Kamis, 03 Mei 2012

Jangan Beranjak Dari Ketulusan Hati

Masih ingat kasus Briptu Norman Kamaru?
Apa yang anda pikirkan saat namanya mulai merebak karena video lipsinknya?

Yang aku pikirkan saat itu adalah : betapa hebatnya sebuah ketulusan hati !!!  Bukankah briptu melakukan itu untuk menghibur temannya yang sedang gundah gulana? Ketulusan hatinya telah membuat Allah menurunkan keajaiban  hingga membuatnya begitu terkenal, punya banyak uang dan menggunakan sebagian uangnya untuk membiayai orang tuanya naik haji.

Saat itu aku memang suka banget mengikuti berita tentangnya, fenomenal banget kukira.  Aku mendapat sebuah contoh nyata betapa hal yang sederhanapun bisa menjadi sesuatu yang amat mengagumkan bila dimulai dari  ketulusan  hati.

Perpaduan antara hal yang sederhana dan ketulusan hati, seperti mudah dilakukan ya? Bisa jadi itu mudah, yang sulit barangkali mempertahankan ketulusan hati itu.

Mungkin itulah yang kurasakan saat ini dengan tulisan-tulisan sederhanaku di blog.  Semula niat menulis untuk mengingatkan diriku sendiri agar selalu berada di jalan Allah,  bukankah menjaga diri sendiri untuk tetap istiqomah itu perlu perjuangan panjang?  Kadang juga aku menulis untuk menasehati dua buah hatiku yang jauh, Aden di Bandung dan Zeli di Yogya.


Ketika kusadari tulisan-tulisanku bermanfaat juga untuk sahabat-sahabatku, akupun menulis sesuai permasalahan yang mereka sampaikan padaku. Bila mereka terlilit masalah, aku berusaha menyemangati mereka.  Kadang aku menulis juga tentang kewirausahaan untuk menjawab pertanyaan murid-muridku di pelatihan kewirausahaan propinsi Jawa Timur.  

Senang rasanya bisa berbuat sesuatu untuk orang-orang yang kusayangi.  Banyak respon tak terduga dan banyak yang bilang tulisan-tulisanku menginspirasi, merubah hidupnya dan ketika mereka melaksanakan anjuranku untuk ikhlas dan memaafkan, mereka banyak mendapat keajaiban dalam hidup.  Alhamdulillah, semua itu kan dari Allah, bukan dari Indah yang kecil tapi gendut ini (???... hehehe)

Sampai muncul pengajian di Bandung yang digerakkan oleh kang Ogi, ini benar-benar surprise buatku. Kang Ogi pula yang punya ide membukukan tulisan-tulisanku, beliau memilah-milah tulisanku yang banyaaak ini menjadi beberapa tema. Semula kang Ogi melakukannya untuk berdakwah, jadi buku-buku hasil suntingannya hanya dibagi-bagi gratis.  Tapi kupikir bila dicetak jadi buku beneran dan diedarkan ke seluruh pelosok tanah air pasti akan lebih meluas manfaatnya.

Saat segala ketulusan hati berbuah manis, tantangan selanjutnya adalah tetap menjaga ketulusan hati ini walau barangkali ada efek samping yang berupa materi.  Bila mungkin jangan pernah punya tujuan yang bersifat materi, aku sering bilang rejeki itu sudah ditetapkan Allah, manusia hanya melakukan yang terbaik untukNya saja.  Berpola pikir seperti ini membuat hati kita damai dan memunculkan potensi terbaik kita.  Kalau kita suka main hitung-hitungan, malah menghalangi kita melakukan yang terbaik yang mampu kita lakukan. 

Untungnya Allah mengirim kang Ogi padaku, ketulusan hatinya dan kuatnya dia berpegang pada tali Allah membuat aku juga musti belajar darinya.

"Usaha saya untuk mengajak kepada kebaikan, belum seberapa bila dibanding dengan nikmatNya", kata kang Ogi.

Itulah sahabat, itulah yang disebut bersaudara dalam iman dan islam, saling menguatkan satu sama lain, saling mengingatkan satu sama lain.  Subhanallah, indah sekali.....

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar