug sebagai pusat kendali mereka, mulai dari anak anak sampai orang tua secara rutin mengaji disini.

Bukan cuma itu, suasana pesantren yang damai dan sejuk hingga ke hati membuat banyak orang kota yang sedang didera bermacam persoalan 'menyepi' disini. Diantara mereka banyak yang sukses menata hidupnya kembali setelah 'menyepi' beberapa hari disini.

Sekarang aku mengembangkan batik disini, agar santri-santrinya yang semuanya dari kalangan dhuafa itu bisa memperoleh pendapatan dan membantu orang tuanya.  Santrinya belum banyak sih, baru sekitar 40 orang lebih, tapi bagiku itu sesuatu yang luar biasa yang bisa dilakukan oleh seorang anak muda si Virien yang dulu tak pernah 'kupandang' itu.

Soal pak Edy Yusuf, aku pernah menceritakannya bukan? Beliau seorang pengusaha berskala menengah di Surabaya, yang mengoperasikan usahanya dengan berpatokan pada ayat-ayat Al Qur'an.  Beliau bilang, inilah yang mengantarkan kesuksesannya.  Beliau berdakwah keliling dunia, hingga 12 negara, sampai berbicara di depan 12 kardinal di Vatikan.  Hebat !!!

Orang-orang yang rendah hati memang orang-orang yang hebat, karena di hati yang hampa dari kesombongan, Allah menurunkan hikmah dan petunjuk dan juga tuntunanNya, hingga segala usaha yang mereka lakukan mendapat berkah.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar